Chapter 57 | Nestapa

42 9 7
                                    

*Mau curhat

Sebelum itu, Selamat Idulfitri bagi yang merayakan. Aku pribadi, mengucapkan Minal Aidzin Wal Faizin🙏🏻

*Jadi gini, sebelum cerita Adel dibuat, aku tuh lebih dulu nulis Plot Outline untuk cerita ini dalam bentuk file sama catetan tangan. Tujuannya apa? Tujuannya buat antisipasi aja kalau ternyata sewaktu-waktu stuck, atau lupa sama alur. Dan kebetulan karna kesibukan kerja, aku stuck. Dan pas mau baca ulang alur yang udah diringkas ternyata filenya hilang dong. Mana aku juga merantau, dan catetan tangan yang di buku pun tak tinggal di rumah. Ceroboh banget ya?

Alhasil, ada beberapa nama tokoh baru—yang mau disebutkan di chapter-chapter berikutnya—yang diganti secara mendadak. Ada pula alur yang mendadak aku tulis😭 tapi it's okay, itu semua nggak mengubah ending kok.

Dan lagi, kemarin-kemarin aku sempet spil sedikit penggalan kalimat tentang cerita Adel di story IG untuk chapeter selanjutnya. Dan ternyata itu bukan di chapter ini, tapi bakal ada di chapter selanjutnya, karna ternyata kebanyakan. Aku usahain besok bakal tak up ya.

^^^

_Happy Reading_


^^^

Baik. Untuk kali ini, mari kita mengulik kembali sedikit kisah akan masa lalu yang mungkin perlu diketahui oleh beberapa pembaca yang tak seberapa ini.

Asma Mahira. Namanya sangat dikenal oleh kalangan keluarga Mahirdra. Kenapa begitu? Karna Keluarga Mahirdra adalah keluarganya juga. Terlahir menjadi anak tunggal dari keluarga berada tak selalu membuat semuanya terasa menyenangkan. Apalagi, saat di mana dia harus kehilangan sayap kehidupannya karna takdir dari Tuhan. Ibunya pergi untuk selamanya. Dia kehilangan kemudi, dan terhempas saat itu juga.

Belum cukup sampai di situ. Saat menginjak SMA ketakutan yang selalu menghantui Asma terjadi. Takdir yang Maha Baik ternyata mempertemukan Ayahnya dengan wanita lain, yang pada akhirnya menjadikan pertemuan itu menuju ke jenjang pernikahan. Namun, apa takdir tersebut baik untuknya juga? Tentu tidak. Tapi Asma selalu meyakinkan, jika...

"Kalau Ayah bahagia, Asma juga bakal bahagia."

Kehidupan keluarganya memang berlanjut dengan baik. Ibu tirinya juga baik. Tidak ada kisah tentang kekejaman Ibu tiri kepada Asma yang terjadi. Selain itu, Asma juga mempunyai saudara tiri dari pihak Ibu sambungnya. Dia Adam. Adam Maheswara.

Ayah dari Adlar Qennan.

Dari sini, Tuhan menakdirkan Qen dan Adel untuk bertemu sebagai sepasang sepupu.

^^^

Brak!

Deru napas Adel memburu, kala kesadarannya kembali dari alam mimpi yang menakutkan. Sudut-sudut keningnya berpeluh, membuat beberapa anak rambut yang biasanya beterbangan kini terperangkap di antara keringat yang keluar. Arah mata gadis itu bergerak, dan berhenti pada sebuah buku yang sudah tergeletak di atas keramik—yang mungkin jatuh karna tersenggol oleh lengannya saat tidur tadi.

Adel menatap sekitarnya. Sepi. Matanya langsung mengerjap terkejut saat menangkap jarum jam yang sudah menunjukkan angka 3. Artinya, dia sudah tertidur cukup lama di dalam perpustakaan? Apa semua murid sudah pulang? Bodohnya. Jam segini memang seharusnya sekolahan tidak lagi berpenghuni. Apalagi saat UAS seperti sekarang.

Adel buru-buru mengamit bukunya yang sempat terjatuh. Lalu mengemasi barang-barang lainnya yang Adel rasa miliknya sendiri.

Apa mungkin perpustakaan juga sudah dikunci dari luar? Sebenarnya Adel tidak terlalu khawatir jika itu terjadi. Toh, dia juga bisa menelepon Ocha dan meminta tolong kepada sahabatnya itu. Hanya saja, bukankah itu terlalu merepotkan orang lain?

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang