♡Happy Reading♡
^^^
"Cinta itu anugerah. Cinta tak pernah salah, karna dia datang tak tahu arah.
Namun masalahnya, mengapa harus kamu orangnya?"
Semua orang mempunyai kesalahan, itu pasti. Entah kesalahan besar atau kesalahan kecil sekalipun. Namun, kerap kali kita tidak menyadari kesalahan apa yang telah kita perbuat. Karna hakikatnya manusia, mereka seringkali hanya mengingat pada satu kebaikan yang telah mereka perbuat, tetapi tidak menyadari seribu kesalahan yang telah dilakukannya.Sama halnya seperti yang tengah dirasakan Adel sekarang. Dia benar-benar bingung mengapa tiba-tiba dirinya mendapat panggilan dari kepala sekolahnya. Bukannya takut, sama sekali tidak, karna bagi Adel dipanggil ke ruang kepala sekolah adalah hal yang sudah biasa terjadi padanya. Hanya saja, Adel merasa bahwa dirinya tidak membuat kesalahan apa-apa. Terkecuali, empat hari yang lalu saat ia dan Fanya berkelahi, tapi bukankah dia sudah dihukum karna kesalahan itu? Lantas, untuk apa kepala sekolahnya itu memanggilnya?
Adel yang tengah bergelut dengan pikirannya seketika dibuat terkejut saat lelaki di depannya mendadak berhenti dan membalikkan badan ke arahnya.
"Kalo lo ngekor kayak gini, gue berasa kayak bapak-bapak yang lagi jalan sama anaknya, Del."
Setelah mengatakan itu, lelaki dengan postur tubuh tinggi yang kini berada tepat di hadapan Adel tiba-tiba menarik pergelangan tangan gadis itu.
Adel yang cukup terkejut hanya bisa menahan napasnya sesaat ketika merasakan lengannya ditarik begitu saja.
"Nah, gini kan, enak," lanjutnya, lalu berjalan seraya menggandeng tangan Adel.
"Modus banget, sih, lo!"
Adel menghempaskan tangan lelaki itu. Dia tidak marah. Hanya saja, jika yang menggandeng tangannya bukanlah Qen, Adel merasa tidak nyaman.
"Nggak boleh gitu sama kakak kelas, Del. Nggak sopan."
Ya, sekarang Adel memang tengah bersama dengan kakak kelasnya, sosok lelaki yang tadi sempat mendatangi kelas XI IPA 1 untuk memanggil Adel.
Lelaki itu bernama Abigaha Juana, ketua osis di SMA Negeri Utopia. Dia juga merupakan deretan lelaki Famous di sekolahan ini. Abi bukanlah anak Band seperti Qen, tetapi dia juga cukup mencolok karna jabatannya sebagai ketua osis serta kapten basket. Abi dan Adel juga satu eskul melukis, jadi tidak heran jika keduanya memang terbilang cukup akrab.
"Lebih nggak sopan lagi kelakuan elo, kak!" balas Adel, lantas berjalan mendahului lelaki itu.
Abi berlari kecil untuk mengejar Adel, lalu membisikkan sesuatu di telinga gadis itu, "Lo liat cewek di persimpangan koridor? Cewek yang lagi duduk sambil pegang buku," bisiknya.
"Hm, gue liat."
"Gandeng tangan gue, dong, Del. Please..."
Adel menghentikan langkahnya, lantas menatap sebal ke arah Abi.
"Jadi, lo maksa pengin nganter gue ke ruang kapsek cuman karna mau buat cewek itu cemburu?"
Tanpa rasa ragu, lelaki yang kini sudah berada di sebelah Adel mengaguk mantap.
"Gue pengin buat dia nyesel karna udah putus dari gue," tutur Abi, sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...