♡Happy Reading♡
^^^
"Aku mencintaimu. Sederas air hujan yang mengalir dan sebanyak rintiknya yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlahnya."
—Adelia Qoinne—
^^^^
Brugh!
Suara benturan menggema di sebuah ruangan, yaitu ruangan gelap berukuran 4×6 cm yang dihuni oleh barang-barang tak terpakai. Hanya ada secercah cahaya matahari yang menerobos masuk lewat sela-sela ventilasi dan kaca berukuran kecil yang terdapat di atas lemari besar, lemari berisikan berkas-berkas usang milik sekolah. Pengap. Berdebu. Siapa saja yang berada di sana pasti akan merasa tidak nyaman.
"Bitch!"
Adel meringis lagi tatkala bahunya kembali didorong ke belakang hingga membuat pundak berlapiskan seragam sekolah itu kembali menyentuh tembok untuk kedua kalinya. Hanya ada tiga orang di dalam ruangan itu, Adel serta dua gadis dengan berpakaian jas merah yang sempat membawanya ke gudang.
Adel masih enggan berkata. Dia memilih memperhatikan dua orang di depannya yang sama sekali tidak diketahui namanya oleh gadis itu. Dari jas yang dipakai oleh mereka, dapat Adel pastikan dua orang di depannya adalah kakak kelasnya. Namun pertanyaannya, apa salahnya sampai-sampai membuat para kakak kelasnya itu menyeret dirinya ke tempat ini?
"Kenapa kalian bawa gue ke tempat ini?"
Dapat dilihat tidak ada raut ketakutan di wajah Adel, gadis itu tampak tetap tenang dengan kedua mata sayunya. Hanya ada guratan bingung yang terlintas di sorot mata gadis itu, dan hal demikianlah yang justru menimbulkan kekesalan yang semakin memuncak bagi dua gadis di depan Adel. Rumor tentang Adel, si gadis kelewat tenang itu memang benar adanya. Dua gadis itu sudah melihatnya sendiri.
Karna faktanya, Adel memang terlalu enggan untuk membuat keributan jika bukan mereka yang lebih dulu mengusik gadis itu. Gadis itu hanya mau panik dan takut jika itu sudah menyangkut orang-orang tersayangnya.
"Kita berdua itu udah greget banget sama kelakuan lo!" Gadis bersurai panjang menatap nyalang Adel. "Cewek gatel!!
"Please, Kak, to the point aja karna sebentar lagi mau bel. Sebenernya masalah kalian sama gue itu apa?" tanya Adel dengan sungguh-sungguh, karna sampai detik ini dia tidak tahu apa kesalahannya.
"Berani banget ya lo sama kakak kelas. Dasar adik kelas so kecentilan!" Gadis dengan poni tipis di dahinya bersuara. Tangannya hendak maju menyerang Adel, namun sejurus kemudian ditahan oleh gadis bersurai panjang.
"Lo mau tahu masalah kita sama lo itu apa?" Adel mengaguk polos.
"Karna sikap gatel lo!"
"Gatel?" lirih Adel. Gadis itu masih bingung akan arah pembicaraan kakak kelasnya itu. Apa mungkin kedua gadis ini adalah penggemar Qen dan oleh karna itu mereka merundungnya?
"Nggak usah berlagak polos deh, lo!"
Lagi-lagi gadis berponi hendak maju. Adel perkirakan jika kakak kelasnya yang satu ini memang mempunyai sifat emosional yang tinggi dibanding temannya yang satu lagi. Terbukti juga dari cara penampilan gadis itu yang terlihat tomboy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...