Chapter 21 | Menyesal

119 28 72
                                    

♡Happy Reading♡

^^^^

"Tidak semua cinta yang tumbuh itu pada pandangan pertama. Cinta juga bisa tumbuh seiring berjalannya masa, yang menyapa saat-saat kita bersama."


"Semua ini karna kalian tahu nggak!" Fanya menjatuhkan sikat toilet yang berada di genggamannya. Dia memandang kedua sahabatnya dengan kesal.

"Coba aja kalian nggak ninggalin gue, pasti gue nggak akan kena hukuman kayak gini." Kalimat barusan diakhiri oleh suara dengusan Fanya yang sangat kentara.

Entah sudah berapa lama, Fanya sedari tadi hanya sibuk memarahi kedua temannya-Bella dan Angel-karna telah meninggalkan gadis itu di ruang kantin. Bahkan, gadis itu belum secuil pun mengerjakan hukuman yang diberikan oleh Pak Handoko. Bukan hanya Bella dan Angel yang terkena amukan oleh mulut pedas Fanya, tetapi Adel juga demikian. Mulut Fanya juga tidak luput dari sumpah serapah yang ditujukan kepada Adel. Sekalipun, orang yang Fanya maki keberadaannya entah ada di mana.

"Ya ... maaf," lirih Bella dan Angel bersamaan.

Jika bukan karna uang jajan harian yang selalu mereka dapatkan dari Fanya, mungkin mereka sudah lama meninggalkan gadis itu-yang pekerjaannya selalu menyalahkan dan memerintah orang semaunya sendiri. Fanya, atau kerap kali dikenal dengan si gadis Balerina itu memang merupakan anak dari pengusaha terkenal. Ayahnya seorang pengusaha tambang terbesar di Indonesia, dan jangan lupakan juga Ibunya yang mempunyai toko butik mewah yang berdomisili di Jakarta. Rasa-rasanya sangat disayangkan jika Bella dan Angel tidak bersedia berteman dengan Fanya yang statusnya adalah anak dari keluarga kaya raya.

"Lagian, lo juga ngapain sih pake ganggu Adel segala." Bella menggelengkan kepala. Dia lantas membungkuk untuk mengambil sikat toilet yang sempat dijatuhkan oleh Fanya.
Angel mengaguk setuju. Gadis itu kini sudah sibuk mengelap cermin kamar mandi, mengabaikan tatapan menusuk dari Fanya.

"Sebenarnya, lo punya dendam apaan sih sama Adel, sampai sebegitu bencinya ke dia?" tanya Angel.

"Gue juga udah pernah cerita kan, sama kalian?"

"Iya, sih. Tapi, menurut gue kalo cuman masalah Qen, itu terlalu berlebihan deh. Terkecuali, kalo lo masih suka sama... dia?" timpal Bella dengan memicingkan matanya, curiga.

"Gue?" balas Fanya, nada bicaranya terdengar seperti tengah bertanya balik.

Fanya berdecak. Menyadari dua pasang mata yang menyorotnya dengan tatapan mengidentifikasi membuat gadis itu langsung membalasnya lagi sebelum pikiran dua orang di depannya itu merambat terlalu jauh.

"Nggak lah, gue udah nggak suka sama Qen. Kalian tahu sendiri, kan, kalo sekarang Qen itu pacar Alika, sahabat kita," sanggah Fanya, tidak membenarkan perkataan Bella.

Tangan Angel yang semula bergerak mengelap cermin, terhenti. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya seraya memandang Fanya. "Terus, kenapa lo sebenci itu sama Adel? Bukannya, dulu kalian itu sahabatan, ya?"

"Sahabat siapa?"

Ketiga gadis itu menoleh. Perhatian mereka langsung terpusat ke arah Alika yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu utama toilet.

"Alika?" ujar mereka secara berbarengan.

"Kenapa?" Dengan serempak ketiganya menggeleng. "Muka kalian kayak orang yang lagi sembunyiin sesuatu dari gue tau nggak," katanya jenaka. Gadis itu kemudian terkekeh. Alika sama sekali tidak sadar jika gurauannya barusan memang suatu kebenaran.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang