Hai teman??
Malam ini ketemu lagi sama Adel dan Qen. Gimana, kira-kira ada yang kangen sama mereka berdua ga nih? Wkwk
Udah deh, cuman mau ngomong itu aja haha...
♡Happy Reading♡
^^^
Apa yang kalian lakukan di saat hujan datang pada malam hari? Rintik-rintik yang menenangkan dengan perpaduan bau khas Petrichor adalah sesuatu yang beberapa orang menyukainya. Adel salah satunya.
Jika kebanyakan orang akan memilih tidur, belajar, atau makan mie Instan di saat hujan turun. Namun, tidak dengan Adel yang kini tengah berada di depan balkon kamarnya. Jika kalian mengira Adel tengah melamun—meratapi nasib dengan memandang hujan yang turun, maka jawabannya salah. Gadis dengan rambut diikat pendek itu sekarang tengah duduk berbalut selimut tebal dengan kedua tangan yang masih setia mencengkeram sebuah buku tebal. Salah besar juga jika kalian mengira itu buku pelajaran. Seorang Adelia Qoinne belajar? Jika yang demikian terjadi mungkin itu akan menjadi trending topik sejagat raya.
"Kebisaan!"
Suara itu membuat Adel secara refleks mengangkat kepalanya. Langkah kaki lelaki yang menghampiri Adel sama sekali tidak mengubah posisi pertamanya.
Adel masih terlalu berat untuk mengubah posisi ternyamannya saat ini. Jadi, saat lelaki itu sudah berada tepat di hadapan Adel, gadis itu hanya meringis dengan pandangan yang tertuju ke arah orang yang saat ini memandangnya dengan wajah datar.
"Lo ngapain acara hijrah ke sini? Kamar lo bocor? Atau kamar lo udah gak sudi nampung penghuni kayak lo lagi? Kalau iya, gue juga gak heran sih."
Kamar Adel jauh dari kata bersih. Kotor, itulah yang pas untuk mengecap kamar gadis itu. Baju-baju berserakan dan sampah makanan yang berkeliaran di setiap tempat; baik itu di atas kasur, di atas meja maupun di atas lantai. Mungkin kamar tersebut sudah menangis sebab penghuninya tidak merawatnya dengan baik. Jadi, Qen menebak jika Adel telah diusir dari kamarnya sendiri karna terlalu jorok.
"Gue suka..."
Adel suka. Dia sama sekali tidak merasa tersinggung dengan pernyataan Qen. Justru, Adel merasa dirinya istimewa jika Qen secerewet ini. Berbeda jika lelaki itu tengah berbicara dengan orang lain.
"Suka apa?"
Adel segera mengerjap. Ternyata gumaman lirihnya masih dapat didengar oleh lelaki di hadapannya itu.
"Apa lagi, kalo bukan suka sama lo."
Entah dari mana letak kelucuannya, tapi perkataannya sendiri membuat Adel cekikikan. Qen mulai merinding.
"Ayo masuk ke dalam. Di sini dingin, nanti lo bisa sakit," ajak Qen kepada Adel.
"Gue udah pakai selimut tebal, jadi gak akan kedinginan. Tuh, kalo lo gak percaya."
Adel menyingkap selimut yang sedari tadi melilit tubuhnya. Dia mencoba memperlihatkan kepada Qen dua selimut yang dijadikan satu sekaligus agar bisa menghangatkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Fiksi RemajaLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...