Chapter 49 | Dekat Yang Tak Tampak

81 7 7
                                    

Hii aku balik lagi?

Gimana kabar untuk awal-awal bulan ini? Semoga full senyum sampe akhir bulan, dan untuk bulan-bulan ke depannya, ya. Amiin.

______

"Jika, aku adalah Bunga Matahari yang pada akhirnya kamu petik, apa nantinya kamu akan merawatku untuk tidak pernah layu?"

_Adelia Qoinne_

_____

Takdir memang lucu ya?

Kadang kala dia menjauhkan sesuatu yang ingin berdekatan, dan mendekatkan sesuatu yang ingin berjauhan.

Sekarang Qen mengerti, mengapa kebanyakan orang mengeluh akan takdir yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Namun, jika dipikir-pikir kembali, bukankah itu hakikatnya takdir? Dia hanya berjalan sesuai ketentuan–NYA. Jika itu yang terjadi maka hal itulah yang terbaik bukan?

Tapi kembali lagi kepada manusia itu sendiri, bisa berpikir demikian atau malah sebaliknya. Mengeluh, dan mengutuk takdir.

Terdengar helaan napas panjang mengudara, ikut berbaur dengan hempasan angin yang berembus dengan tenang. Qen yang tengah berada di Rooftop  sekolahan hanya berdiri tak bergeming dengan isi otak yang masih asik bertempur.

Selama beberapa hari ini Qen sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. Memikirkan sesuatu yang menurutnya masih terlalu awal untuk dia bahas dalam kamus hidupnya.

Cinta.

"Gue enggak bisa kayak gini terus. Ini enggak bener. Gue terlalu jahat kalo biarin hubungan ini terus berlanjut."

^^^

"Adel?"

Pemilik nama itu langsung tersenyum lebar seraya melambaikan salah satu tangannya. Berdiri tegak sambil memperhatikan sosok yang memanggilnya tadi berjalan mendekat ke arahnya.

"Lo ke mana aja? Dari kemarin kenapa enggak masuk coba?" Ocha menunjukkan raut wajah kesalnya. Sebagai sahabat, sudah sepatutnya Ocha khawatir ketika sadar Adel tidak masuk sekolah selama dua hari, terlebih-lebih Ocha sama sekali tidak tahu alasan apa yang membuat Adel tidak masuk sekolah.
Dan lagi, sebelum itu Adel juga sempat pingsan di area sekolahan, wajar saja jika Ocha cukup mencemaskan gadis itu.

"Hayo tebak gue abis ke mana?" 

"Adel, gue serius!" Papar Ocha dengan tegas.

"Jangan serius-serius, nanti sakit. Karna yang serius belum tentu lurus." Setelahnya Adel tertawa terbahak-bahak, hingga memancing atensi beberapa siswa yang berada di koridor sekolah.

"Gue enggak suka sama lo yang sekarang."

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Ocha seketika sukses membuat tawa Adel lenyap, diganti dengan wajah tegang disertai dengan hatinya yang memang sejak awal terasa sesak. Dia tahu maksud kalimat Ocha tadi.

Namun, beberapa detik kemudian wajah ceria Adel kembali terbit. "Apaan sih, Cha. Gue bilang enggak usah serius-serius juga," ujar Adel dengan lengan yang menyikut tangan Ocha. "Udah deh, ayo masuk kelas," lanjutnya seraya menggandeng tangan orang di sebelahnya.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang