♡Happy Readding♡
^^^
“Udah ketemu?”
Qen menatap sesaat gadis di depannya, lantas menggelengkan kepala pelan. Saat itu juga ekspresi wajah Ocha menjadi semakin panik.
Sudah terhitung tiga puluh menit Qen, Ocha, Dino serta Rafli sibuk mencari-cari keberadaan Adel. Ya, Adel menghilang. Mereka berempat sudah mencari Adel di berbagai tempat yang menurut mereka sering didatangi oleh Adel. Dimulai dari ruang perpustakaan, ruang musik, ruang melukis, rooftop, dan taman belakang sekolah. Namun, hasilnya tetap nihil.
Qen pikir, setelah mengantarkan Adel ke UKS gadis itu akan tenang di ruangan itu lalu tertidur dengan pulas. Namun, saat Qen pergi untuk menjemput Adel di ruang itu ternyata sosok Adel sudah tidak ada di sana.
“Udah coba cari di perpus?”
Qen menatap orang-orang di depannya satu persatu, dan pertanyaannya barusan langsung dibalas oleh Rafli dengan anggukkan kepala.
“Udah lo cek betul-betul, kan?” Qen bertanya, mencoba untuk memastikan lagi.
Rafli mengagukkan kepalanya lagi. Qen menghembuskan napas, dia mulai bingung harus mencari Adel kemana lagi. Apa mungkin Adel sudah pergi meninggalkan lingkungan sekolah?
Sekarang, empat orang yang kini tengah berdiri di depan mading sekolahan terdiam dengan pikiran masing-masing.
Keheningan itu hanya berlangsung selama dua menit, setelahnya suara Dino terdengar dan membuat ke tiga orang yang semula tertunduk kembali mengangkat kepalanya.
“Udah coba cari di ruang kantin?”
^^^
“Qen!”
Qen membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Ditatapnya, sosok gadis berambut sepundak tengah berlari kecil ke arahnya.
“Alika?” Qen menggumam. Alika tersenyum saat mendapati Qen sudah berada tepat di hadapannya.
Qen menggumam, lantas bertanya, “Kenapa, Al?” tanyanya, dengan salah satu sudut alis yang terangkat.
“Aku mau ngomong sama kamu,” ujar Alika, lantas mengarahkan pandangan matanya ke arah lain. Qen mengikuti arah sorot mata Alika tertuju, lelaki itu menengok ke belakang dan langsung disuguhkan oleh ketiga temannya yang ternyata juga ikut berhenti.
“Maaf Al, tapi jangan sekarang ya?”
“Sebentar aja Qen, ini penting.” Sorot mata Alika terlihat memohon.
Tapi dia harus mencari Adel. Qen tidak tahu apakah sekarang keadaan Adel baik-baik saja atau malah sebaliknya. Kejadian tadi pagi pasti masih begitu melekat di dalam pikiran gadis itu.
“Maaf Al, tapi gue bener-bener nggak bisa ngobrol sekarang.”
Jari-jemari Alika meremas roknya sendiri. “Kenapa?”
“Gue harus nyari Adel. Dia hilang dari jam istirahat pertama," papar Qen, yang sontak membuat Alika sedikit terkejut.
Alika mengerti. Raut wajah gusar Qen lagi-lagi membuat Alika memahami lelaki itu. Qen tengah khawatir. Mengkhawatirkan Adel. Miris ... tetapi lagi-lagi Alika harus bisa menerima karna mau bagaimana pun saat ini Adel memang yang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...