60

2.9K 218 41
                                    

Di dalam ruang baca.
Wen Kexing, Wen Huangfu, dan Zhou Fengyan sedang duduk bersama dalam suasana canggung yang mendominasi. Tidak ada satupun yang mau membuka pembicaraan ataupun bergerak dari tempatnya. Hanya bunyi helaan nafas yang terdengar di seluruh ruangan itu. Semuanya masih terdiam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Ayahanda, Paman Wen, Paman Zhou" panggil Wen Xinqian yang baru saja masuk ke dalam ruang baca.

"Kenapa kau masuk ke dalam? Apa yang ingin kau lakukan di sini A Qian?" Tanya Wen Kexing.

"Ibunda menyuruhku menemani Ayahanda dan para paman" jawab Wen Xinqian.

"Ayo sini A Qian, duduk di sebelah paman Wen!" ucap Wen Huangfu sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Wen Xinqian segera berjalan kearah Wen Huangfu dan naik ke atas kursi dibantu Wen Huangfu.

"Terima kasih paman Wen" ucap Wen Xinqian sembari tersenyum, memperlihatkan deretan gigi mungilnya yang tersusun rapi.

"A Qian sangat cantik dan pintar" puji Wen Huangfu sambil tersenyum ke arah Wen Xinqian.

"Terima kasih paman. Aku sangat cantik dan pintar karena ibunda selalu merawat dan mengajariku dengan baik" ucap Wen Xinqian dengan wajah ceria.

"Tidak ku sangka adik laki-laki ku bisa melahirkan 3 orang anak dan mendidik mereka dengan sangat baik" puji Zhou Fengyan setelah terdiam cukup lama.

Wen Kexing hanya melihat interaksi Wen Xinqian dan kedua pamannya. Sebenarnya Wen Kexing masih belum bisa menerima mereka kembali. Namun dia berusaha untuk memaafkan mereka seperti Zhou Zishu telah memaafkannya.

Senyum tipis terukir di bibir Wen Kexing, kala mengingat kebaikan hati Zhou Zishu. Tak henti-hentinya Wen Kexing bersyukur memiliki Zhou Zishu sebagai cahaya dalam hidupnya. Jika Zhou Zishu tidak ada di dalam hidupnya, sudah di pastikan dia akan hidup dalam kegelapan.

"A Xing" panggil Wen Huangfu yang dapat menarik Wen Kexing kembali dari lamunannya.

"Iya, ge?" Jawab Wen Kexing.

"Maafkan aku dan keluargaku atas semua yang telah kami lakukan padamu dan keluarga mu. Aku berharap kau mau menerimaku kembali sebagai kakakmu" ucap Wen Huangfu sambil menunduk dalam.

Hati Wen Kexing menghangat setelah mendengar permintaan maaf Wen Huangfu. Dia segera berdiri dan memeluk Wen Huangfu.

Kemudian Wen Kexing melepaskan pelukan mereka dan berkata, "Aku sudah memaafkan mu, ge. Jadi lupakan semuanya dan mari kita perbaiki hubungan persaudaraan kita!"

"Iya, Didi. Kau memang yang terbaik, Gege bangga padamu" ucap Wen Huangfu sambil merangkul pundak Wen Kexing.

Zhou Fengyan menatap kearah Wen bersaudara. Dia jadi ingat kalau dia belum minta maaf kepada Zhou Zishu atas semua yang dia telah lakukan. Wajah Zhou Fengyan menjadi murung, dia tidak tahu apakah Zhou Zishu mau memaafkan atau tidak. Dia merasa sangat bersalah kepada adiknya.

"Kenapa wajah paman Zhou murung? Ada yang sedang paman pikirkan?" Tanya Wen Xinqian setelah berpindah duduk di sebelah Zhou Fengyan.

Zhou Fengyan mengelus lembut surai panjang Wen Xinqian dan berkata, "Paman hanya merasa bersalah kepada ibumu. Paman sudah banyak melakukan kesalahan padanya, namun belum sempat meminta maaf. Paman takut ibu mu membenci paman dan tidak mau memaafkan paman"

Wen Xinqian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ibunda tidak pernah membenci paman. Ibunda selalu bercerita tentang paman, bibi, dan juga nenek. Ibunda juga selalu berkata bahwa dia sangat merindukan kalian. Ibunda bahkan pernah berkata bahwa dia ingin sekali berkumpul bersama kalian seperti dulu"

You Are My Strength (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang