Di dalam ruang baca, Wen Kexing sedang duduk bersama dengan Han Weiheng.
"Weiheng, aku ingin kau menyelidiki kematian ibuku dengan ini" ucap Wen Kexing sambil memberikan sapu tangan dengan bunga plum pink di tengahnya.
"Tapi Wangye, bukankah kasus kematian Selir Jiang sudah di tutup? Kita juga sudah menangkap dua orang bertopeng yang diucapkan oleh Wangfei" ucap Han Weiheng kebingungan.
"Aku merasa bukan mereka yang membunuh ibuku. Aku yakin ada orang lain di balik semua ini yang belum kita temukan" ucap Wen Kexing dengan mata yang penuh dengan amarah.
"Baiklah, jika Wangye masih ingin menyelidiki, aku akan berusaha semaksimal mungkin menemukan pelaku yang sebenarnya. Tapi aku merasa sapu tangan ini sangat familiar" ucap Han Weiheng sambil mengamati bunga plum pink di sapu tangan itu.
"Sapu tangan itu sama seperti yang aku buat khusus untuk Liu Riyu. Aku dan Zhou Zishu menemukan sapu tangan itu di kamar ibuku" mendengar ucapan Wen Kexing, Han Weiheng menjadi terkejut dan kemudian menatap bingung Wen Kexing.
"Tidak perlu bingung, cepat selidiki pemilik sapu tangan itu dan bawa semua bukti yang kau temukan kepadaku. Dan satu hal lagi lakukan ini secara rahasia, jangan sampai ada yang tahu" ucap Wen Kexing.
"Baik Wangye, saya akan segera menyelidiki nya dengan hati-hati. Saya permisi" ucap Han Weiheng, kemudian dia pergi dari ruang baca untuk menyelidiki kasus kematian Selir Jiang.
'Sebenarnya aku tahu siapa dalang di balik semua ini. Tetapi aku harus mencari bukti lain, agar mereka tidak bisa menghindar dari hukuman' batin Wen Kexing sambil menunjuk seringainya.
*
*Malam harinya, setelah Wen Kexing mengobati luka Zhou Zishu. Mereka duduk bersebelahan di kursi dekat jendela sambil menatap langit malam. Malam ini bulan bersinar terang dan bintang-bintang bertebaran memperindah Langi malam.
"Pemandangan langit malam ini sangat indah" gumam Zhou Zishu yang di dengar oleh Wen Kexing.
Segera Wen Kexing menoleh ke arah Zhou Zishu. Wen Kexing tertegun sejenak saat melihat wajah Zhou Zishu yang terkana sinar rembulan. Tanpa sadar Wen Kexing bergumam, "Sangat Cantik".
Zhou Zishu terus menatap langit, sementara Wen Kexing terus menatap wajah Zhou Zishu. Tiba-tiba tangan Wen Kexing menyentuh pipi Zhou Zishu, sontak membuat tubuh Zhou Zishu menegang dan langsung menoleh ke arah Wen Kexing. Saat Zhou Zishu melihat Wen Kexing menatapnya lekat, jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya perlahan mulai kembali normal. Perlahan mata Zhou Zishu menutup dan mulai merasakan telapak tangan besar Wen Kexing di pipinya, rasanya sangat nyaman dan hangat.
Begitu juga Wen Kexing, dia merasakan jantungnya berdebar kencang dan tangannya merasakan kelembutan dan kehangatan dari pipi Zhou Zishu. Saat melihat Zhou Zishu menutup matanya, Wen Kexing perlahan mulai mendekati wajah Zhou Zishu dan memperpendek jarak diantara mereka.
Tok... Tok...
Suara dari ketukan pintu membuat Wen Kexing dan Zhou Zishu terkejut. Segera Wen Kexing menjauhkan tangan dan tubuhnya dari Zhou Zishu, sementara Zhou Zishu membuka matanya dan memalingkan wajahnya yang sudah merona. Setelah itu, Wen Kexing menyuruh orang itu untuk masuk ke dalam.
"Maafkan saya Wangye, Wangfei telah mengganggu waktu kalian. Saya ingin memberikan surat dari kaisar untuk Wangye" ucap pelayan itu sambil memberikan surat kepada Wen Kexing.
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi" ucap Wen Kexing dingin.
"Saya permisi, selamat malam Wangye, Wangfei" setelah itu pelayan itu pergi dari kamar mereka.
Segera setelah pelayan itu pergi, Wen Kexing membaca surat yang ada di tangannya. Setelah selesai membaca surat itu, wajah Wen Kexing berubah menjadi sedih. Zhou Zishu yang menyadari perubahan wajah Wen Kexing langsung bertanya.
"Wangye, kenapa kau terlihat sedih? Apakah yang kaisar katakan kepadamu?"
Wen Kexing menatap Zhou Zishu dan kemudian berkata, "Ayahanda hanya berkata aku harus pergi ke kerajaan Barat besok, ada beberapa pekerjaan yang harus aku urus. Dan kemungkinan aku harus menginap di sana selama dua hari"
"Lalu kenapa kau bersedih?" Tanya Zhou Zishu sambil menatap bingung Wen Kexing.
Wen Kexing menghela nafasnya dan kemudian berkata, "Itu artinya aku harus meninggalkan mu selama dua hari"
"Wangye, tenang saja. Aku akan baik-baik saja di sini. Lagipula Wangye sekarang memiliki tanggung jawab di sana, jadi mau tidak mau kau harus pergi ke sana" ucap Zhou Zishu sambil menggenggam tangan Wen Kexing untuk meyakinkannya.
"Tapi kau sedang sakit, aku mengkhawatirkan mu dan aku ingin merawat mu di sini" mendengar ucapan Wen Kexing, wajah Zhou Zishu merona. Tetapi Zhou Zishu mencoba untuk tenang dan menghilangkan rona di wajahnya.
Zhou Zishu tersenyum sambil berkata, "Percayalah padaku, aku akan baik-baik saja. Jadi kau bisa pergi ke kerajaan barat dan menyelesaikan pekerjaan mu"
"A Xu berjanjilah padaku, kau akan selalu di sini dan menungguku pulang"
"Aku berjanji akan selalu di sini dan menunggu mu pulang" mendengar itu Wen Kexing tersenyum dan membalas genggaman tangan Zhou Zishu lebih erat. Setelah itu, Wen Kexing mengajak Zhou Zishu untuk tidur.
Saat sudah sampai di tempat tidur, Zhou Zishu dan Wen Kexing masih berdiri kaku. Mereka terlihat sangat canggung dan juga bingung.
Tiba-tiba Zhou Zishu berkata, "Wangye, aku berpikir malam ini lebih baik aku tidur di gudang. Jadi kau bisa tidur di sini dengan tenang"
"Tidak, kau tidak boleh lagi tidur di gudang. Mulai malam ini kau tidur di sini, bersamaku" ucap Wen Kexing.
"Tapi Wangye, aku akan membuatmu merasa tidak nyaman. Aku..." Ucapan Zhou Zishu langsung di potong Wen Kexing.
"Aku baik-baik saja tidur bersamamu. Lagipula kau kan istriku, sudah seharusnya kita sekamar"
Mendengar Wen Kexing memanggil 'istri', menundukkan wajahnya yang kembali merona. Sementara Wen Kexing yang baru sadar telah memanggil Zhou Zishu sebagai 'istri' nya langsung salah tingkah. Wen Kexing mencoba menenangkan dirinya dan kemudian menarik tangan Zhou Zishu untuk tidur di atas kasurnya.
Saat mereka berdua telah berbaring di atas ranjang, Wen Kexing berkata, "Sekarang tidurlah dan jangan berpikir bahwa kau mengganggu ku. Mimpi indah A Xu"
Perlahan mata Wen Kexing menutup dan dia mulai tertidur. Zhou Zishu yang merasa bahwa Wen Kexing sudah terlelap, mulai mendekati telinga Wen Kexing dan berbisik.
"Mimpi indah juga, Lao Wen" setelah itu Zhou Zishu menutup keduanya matanya untuk mengikuti Wen Kexing ke alam mimpi.
Tanpa Zhou Zishu sadari, mata Wen Kexing kembali terbuka. Kemudian dia menatap wajah tertidur Zhou Zishu sambil tersenyum. Perlahan-lahan tangannya bergerak dan membelai lembut surai panjang Zhou Zishu. Wen Kexing merasa jantung berdebar sangat kencang dan ingin terus mendengar Zhou Zishu memanggilnya 'Lao Wen'.
'A Xu, maafkan aku karena belum bisa jujur kepadamu, bahwa aku telah mengingat masa lalu kita. Tapi aku berjanji, secepatnya aku akan mengatakannya sekaligus meminta maaf padamu" batin Wen Kexing sambil menatap sendu Zhou Zishu.
TBC...
Hallo semua
Terimakasih atas dukungannya 😊😊
Semoga tetep suka dengan cerita ini...
Di tunggu terus yaa kelanjutannyaSee you next chapter 🙂

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Strength (End)
Fiksi Penggemar'Lao Wen, kenapa kau tidak bisa percaya kepadaku sekali saja? Walaupun Kau membenciku dan tidak mempercayai ku, aku akan terus berusaha melindungi mu dari mereka. Aku mencintaimu, Lao Wen' ucap Zhou Zishu dalam batinnya sambil menangis. 'A Xu maafka...