EPILOG

3.8K 256 58
                                    

Di bawah hangatnya cahaya matahari, Wen Kexing dan ketiga anaknya duduk di dalam gazebo untuk membicarakan sesuatu yang cukup serius.

"Jadi apa yang ingin Ayahanda bicarakan dengan kami?" Tanya Wen Chengling.

Wen Kexing menghembuskan nafas sejenak, kemudian berkata, "Bisakah kalian besok pergi di istana kakek?"

"Kenapa kami harus pergi ke sana?" Tanya Wen Xinqian.

"Ayahanda ingin menghabiskan waktu bersama dengan ibunda tanpa ada gangguan kita" jawab Wen Zhilin mewakili Wen Kexing.

"A Lin, kau adalah putriku yang paling pintar. Bagaimana kau bisa tahu apa yang sedang Ayahanda mu ini pikirkan?" Tanya Wen Kexing dengan senyum bodohnya.

"Terlihat sangat jelas!" Ucap ketiga anaknya bersamaan.

"Anak-anak ku sangat pintar, Ayahanda bangga kepada kalian. Jadi besok pagi Ayahanda akan mengantar kalian ke istana kakek dan menitipkan kalian di sana" ucap Wen Kexing dengan girang.

"Tunggu dulu, siapa yang bilang kami setuju dengan rencana Ayahanda. Aku tidak mau ke sana, aku ingin di sini dengan ibunda!" Ucap Wen Xinqian.

"Kami juga" timpal Wen Chengling dan Wen Zhilin.

Senyum di wajah Wen Kexing seketika luntur dan di ganti raut wajah sedih bak anak anjing. Anak-anak menatap malas sang ayah dan mengaggap Wen Kexing tidak ada.

"Anak-anak kenapa kalian begitu tega dengan Ayahanda mu ini?" Tanya Wen Kexing lirih.

"Itu tidak akan mempan pada kami ayahanda" ujar Wen Chengling.

"Baiklah! Ayahanda ada penawaran yang bagus untuk kalian"

"Apa itu?!" Tanya si kembar penasaran.

"Ayahanda akan membelikan apapun yang kalian inginkan. Kalian bebas memilih mainan atau makanan yang kalian inginkan. Bagaimana? Apakah kalian tertarik?" jawab Wen Kexing.

"Ayahanda menyogok kami, itu tidak baik. Aku akan beritahu ibunda kalau Ayahanda mengajari kami hal yang tidak benar" ucap Wen Zhilin, lalu turun dari kursi.

Saat Wen Zhilin akan pergi mencari Zhou Zishu, Wen Kexing menahan tangannya.

"A Lin, tolong maafkan Ayahanda. Jangan bilang apapun pada ibunda ya... Ayahanda berjanji tidak akan melakukan itu lagi" ujar Wen Kexing sembari mengarahkan jari kelingkingnya ke arah Wen Zhilin, tanda janjinya kepada Wen Zhilin.

"Aku pegang janji Ayahanda!"

Wen Zhilin tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Wen Kexing. Setelah itu, dia kembali naik ke kursinya dan duduk dengan tenang.

"Sebenarnya kenapa Ayahanda meminta kami ke istana kakek? Memangnya apa yang ingin Ayahanda lakukan dengan Ibunda?" Tanya Wen Chengling.

"Ayahanda hanya ingin mengajak ibunda kalian berjalan-jalan. Tapi Ayahanda hanya ingin melakukannya berdua"

"APA?! Ayahanda hanya akan pergi berdua dengan ibunda? Tega sekali Ayahanda menitipkan kami hanya demi berduaan dengan Ibunda!" ujar Wen Xinqian tidak terima.

"A Qian sudahlah, lebih baik kita biarkan Ayahanda dan Ibunda pergi bersama tanpa kita. Lagipula waktu Ayahanda bersama Ibunda sangat sedikit karena Ayahanda sibuk dengan urusan istana" ucap Wen Chengling dengan bijak, Wen Zhilin mengangguk setuju namun Wen Xinqian malah cemberut.

"Tapi ge..."

"A Qian, berikan Ayahanda dan Ibunda waktu untuk berdua. Lagipula di istana kakek ada bibi A Xiang dan kakak beradik Cao. Kita bisa bermain bersama mereka" ujar Wen Chengling meyakinkan adiknya.

You Are My Strength (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang