Season 2 : Chapter 1

111 6 9
                                    

Note: untuk chapter ini akan menceritakan mengenai kebenaran tentang kematian Rena, tepatnya setelah chapter 49 dan mulai sekarang jalan cerita akan kembali melanjutkan konfliknya, tapi nanti akan muncul lagi spesial chapter sebagai selingan.

Rena POV

"Ugh!!"

Dengan perlahan aku membuka mataku yang terasa sangat berat, setelah mataku terbuka sempurna aku melihat langit-langit putih khas rumah sakit tetapi aku merasa kalau saat ini aku tak berada dirumah sakit, ruangan ini terlihat sunyi dan sepi yang terdengar hanya suara beberapa alat medis yang ada disekitarku.

Aku mencoba mengingat ingat apa yang terjadi dan seingatku aku sudah mati karena tak bisa menahan penyakitku, ya aku ingat saat aku duduk diatap sekolah menunggu ajalku, tapi kenapa aku disini.

Aku mencoba menggerakkan tubuhku yang sangat sulit digerakkan seakan tubuhku lumpuh, selain itu banyak sekali alat medis yang menempel ditubuhku.

Aku mendengar pintu terbuka dan seseorang masuk kedalam ruangan, aku tak tau siapa dia karena untuk menolehpun aku tak bisa karena tubuhku seolah tak merespon apa yang kuperintah.

"Akhirnya kau bangun Rena" kata seseorang tersebut sambil mendekat kearahku dan kini aku bisa melihat siapa dia.

Aku hanya bisa memandang terkejut saat melihat orang tersebut adalah Akane, memangnya apa yang sudah terjadi kenapa dia ada disini.

Dengan susah payah aku menoleh kesamping dan melihat Akane yang sedang menyiapkan sesuatu yang aku tak tau apa itu, beberapa saat kemudian aku melihat Akane kembali mendekat kearahku sambil membawa sebuah suntik.

Akane menyuntikkan suntik tersebut kebahuku yang aku tak tau untuk apa itu.

"Kau tak perlu khawatir Rena, suntikan ini untuk memulihkan tubuhmu" kata Akane setelah selesai menyintikku.

"A-a,, a,,,"

Aku menyoba bertanya padanya tapi lagi-lagi tubuhku seakan tak merespon apa yang kuperintahkan bahkan untuk bicara saja sulit.

"Kau tak perlu memaksakan diri untuk bicara Rena, saat ini tubuhmu masih lumpuh tapi tenang saja tak lama lagi tubuhmu akan kembali normal" jelas Akane sambil membereskan sutikannya lalu pergi meninggalakan ruangan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selama beberapa hari aku hanya berbaring disini dan aku masih belum tau apa-apa mengenai apa yang sudah terjadi dan Akane juga belum mengatakan apapun.

Setiap hari Akane selalu menyuntikan obat yang tak tau apa itu, tetapi setiap kali Akane menyuntikkan obat tersebut aku merasa tubuhku membaik, aku sudah mulai bisa menggerakkan tubuhku dan aku juga sudah bisa bicara setelah beberapa hari mulutku tak bisa terbuka.

"Apa yang sudah terjadi?" tanyaku pada Akane yang sedang menyiapkan suntikan untukku.

"Baiklah aku akan menceritakan semuanya" jawab Akane sambil menyuntikan obat tersebut kebahuku.

"Apa kau ingat saat aku menemuimu diatap sekolah" kata Akane.

"Ya aku ingat, tapi seingatku aku sudah mati"

"Kau memang hampir mati, tapi sebelum kau benar-benar mati aku menyuntikkan penawar racun kepadamu, tapi setelah aku menyuntikkan penawar rancun itu kau langsung mati suri" jelas Akane.

"Mati suri?" tanyaku meminta penjelasan lebih.

"Ya, kau mati suri dan semua orang terdekatmu sudah menganggapmu mati bahkan merka juga menguburkanmu" jelas Akane yang semakin membuatku bingung.

"Apa? Menguburkanku tapi kenapa aku ada disini?"

"Mungkin kau akan menganggapku gila tapi setelah kau dimakamkan aku menggali kuburanmu dan membawamu kesini"

"Kenapa kau melakukan ini? Bukankah tujuanmu membalasakan dendam ayahmu padaku"

"Aku sadar bahwa perbuatanku salah, ayahku sudah membunuh ayah dan ibumu, dia pantas mendapat hal yang setimpal" kata Akane yang membuatku terkejut meski masih kulihat raut kesedihan diwajahnya.

"Aku yang sudah memberimu racun jadi aku akan memberimu penangkal racunnya juga"

"Ngomong berapa lama aku mati suri?" tanyaku.

"Kau mati suri selama hampir 2 tahun" jawab Akane yang membuatku membulatkan mata terkejut, selama hampir 2 tahun itu lama sekali dan pantas saja saat bangun tubuhku tak bisa digerakkan sama sekali.

Selain itu selama dua tahun orang terdekatku sudah menganggapku mati dan tentunya aku sangat khawatir dengan Sasshi dan Jurina, bagaimana keadaan mereka sekarang.

"Aku tau apa yang kau pikirkan, kau pasti ingin bertemu keluargamu kan?" tanya Akane dan tebakannya tepat sekali.

"Rena jangan sampai ada orang yang tau kalau kau masih hidup"

"Apa maksudmu?"

"Jika mereka tau kau masih hidup orang terdekatmu akan dalam bahaya"

"Siapa maksudmu?"

"Aku tak begitu mengetahui siapa mereka, tapi aku sedikit tau alasan kenapa orang tuamu dibunuh, karena suatu alasan mereka ingin membunuh semua keluarga Matsui, mereka tak tau mengenai adikmu jadi yang mereka tau hanya kau keturunan Matsui yang tersisa" jelas Akane sementara aku hanya diam mencerna setiap penjelasaanya.

"Sebenaenya merekalah yang sudah menghasutku untuk membunuhmu, tapi sekarang yang mereka tau bahwa kau sudah mati jadi mereka berhenti bergerak, jika mereka tau kau masih hidup akan jadi masalah karena orang terdekatmu akan ikut terlibat dan yang lebih buruk bahwa mereka mengetahui bahwa keturunan Matsui bukan kau saja, jika itu terjadi nyawa Jurina dalam bahaya" jelas Akane sementara aku hanya bisa mengepalkan tangan erat-erat menahan emosi.

"Saat ini Jurina tinggal di London, jadi kau tak perlu mencemaskannya" kata Akane yang membuatku sedikit bernafas lega.

"Begitu ya, siapa saja yang tau kalau aku masih hidup?" tanyaku.

"Hanya aku yang tau bahwa kau masih hidup dan saat ini kita berada Di Nagoya, tepatnya di apartement rahasiaku dan tak ada yang tau tempat ini"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dua bulan kemudian aku masih tinggal bersama Akane, kini tubuhku sudah kembali normal sepenuhnya dan aku tak perlu lagi menererima suntikan dari Akane dan saat ini tubuhku benar-benar sembuh tanpa ada masalah sedikitpun.

"Akane apa kau bisa mengantarku?" tanyaku.

"Kemana?"

"Aku ingin bertemu dengannya" jawabku dan kulihat Akane berpikir selama beberapa saat.

"Tapi kau ingatkan kalau bahaya jika ada yang tau kau masih hidup"

"Tenang saja aku akan menyamar"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

GekiWotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang