'Sepertinya ini sudah cocok' batin Sasshi sambil melihat penampilannya dicermin, hari ini ia akan pergi makan malam bersama Rena, cukup sulit bagi Sasshi untuk mengajak Rena keluar apalagi Rena sempat menolak saat diajak, tapi setelah beberapa kali mencoba akhirnya Rena mau diajak jalan.
"Semoga ini berhasil" kata Sasshi sambil memandang dua buah cincin yang baru saja ia beli beberapa waktu lalu, ia berencana akan mengungkapkan perasaannya lagi atau bisa dibilang ia akan melamar Rena.
TOK!
TOK!
TOK!"Mungkin itu Rena-chan" kata Sasshi mendengar seseorang memgetuk pintu rumahnya dan tanpa basa-basi Sasshi langsung bergegas untuk membukakan pintu.
.
.
.
.
.
.
."Memangnya kita akan makan malam dimana?" tanya Rena pada Sasshi.
"Sebenarnya aku belum menentukan tempatnya, bagaimana kalau kita mencari tempat yang cocok sekalian jalan-jalan" jawab Sasshi.
"Baiklah"
"Kalau begitu ayo" kata Sasshi sambil berjalan dulu diikuti Rena disampingnya.
"Tumben sekali kau mengajakku makan malam begini" kata Rena yang heran karena Sasshi ngotot sekali mengajaknya makan malam.
"Tak apa hanya sudah lama kita tak makan malam berdua" jawab Sasshi karena memang mereka sudah lama tak makan malam bersama, terakhir kali mereka makan malam seperti ini saat mereka masih menjadi sepasang kekasih 2 tahun yang lalu.
"Sekalian ada sesuatu yang harus kukatakan" lanjut Sasshi.
"Apa itu?"
"Nanti kamu juga akan tahu"
GREP!
Tiba-tiba Sasshi menggenggam tangan Rena yang berjalan disampingnya.
"Rena-chan, bolehkah aku terus menggenggam tanganmu seperti ini" kata Sasshi lirih, meski terkejut Rena hanya diam membiarkan Sasshi menggenggam tangannya dan mereka berdua berjalan sambil saling bergandengan tangan.
Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan dalam diam tanpa ada yang membuka suara sama sekali, yang ada hanya suara angin malam yang menerpa tubuh mereka.
Karena tak nyaman dengan suasana hening akhirnya Sasshi mulai membuka suara.
"Rena-chan"
"Apa?"
"Aku berharap kita bisa bersama seperti ini selamanya" kata Sasshi yang membuat Rena terdiam beberapa saat.
"Aku juga berharap kita bisa seperti ini lebih lama lagi" kata Rena sambil tersenyum pahit karena ia tahu bahwa hidupnya tak lama lagi, semakin hari ia merasakan tubuhnya semakin parah dan tak akan bertahan lama lagi.
Sasshi yang mendengar itu ekspresi wajahnya langsung berubah sedih karena ia tau maksud Rena.
'Kamu pasti sembuh Rena-chan, aku yakin itu' batin Sasshi sambil menggenggam erat tangan Rena.
"Sasshi, suatu saat nanti apa kau bisa menggantikanku merawat Rino-chan" kata Rena tiba-tiba.
"Ada apa? kenapa kamu tiba-tiba berkata seperti itu?" tanya Sasshi meski sebenarnya ia tau maksud Rena.
"Tak apa, aku hanya bertanya saja" jawab Rena.
'Tidak Rena-chan, jangan berkata seolah kau tak bisa sembuh, aku percaya kamu pasti sembuh' batin Sasshi memandang sedih Rena, sungguh ia ingin menangis jika mendengar Rena berkata seakan ia tidak akan sembuh.
"Tidak Rena-chan, meski Rino-chan bukan anak kandungmu, kamu harus merawatnya sampai ia tumbuh dewasa dan jangan meninggalkannya" kata Sasshi seolah meyakinkan bahwa Rena akan sembuh dan bisa melihat anaknya tumbuh dewasa.
