Sasshi berdiri diam diatap sekolah memandangi suasana yang sudah tak asing lagi baginya, dimana banyak siswa yang berkelahi dibawah sana, sudah kebiasaan Sasshi sejak dulu jika ia akan menuju atap sekolah untung menenangkan dirinya.
Tetapi ada satu hal yang berbeda karena ia tidak lagi berada di Majisuka Jyogakuen, sekarang ia berada di Shekarashika Jyogakuen, sekolah barunya sejak ia pindah ke Fukuoka, saat masuk Shekarashika Sasshi kembali megulang sekolah ditahun pertama.
Sudah 2 tahun Sasshi tinggal di Fukuoka dan sudah dua tahun ia tidak pernah berkomunikasi dengan orang yang sangat ia cintai yang statusnya sudah menjadi mantan kekasih.
Sejak Sasshi memutuskan Rena saat itu, ia sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Rena, jangankan bertemu saling berkomunikasi lewat ponsel saja sudah tidak pernah bahkan ia tak tau kabar Rena sama sekali.
'Aku sangat merindukanmu Rena-chan' batin Sasshi sambil memandangi jari manisnya yang terpasang sebuah cincin yang diberikan Rena saat melamarnya dulu, dulu Sasshi mengembalikan cincin tersebut saat menolak lamaran Rena, tetapi ia mendapat kembali cincin tersebut dari Furukawa Airi sehari sebelum ia berangkat ke Fukuoka.
.
.
.
.
.Flashback on
.
.
.Saat ini Sasshi dan anggota team hormone yang lain dalam perjalanan pulang dari sekolah.
"Wota apa benar kau besok jadi pindah ke Fukuoka?" tanya Unagi yang seakan masih belum percaya jika salah satu sahabatnya itu akan pindah.
"Ya begitulah, aku juga sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi" jawab Sasshi sudah pasrah dengan keadaan saat ini.
"Sashihara-san" panggil seseorang dari belakang yang sontak membuat Sasshi dan anggota team hormone ikut menoleh kebelakang.
"Furukawa-san" kata Sasshi melihat orang yang memanggilnya yang ternyata adalah salah satu pelayan direstorant Rena.
"Kau mengenalnya?" tanya Bungee sementara Sasshi hanya diam saja karena masih terkejut dengan kedatangan Airi yang tiba-tiba.
"Ada apa Furukawa-san" tanya Sasshi.
"Aku hanya ingin memberikan ini" kata Airi sambil memberikan sebuah kotak perhiasan pada Sasshi.
"Ini kan" kata Sasshi melihat kotak perhiasan tersebut yang ternyata berisi cincin yang Rena berikan saat melamarnya dulu.
"Kenapa kau memberikan ini padaku?" tanya Sasshi.
"Karena ini pemberian Rena-sama untukmu" jawab Airi.
"Tapi aku,,,"
"Aku tau kau menolak lamarannya, tapi Rena-sama pasti ingin kau tetap memakainya" kata Airi, ia tau semuanya karena saat itu ia kebetulan belum pulang dari restoran dan melihat saat Rena melamar Sasshi.
"Dan ini juga" kata Airi sambil meberikan sebuah kotak yang berisi gaun pengantain yang juga diberikan Rena saat melamar Sasshi.
"Meski kau tidak menikah dengan Rena-sama, ia pasti senang jika kau memakai ini suatu hari nanti" kata Airi.
"Rena-chan,,,," gumam Sasshi sambil menerima pemberian Airi.
"Aku harus menemuinya" kata Sasshi yang ingin menemui Rena segera karena ia merada ada suatu hal yang harus dibicarakan.
"Percuma saja" kata Airi yang membuat Sasshi menghentikan langkahnya.
"Apa maksudmu?"
"Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya sama sekali" jawab Airi.
"Aku sudah mencari dan menghubunginya tapi hasilnya nihil, bahkan adiknya tak tau dimana sekarang Rena-sama berada" lanjut Airi.
"Aku tak tau dimana Rena-sama berada, tapi sepertinya Rena-sam membutuhkan waktu sendiri" kata Airi sebelum akhirnya pergi meninggalkan Sasshi dan yang lainnya.
Sementara itu Sasshi hanya bisa menangis sambil memeluk apa yang baru saja Airi berikan padanya.
"Maafkan Aku Rena-chan"
Flashback off
.
.
.
."Rena-chan bagaimana kabarmu?, apa kamu sudah menemukan penggantiku" kata Sasshi, ia sudah mencoba untuk melupakan Rena tetapi hasilnya selalu nihil, malah hal itu membuat semakin merindukannya.
Sasshi sudah beberapa kali mencoba menjalin hubungan dengan seorang pria tetapi hubungan mereka tak dapat bertahan selama lebih dari seminggu karena Sasshi terus terbayang-bayang sosok Rena.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sementara itu disebuah dapur terlihat sesosok wanita yang sedang sibuk membuat susu untuk bayinya.
"Sebentar sayang, sebentar lagi Mama selesai membuat susu" kata Wanita tersebut pada bayinya yang dari tadi menangis.
Setelah beberapa saat akhirnya wanita tersebut selesai membuat susu untuk bayinya dan setelah itu ia langsung menuju kamar untuk memberi susu pada bayinya yang sudah menangis dari tadi.
"Ini Rino-chan, susunya sudah siap" kata wanita tersebut pada bayinya yang bernama Rino itu.
Tak berselang lama bayi tersebut tak menangis lagi setelah meminum susu yang baru dibuatkan ibunya.
"Minum yang banyak Rino-chan, agar kamu cepat besar" kata wanita tersebut sambil mengelus rambut bayinya yang baru tumbuh itu.
.
.
.
.
.
."Aku harus kembali" kata Sasshi sambil mengemasi barang-barangnya, ia sudah membulatkan tekadnya untuk kembali ketempat asalnya.
"Rino, apa kau yakin akan kembali?" tanya seseorang yang ternyata adalah kakak Sasshi.
"Tentu saja aku yakin, ada yang harus kuperjuangkan disana" jawab Sasshi yang keputusannya sudah bulat, Sasshi berniat kembali untuk memperjuangkan dan memperbaiki hubungannya dengan Rena, itu pun jika saat ini Rena masih sendiri.
"Lalu bagaimana dengan Tou-san dan Kaa-san, apa kau sudah memberitahunya?" tanya kakak Sasshi.
"Aku belum memberitahu mereka, tapi aku akan menjelaskan pada mereka, mereka pasti mengerti" jawab Sasshi sambil memastikan bahwa barang-barangnya tidak ada yang ketinggalan.
"Rino maaf aku belum memberitahumu sebelumnya" kata kakak Sasshi.
"Ada apa memamgnya?" tanya Sasshi.
"Sebenarnya Tou-san dan Kaa-san pergi keluar negeri sekitar seminggu yang lalu untuk urusan pekerjaan" tanya kakak Sasshi yang sontak membuat Sasshi terkejut.
"Eh,, kenapa Nee-chan tak memberitahuku" kata Sasshi.
"Aku lupa memberitahumu, selain itu Tou-san memperbolehkanmu pulang dan memintamu tinggal disana daripada rumahnya kosong" kata kakak Sasshi.
"Kenapa Nee-chan lupa hal sepenting itu, jika aku tau mungkin aku sudah pulang seminggu yang lalu" kata Sasshi.
"Gomenne Rino, sebagai gantinya aku akan mengantarmu pulang" kata kakak Sasshi.
"Memangmya berapa lama Tou-san dan Kaa-san diluar negeri?" tanya Sasshi.
"Mungkin 3 atau 4 tahun"
"Lama sekali" kata Sasshi.
"Ngomong-ngomong ceritakan pada kakakmu ini siapa yang kau perjuangkan disana" tanya kakak Sasshi.
"Tak ada gunanya menceritakan padamu, lebih baik cepat antar aku" kata Sasshi.
"Dasar kau ini"
.
.
.
.
.
.TBC