Saat ini Rena sedang berada di restoran miliknya, terlihat ia sedang duduk sambil melamunkan sesuatu entah apa.
"Rena-sama"
Rena dikejutkan saat seseorang memanggil namanya, Rena langsung menoleh dan melihat orang yang memanggilnya yaitu Airi, salah satu pelayan direstoranya.
"Ada apa Rena-sama, kulihat dari tadi anda hanya melamun saja" tanya Airi yang membuat Rena diam beberapa saat hingga akhirnya ia memilih untuk menceritakan malasahnya pada Airi.
"Airi aku pernah bercerita padamu bahwa aku mencintai seseorang" kata Rena.
"Iya, memangnya dia siapa Rena-sama?" tanya Airi.
"Namanya Sashihara Rino, dia teman sekelasku" jawab Rena.
"Apa kau ingat orang yang kuajak kesini beberapa bulan yang lalu" kata Rena dan Airi langsung mengingat-ingat apa yang Rena maksud.
"Maksud anda gadis yang memakai seragam olahraga bewara hijau itu?" tanya Airi.
"Ya begitulah"
"Jika dia adalah orang yang anda sukai, berarti anda,,," tanya Airti menggantungkan kalimatnya, ia terkejut mengetahui fakta yang baru saja ia dapat.
"Ya, kau mungkin menganggapku aneh tapi aku menyukai perempuan" kata Rena yang membuat Airi terkejut.
"Ti-tidak-tidak, aku tidak menganggap itu aneh" kata Airi meski terlihat jelas kalau ia masih terkejut mengetahui hal itu.
"Memangnya ada apa Rena-sama?" tanya Airi.
"Sebenarnya aku ingin mengunggapkan perasaanku padanya tapi aku takut jika ia malah akan menjauhiku" jelas Rena.
"Menmangnya kenapa seperti itu?" tanya Airi.
"Dia tak mungkin menyukai sesama perempuan, saat aku menyatakan perasaanku padanya dia pasti akan menganggapku wanita yang aneh karena menyukai sesama, lebih buruknya kalau ia akan menghindariku" jelas Rena.
"Aku mengerti Rena-sama, tapi memendam perasaan itu sangat menyakitkan" kata Airi.
"Aku bingung harus melakukan apa" kata Rena.
"Kalau menurutku lebih baik anda segera menyatakan perasaan kepadanya, meski hasilnya tidak baik setidaknya anda sudah mengungkapkannya dan hal itu pasti akan membuat anda lebih baik" kata Airi memberi saran dan Rena yang mendegar itu memikirkan baik-baik saran yang diberikan Airi.
"Terima kasih Airi, aku akan memikirkannya lagi"
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pagi harinya seperti biasa Rena akan menjemput Sasshi berangkat sekolah, Rena langsung dipersilahkan ibu Sasshi untuk masuk kekamar untuk membangunkan Sasshi yang sepertinya masih tidur.
Sesampainya dikamar Rena melihat Sasshi yang masih terlelap dikasurnya, melihat Sasshi yang masih tertidur entah apa yang dipikirkannya Rena mendekat dan berniat untuk mencium Sasshi yang masih tertidur.
Dengan perlahan Rena mendekatkan bibirnya kebibir Sasshi, jantung Rena semakin berdegup kencang saat jarak sudah semakin dekat, bahkan Rena dapat merasakan hembusan nafas dari orang yang ia cintai itu.
Tetapi baru akan saling bersentuhan Rena dikejutkan saat Sasshi tiba-tiba membuka matanya yang sontak langsung membuat Rena menjauhkan wajahnya.
"Ah Rena kau sudah datang rupanya, sudah jam berapa ini?" kata Sasshi dengan wajah yang masih mengantuk.
"Sudah jam 7, lebih baik kau segera mandi" kata Rena dan Sasshi langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.,
Rena duduk dipinggir ranjang sambil memegangi dadanya merasakan jantungnya yang berdegup kencang, ia memikirkan apa yang baru saja akan ia lakukan, ia tak tau apa yang akan dipikirkan Sasshi jika ia ketahuan mencoba menciumnya diam-diam.
Beberapa saat kemudian Sasshi datang dengan seragam sekolah yang sudah rapi dan merekapun langsung memutuskan untuk berangkat sekolah.
"Nee Sasshi apa sepulang sekolah nanti kau tidak sibuk?" tanya Rena.
"Tidak, memangnya ada apa Rena?" tanya Sasshi.
"Apa ingin mengajakmu kesuatu tempat sekalian aku ingin mengatakan sesuatu" kata Rena.
"Memangnya kita akan kemana?" tanya Sasshi.
"Aku ingin mengajakmu ketaman saat kita pertama bertemu dulu" kata Rena.
"Baiklah" kata Sasshi meski ia agak bingung dengan Rena saat ini, biasanya jika ia ingin pergi ia akan langsung mengajaknya tanpa bertanya dulu seperti ini, lagipula Sasshi juga jadi penasaran dengan apa yang akan Rena katakan.
'Memangnya apa yang ingin Rena katakan, apa jangan-jangan ia akan menyatakan perasaannya padaku, ah tapi itu tak mungkin terjadi, apasih yang kupikirkan hahahaha' batin Sasshi menertawakan pikirannya sendiri yang menurutnya mustahil.
.
.
.
.
.
.
.
...
.
.
.
.Sepulang sekolah seperti yang direncanakan Rena dan Sasshi akan pergi ketaman dimana mereka pertama kali bertemu.
Selama beberapa saat mereka hanya diam saja tanpa berkata sesuatu.
"Sasshi apa kau ingat saat aku bertemu denganmu disini dulu?" tanya Rena memulai pembicaraan.
"Aku ingat, saat itu aku sangat terkejut saat melihatmu dengan penampilan seperti itu" kata Sasshi.
"Apa penampilanku saat itu sangat berbeda dengan saat disekolah?" tanya Rena.
"Sangat berbeda sekali, aku sampai tak mengenalimu saat itu, bahkan teman-temanku juga tak mengenalimu saat melihat fotomu dihandphoneku" kata Sasshi sementara Rena hanya tertawa ringan mendengar apa yang Sasshi ceritakan.
"Sasshi ada yang ingin kubicarakan denganmu" kata Rena dan entah kenapa tiba-tiba suasana menjadi agak serius.
"Memangnya ada apa Rena?" tanya Sasshi.
"Sebenarnya aku,,," kata Rena menggantungkan kalimatnya.
"Ada apa Rena?"
"Sebenarnya aku,,," kata Rena masih mengantungkan kalimatnya, terlihat Rena seperti tak yakin dengan apa yang akan ia katakan.
Sasshi dengan sabar menunggu apa yang akan Rena katakan.
"Sebenarnya aku menyukai Idol" kata Rena yang membuat Sasshi kebingungan.
"Menyukai Idol?" ulang Sasshi.
"Y-ya begitulah, aku sering melihatmu mendegarkan lagu-lagu mereka, j-jadi aku juga mendengarkan lagu mereka hingga aku menyukai Idol juga" kata Rena yang terbata-bata karena memang sebenarnya bukan hal itu yang ingin ia katakan.
"Benarkah" kata Sasshi yang terlihat senang karena ternyata sekarang Rena sehobi dengannya.
"Ya begitulah, apa lain kali kau bisa mengajakku kekosnser mereka" kata Rena.
"Tentu saja, minggu depan mereka mengadakan konser, aku akan senang jika kau ikut nonton bersamaku" kata Sasshi sementara Rena hanya tersenyuum mendengar itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sesampainya dirumah Rena langsung membanting tubuhnya dikasur miliknya.
'Sial, aku tak sanggup jika harus mengungkapkan perasaanku padanya' batin Rena sambil menjambak rambutnya sendiri.
Sebenarnya ia tadi berencana untuk mengungkapkan perasaannya pada Sasshi tapi ia malah mengatakan hal lain.
Rena masih belum sanggup jika Sasshi akan meninggalkannya karena ia menyatakan perasaanya.
'Apa sebaiknya aku memendam perasaanku saja dan mencoba melupakan perasaanku padanya' batin Rena, ia berpikir jika ia melupakan perasaannya itu akan menjadi pilihan yang baik, ia juga sadar bahwa perasaanya pada Sasshi adalah sesuatu yang salah.
.
.
.
.
.
...
.
.
.TBC
.
.
.
.
.
