Diatap sekolah Sasshi sedang duduk dikursi panjang dengan Rena yang sedang berbaring disana menggunakan paha Sasshi sebagai bantalan.
"Sasshi-chan kau cantik sekali" kata Rena sambil memaninkan rambut Sasshi, sedangkan Sasshi yang mendengar itu hanya tersipu malu.
"Sudah Rena, sudah berapakali kau berkata seperti itu hari ini" kata Sasshi karena Rena hari ini entah sudah keberapakali memuji kecantikannya, bukannya tak suka hanya saja ia merasa malu setiap Rena memujinya.
"Tak apa, karena kau memang cantik" kata Rena sambil masih memainkan rambut Sasshi.
"Kalau begitu aku punya pertanyaan" kata Sasshi.
"Apa itu?" tanya Rena.
"Menurutmu lebih cantik mana?, aku atau kamu?" tanya Sasshi yang langsung membuat Rena bingung harus menjawab apa.
"Kalau itu sepertinya aku tak bisa menjawabnya hehehe" jawab Rena sambil tertawa garing.
"Dasar kamu ini" kata Sasshi sambil dengan gemas mencubit pipi Rena sementara Rena hanya tertawa garing.
"Nee Rena, aku masih tak menyangka bahwa kita bisa benar-benar bersama" kata Sasshi sambil mengelus rambut Rena yang sedang berbaring dipahanya, ia tak menyangka jika ia dan Rena benar-benar menjadi sepasang kekasih.
"Kenapa begitu?" tanya Rena.
"Kamu tau, dulu aku sangat takut padamu dan kamu adalah orang yang paling tak ingin kutemui, apalagi setelah kejadian itu" kata Sasshi yang mengacu pada kejadian saat Rena menghabisi Team Hormone dan saat Rena memasukkan pensil kehidungnya.
"Setelah kejadian itu aku sempat berpikir untuk pindah sekolah karena saking takutnya padamu, tapi untung saja aku tak jadi pindah, jika aku benar-benar pindah aku tak mungkin bisa bersamamu" kata Sasshi.
"Begitu ya, tapi sejak kejadian itulah aku mulai mempunyai perasaan padamu" kata Rena.
Flashback On
.
.
.
."Kore nande?" dengan senyum menakutkan Rena memegang sebuah pensil dan memperlihatkannya pada Sasshi yang sudah terbaring lemah dengan wajah ketakutan.
"Aku mohon jangan lakukan" kata Sasshi sambil mencoba kabur tapi apa daya posisinya sudah terpojok.
KREK!!
Rena mematahkan pensil menjadi dua bagian dan ia langsung memegang kepala Sasshi dan mengarahkan pensil yang baru saja ia patahkan ke hidung Sasshi.
"Aku mohon,,," kata Sasshi yang sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi selain memohon agar Rena tak menyakitinya, tetapi Rena seakan tak menghiraukannya dan langsung menusukkan pensil tersebut kehidung Sasshi.
"Aaaaaakhhhh!!!!!!!!!!"
Saashi berteriak kesakitan sebelum akhirnya ia pingsan karena tak sanggup menahan sakit lagi.
Klik!
Klik!
Klik!Sambil menggigit kukunya Rena memandangi Team Hormone yang sudah terkapar setelah ia habisi.
Pandangan Rena teralih pada Sasshi yang sudah pingsan dengan luka disekujur tubuhnya, melihat Sasshi yang terbaring lemah disana tiba-tiba membuat perasaan Rena tidak enak.
'Ada apa ini, kenapa perasaanku menjadi seperti ini' batin Rena yang entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak dan dipenuhi rasa bersalah.
Mencoba menghiraukan perasaannya, Rena memilih untuk meninggalkan Team Hormone untuk menghabisi lawannya yang lain.
.
.
.
.
.
.Rena berjalan menyusuri lorong sekolah dengan tangannya yang sudah dipenuhi darah, ia baru saja menghabisi Gakuran dan Chokoku, meski ia baru saja menghabisi lawan-lawannya tapi tetap saja perasaan Rena langsung tergaggu saat ia mengingat Sasshi yang terbaring lemah penuh luka akibat perbuatannya.