Saat-saat yang dia lalui bersama para pemiliknya dahulu tiba-tiba terlintas di pikiran Harita dan menambah amarahnya. Diperlakukan semena-mena seperti sebuah alat yang tidak hidup, padahal mereka tahu jelas bahwa Harita ini hidup.
Semua memori yang terlintas di kepalanya seketika membuat Harita lupa akan dunia yang dia tempati sekarang. Di mana dia diperlakukan seperti manusia, dianggap hidup dan bahkan dianggap anak sendiri, seperti Malika.
Rasanya seperti tenggelam ke jurang keputusasaan yang paling dalam, dan hanya bisa merasakan kesendirian yang abadi.
"Apa aku akan di sini selamanya?"
Kalimat itu terus terucap di benaknya, tanpa bisa melihat apa yang terjadi di luar sana. Dia tidak melihat [Name] yang bahkan mati-matian menghadapi sisi lain dari dirinya demi membawa Harita yang sekarang keluar dari jurang itu.
"Ahh, aku ingin bersama mama lebih lama lagi..."
"KU BILANG BANGUN, DASAR BODOH !!!"
Suara lantang yang menggetarkan tekad siapapun yang mendengarnya, suara yang sudah lama Harita nantikan, bahkan dia rindukan dan sedang dia ingat kembali. Sekarang dengan jelas berkata kasar lagi, entah pada siapa.
"WOE, BANGUN !!"
Cahaya terang menembus kedalaman jurang keputusasaan yang abadi ini, bersamaan dengan suasana dingin yang menyejukkan, air yang mengelilingi tubuh Harita dan perlahan mengangkatnya naik ke permukaan.
Wajah khawatir yang sudah babak belur menyambut pengelihatan pertamanya, sebutir air mata terjatuh tepat di pipi pria surai hijau itu.
Saat melihat gerangan yang menjatuhkan air matanya, hati kecil Harita seperti diiris beribu-ribu benda tajam. Tak kuat menahan rasa sakit di tubuhnya dan juga hatinya, pandangan Harita mulai memburam dan gelap sepenuhnya.
•••
Sementara di sisi lain garis waktu, tepatnya di Kerajaan Clover masa kini. Para warga kerajaan dan para ksatria sihir tengah dibuat tegang oleh seseorang dengan penampilan yang bisa dibilang lumayan aneh.
Surai pirang dengan mata ungu yang menyala, yang pastinya itu bukan Julius. Tapi kekuatannya hampir setara dengan Julius, dia terasa berbahaya dan sangat marah.
"Kalian sembunyikan di mana dia?"
"Kau... mau apa ?!"
"Aku hanya ingin membawa adik kecilku kembali, hanya itu sialan."
•••
Dan pada Kerajaan Clover di masa lalu, [Name] tengah berada di kuil tempat Ran tinggal, dia menggenggam tangan Harita yabg sekarang lebih besar darinya.
Berharap si imut segera bangun dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Sudah seharian [Name] duduk di tempat tanpa makan sekalipun, bahkan makanan berdasar matcha yang dibuat Ran pun diabaikan [Name].
Ini seperti bukan dirinya saja.
"Master, setidaknya makanlah walau hanya sesuap. Jadi kami tidak perlu khawatir lagi, master nanti bisa sakit kalau tidak makan." Ucap Han, dia dan segala upayanya untuk membuat [Name] makan juga sia-sia saja.
Ran yang sudah muak dengan sikap [Name] langsung mengambil tindakan, penyembuhan tingkat tinggi dari bentuk api abadi milik Ran mengelilingi seluruh tubuh Harita.
"Itu akan terasa sedikit sakit, tapi tolong tahanlah. Nona ini khawatir sekali denganmu, jadi cepatlah bangun."
[Name] mundur beberapa langkah karena terkejut dengan apa yang dilakukan Ran. Harita berteriak kesakitan sampai urat-urat lehernya menonjol.
"OI, APA YANG KAU—"
"Tunggu master, dia sedang menyembuhkan Harita..."
Han memegangi pinggang [Name] yang hendak menerobos masuk ke dalam api Ran, jika Han tidak menahannya, pasti saudaranya di sana akan tiada hari ini juga.
•••
Malam hari pun tiba, Harita yang sudah sadar kini berbaring di pangkuan [Name], tepatnya di teras kuil. Saling berdiam diri memandangi langit yang penuh taburan bintang angkasa.
"Apa aku melukai mama?"
"Hentikan, dalam wujudmu yang sekarang ini, kau sama sekali tidak pantas memanggilku seperti itu, Harita."
"T-tapi..." Harita melihat sorot mata [Name] yang mutlak, seperti biasanya, "ah baiklah, k-kalau begitu... Master?"
Wajah [Name] langsung berubah lembut, dia menyisir surai hijau lembut Harita yang style berbeda dari sebelumnya. Ngomong-ngomong sekarang fisik Harita sudah sangat jauh berbeda dari sebelumnya.
"Oh iya, ngomong-ngomong kita hanya berdua di sini..." Harita bangun dari tidurnya, dia menatap lurus ke arah mata [Name].
"Lalu?"
"Aku ingin melakukannya."
•••
Fanart dari temen-temen:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat hampir tahun baru, udah itu aja dulu. Gigi gw sakit anjg 😭🤌🏻
