2. Lamaran

14.8K 539 8
                                        

19.00 WIB.

"Bund, aku masih kecil!".

"Stttt! Jangan banyak komen. Cepet ganti baju!"

Azra memutar bola matanya kesal. Rasa dongkol, marah, sekaligus terkejut sudah sampai di ubun-ubunnya. Laki-laki yang Azra temui tadi siang memang gila!

Kalian tahu kenapa?

15 menit yang lalu, tepatnya saat Azra sedang asik selonjoran di kasur sembari bermain ponsel. Ibu negara Alias Bunda Azra menggedor-gedor pintu. Azra melepas handset yang dipasang di telinganya. Gadis itu bangun dan langsung bangkit dan membuka pintu.

"Apa, Bund?" Tanya Azra

Bukannya menjawab. Bunda justru mendorong Azra kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Jangan lupakan ekspresi Bunda yang sulit dijelaskan.

"Apa sih, Bund?" Tanya Azra.

"Baju kamu yang bagus mana, Ra?" Tanya Bunda sembari berjalan menuju lemari. Jika biasanya Bunda akan keluar tanduk jika baju di lemari berantakan. Maka, berbanding terbalik dengan sekarang. Bunda mengobrak-abrik semua pakaian, bahkan sebagian pakaian Azra dilempar keluar lemari oleh Bunda.

"Bund, kenap_".

"Cepet pakai bedak!" Perintah Bunda.

"Ya, buat ap_".

"Ada yang ngelamar kamu!" Tukas Bunda.

Azra mendelik seketika. Mulutnya mangap lebar. Seperti dihantam petir disiang bolong. Azra sangat terkejut. Kakinya lemas, ingin rasanya dia pingsan saat ini juga. Tapi gak bisa! Otaknya mencerna apa yang Bundanya katakan.

"Apaan sih, Bund!" Protes Azra.

"Sttt. Cepetan! Gak usah banyak komen!".

"Bund!"

"Nih, nih, pakai!" Bunda menyodorkan gamis yang baru Azra beli sekitar satu bulan yang lalu.

Mulut Azra mangap hendak protes lagi..

"Udah jangan banyak protes! Cepet pakai!"

"Gak mau!" Tolak Azra.

"Uang jajan Bunda potong!"

_________

Dengan ogah-ogahan Azra duduk ditengah-tengah antara Bunda dan Ayahnya. Penampilannya sudah berubah menjadi lebih anggun. Gamis coklat muda serta hijab senada telah menempel sempurna ditubuhnya. Namun, wajah Azra sengaja dia tekuk. Berkali-kali Azra mengumpat didalam hatinya. Semua nama hewan di kebun binatang Azra absen satu persatu. Ingin rasanya, berkata kasar didepan wajah laki-laki yang tengah duduk di kursi yang berhadapan dengannya.

Sesekali mata Azra menatap satu persatu tamu yang datang ke rumahnya. Laki-laki yang ia temui tadi siang nampak duduk manis.  Disamping laki-laki itu terlihat seorang laki-laki dan perempuan yang berusia sekitar lima puluh tahun, mungkin. Azra tebak kedua orang itu pasti orang tua laki-laki tadi.

"Saya Zein, Om" Ucap laki-laki itu saat Ayah Azra bertanya siapa namanya.

Azra mengabaikan kedua orang tuanya yang sedang membicarakan sesuatu dengan kedua orang tua Zein. Mata Azra menatap lurus ke arah laki-laki yang katanya bernama Zein. Pandangannya beralih menatap Zein dari bawah ke atas, lalu, kembali ke bawah lagi. Menurut Azra, Zein itu tampan, berkharisma, dan terlihat sangat dewasa. Namun, walaupun nilai positif pada Zein sangat banyak, Azra tetap ingin menolak lamaran Zein!. Zein itu tua!

"Ra" Panggil Bunda Azra, entah yang sudah ke berapa kali.

"Apa sih, Bund" Tanya Azra.

"Ditanyain tuh!" Ucap Bunda Azra sedikit geram dengan putri semata wayangnya.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang