40. Misterius

2.3K 120 9
                                    

"Ici kangen ante Najwla deh" Ucap Cici yang sedang bermain barbie di rumah Azra.

Ngomong-ngomong soal Najwa. Dia sudah pulang ke Jakarta dua hari yang lalu. Kuliahnya sudah mulai aktif kembali, jadi Najwa harus segera pulang. Sedangkan, Azra merasa kesepian ditinggal Najwa. Meskipun suaminya serta Cici yang setiap hari selalu menemaninya, tapi dia masih merasa kesepian. Pertemanan antara Azra dan Najwa memang terjalin lama. Bahkan hubungan mereka sudah seperti saudara. Kemana-mana mereka selalu berdua, bahkan mereka berdua pernah dikira kembar. Jadi, tidak heran jika Azra merasa kesepian saat ditinggal Najwa.

"Ante juga kangen, Ci. Tapi tante Najwa lagi sibuk kuliah, tante gak bisa nelfon dia" Ucap Azra sembari membantu menyisiri rambut Barbie Cici.

"Ish!. Nyisilnya yang benel dong!. Nanti botak kepala belbi ici!" Ucap Cici.

"Ya kalau botak tinggal diganti pakai rambut ici aja" Jawab Azra enteng. Tak tahu saja kalau kepala Cici sudah mengeluarkan tanduk serta mulutnya yang sudah mengambil ancang-ancang untuk mengomeli Azra.

"Udah jangan marah. Belajar jadi anak yang sabar, Ci!" Ucap Azra tanpa menoleh ke Cici.

Cici mengerucutkan bibirnya "Om ganteng, kemana?" Tanyanya.

"Kerja".

Cici menggelengkan kepalanya "Kalau ici yang jadi istli om ganteng, ici ndak bakal bialin om ganteng kelja. Bial ici aja yang kelja".

"Mau kerja apa?. Jualan nyamuk?" Ucap Azra dengan tertawa.

Cici menatap sengit ke arah Azra "Ante aja yang ici jual!" Balas Cici tak terima.

"Mau dijual dimana?".

"Itu, di aplikasi yang walnanya olen".

Azra geleng-geleng mendengar jawaban Cici.

"Assalamualaikum".

Suara Zein terdengar. Azra dan Cici langsung berjalan menghampiri Zein yang baru pulang ngajar. Mereka berdua salim ke Zein. Zein tersenyum bahagia, dia merasa sedang disambut oleh istri dan anaknya.

"Duduk dulu, Mas. Pasti capek, kan?" Ucap Azra. Zein mengangguk dan duduk di sofa ruang tamu.

Cici menatap tak suka ke Azra yang mendahului dia untuk menyuruh Zein duduk.

"Om ganteng mau minum apa?. Teh, kopi, susu, atau ail putih?" Tanya Cici. Dia tak mau kalah dengan Azra. Cici akan menyambut Zein sebaik mungkin, sampai Zein klepek-klepek dengan dia.

"Om ud_".

"Makanan apa?. Nasi goreng ada, nasi lemak ada, nasi setengah mateng juga ada. Om ganteng mau yang mana?" Tanya Cici.

"Perasaan tadi Bibi gak bikin nasi lemak tuh" Ucap Azra.

"Telselah ici dong!. Kan ici yang ngomong" Ucap Cici sambil menjulurkan lidahnya ke Azra.

Azra menatap jengah ke Cici yang kini sedang mengeluarkan kedipan maut ke suaminya.

"Di TV perasaan pelakornya orang dewasa. Lah, di rumah gue pelakornya bocah!" Gerutu Azra yang masih bisa didengar oleh Cici dan Zein.

"Kamu ngomong?" Tanya Cici dengan suara yang sengaja dibuat-buat.

"Kamu nanya?" Balas Azra menirukan gaya Cici.

"Mbak Azra, Mas Zein" Terdengar suara dari luar rumah.

"Madamm" Seru Cici sembari berjalan lalu memeluk Madamnya yang sedang berdiri didepan teras rumah Azra.

"Iya, Tan. Ada apa?" Tanya Azra.

"Oh ini mbak. Tadi ada paket buat mbak Azra. Tapi, nyasar ke rumah saya" Madam Cici menyodorkan paket yang berukuran lumayan besar ke Azra.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang