Sebelum baca jangan lupa follow ya.
"Boleh ya, Mas?. Aku maksa!".
Zein menghela nafasnya. Sedari tadi Azra sibuk merayunya dengan berbagai macam rayuan maut agar dia mengizinkan Azra untuk mengerjakan tugas kuliahnya di rumah Nisa tanpa di antar terlebih dulu oleh Zein.
"Boleh. Tapi, Mas antar. Nanti pulangnya Mas jemput!" Jawab Zein.
"Mas, aku udah gede loh" Ucap Azra.
"Mas tau. Tapi kamu lagi hamil, Sayang. Mas khawatir!".
"Ck!. Iya deh tapi ntar pulangnya aku pulang sama Nisa. Mas, gak usah jemput!".
"Kenapa tuh?".
"Aku mau nganterin Nisa beli buku".
Zein menarik nafasnya dalam-dalam. Daripada nanti dia dan Azra berantem, lebih baik dia iya-kan saja kemauan istrinya.
"Tapi, hp nya jangan dimatiin. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Mas".
"Iya!".
________
"Ra, ntar pak Zein nyariin kamu".
"Gue udah izin tadi. Lo tenang aja".
Nisa memutar bola matanya jengah. Rencananya tadi dia dan Azra akan pulang jam tiga sore. Tapi, sudah lebih satu jam mereka berdua masih anteng duduk di kursi yang ada di toko buku.
Nisa merasa takut jika suami Azra yang tak lain adalah dosennya sendiri kebingungan mencari Azra. Apalagi jika Zein akan mengurangi nilainya karena berani bawa Azra keluyuran sampai sore.
"Ini udah sore, Ra!" Nisa terus-terusan membujuk Azra agar mau diajak pulang. Namun, semua bujukannya sepertinya dianggap angin kentut oleh Azra. Tidak ada yang mempan!.
"Tiga puluh menit lagi deh" Ucap Azra masih sibuk membaca buku didepannya.
Langit sudah mulai menggelap, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Namun, meskipun cuaca kurang bersahabat. Suasana kota tetap kelihatan ramai, mungkin karena sekarang waktunya orang pulang kerja. Toko buku yang sedang Azra dan Nisa kunjungi pun semakin ramai pengunjung. Mulai dari anak sekolah, suami istri, ataupun orang yang baru pulang kerja.
Nisa kembali menengok Azra yang masih sibuk dengan bukunya.
"Ra, udah tiga puluh menit" Ucap Nisa.
"Ish!. Lagi seru nih gue bacanya!".
"Nanti dilanjut di rumah aja bacanya. Mendung, Ra. Bentar lagi hujan pasti!".
Dengan ogah-ogahan Azra mengangguk pasrah. Dia menyimpan buku yang ia baca tadi ke dalam tas. Mereka berdua pun berjalan menuju pintu keluar. Namun, hujan mulai turun, suara petir pun mulai terdengar.
"Yah, kamu sih kelamaan!" Omel Nisa.
"Tunggu hujan reda di dalem aja yuk".
Nisa mengangguk, mengiyakan perkataan Azra. Mereka berdua kembali duduk di kursi yang tadi mereka tempati. Azra kembali membaca bukunya. Sedangkan, Nisa menatap gelisah ke arah langit yang sudah menggelap. Dipikirannya masih tentang Zein. Bagaimana jika dosennya itu mencari Azra?. Lalu, bagaimana dengan nasib nilainya?.
Merasa pusing dengan pikirannya. Nisa beralih mengambil ponselnya. Dia sibuk mencari akun sosial media milik Zein. Siapa tahu dia bisa memberi tahu Zein kalau dia dan Azra masih ada di toko buku.
Jika kalian tanya, kenapa Nisa tidak tanya saja nomor Zein ke Azra. Jawabannya adalah Azra tidak akan mau memberikan nomor suaminya ke wanita kecuali keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ustadz||END
Romance"Om cinta gak sama Azra?". "Saya akan menikahi kamu" Apa jadinya jika gadis petikalan seperti Azra bertemu dengan laki-laki asing yang mengatakan ingin menikahi azra?.