48. Mazidah 2

1.8K 108 5
                                    

Azra berdiri didepan kaca jendela yang berukuran besar. Dilihatnya penampilannya yang sudah berbeda. Perutnya sudah mulai membesar. Bukan hanya itu, berat badannya pun bertambah. Kemarin sewaktu dia cek kehamilan, berat badannya mencapai 58. Pipinya terlihat lebih berisi. Pakaiannya pun banyak yang tidak muat lagi ditubuhnya.

Perubahan drastis ini membuat Azra sedikit tidak percaya diri atau bisa dibilang insecure. Meskipun Zein selalu mengatakan bahwa Azra masih terlihat cantik. Namun, tetap saja Azra masih merasa insecure.

Beberapa hinaan pun mulai terdengar di telinganya. Mulai dari masalah tubuhnya yang menjadi gendut, sampai masalah hamil diusianya yang masih 20 tahun.

"Pasti masa depannya gak jelas. Secara kan dia hamil diusia muda!".

Kurang lebih begitulah hinaan yang Azra dengar. Awalnya, dia tidak terlalu mempedulikan semua omongan orang yang tidak benar tentangnya. Namun, lama-kelamaan telinganya mulai merasa panas. Pikirannya setiap hari terasa sumpek saat memikirkan semua itu.

"Kamu tetap cantik, sayang".

Azra menoleh ke arah belakangnya. Disana sudah ada Zein yang berdiri sambil melihat ke arahnya. Azra tersenyum. Lalu, berjalan menghampiri Zein. Dipeluknya tubuh Zein erat tanpa mempedulikan banyak mata yang memerhatikan keduanya.

"Sayang, ke ruangan Mas aja, ya?" Tawar Zein karena merasa tak enak diperhatikan mahasiswanya.

Azra menggeleng "Bentar lagi aku ada kelas" Ucapnya sembari mendongak ke atas melihat Zein.

Zein mengelus lembut kepala Azra yang tertutupi hijab "Semangat belajarnya. Jangan mikir yang berat-berat. Kamu tetap cantik" Ucapnya menyakinkan Azra.

Azra tak menjawab perkataan Zein. Kepalanya kembali ia tenggelamkan di dada bidang Zein. Sedangkan, Zein merasa bingung dengan keadaan seperti ini. Di satu sisi tidak baik juga memperlihatkan kemesraan didepan umum, apalagi ini di kampus, tempat orang mencari ilmu. Namun, disisi lain, Zein sadar bahwa Azra sedang membutuhkan semangat darinya. Dia tahu mengenai hinaan yang Azra terima akhir-akhir ini. Bahkan dia sudah menegur satu persatu mahasiswa yang berani menghina istrinya. Namun, sepertinya hinaan itu masih terjadi. Zein tidak tega melihat istrinya yang akhir-akhir ini sering melamun. Apalagi kondisinya sedang hamil.

"Nanti jalan-jalan, yuk. Mau?" Ajak Zein berusaha menghibur istrinya.

Azra melepaskan pelukannya. Matanya memandang Zein "Emang Mas gak ngajar?" Tanyanya.

Zein tersenyum "Libur. Mas pengen jalan-jalan sama kamu".

"Libur dari sananya atau Mas sengaja libur sendiri?" Tanya Azra.

"Libur dari sananya, kok" Ucap Zein berbohong. Sejujurnya, hari ini dia masih harus mengajar. Namun, melihat kondisi Azra yang seperti ini, sungguh membuatnya tidak tega. Zein pikir dengan mengajak istrinya jalan-jalan akan membantu pikiran istrinya lebih tenang.

"Oke deh" Ucap Azra.

"Sekarang adek masuk ke kelas, ya. Kelasnya Mas kan sekarang?".

Azra mengangguk "Iya".

"Yaudah, ayo masuk".

_________

Dua jam kemudian, kelas Zein sudah berakhir. Itu artinya kelas Zahra pun selesai. Azra memasukkan semua buku yang tergeletak di atas meja kedalam tasnya. Setelah semua bukunya sudah masuk didalam tas. Azra beranjak berdiri.

"Gue duluan ya, Nis. Sorry gak bisa ikut" Pamit Azra ke Nisa. Sebenarnya tadi Nisa mengajak Azra untuk ikut nonton bioskop bersama dengan Sesil dan Nana. Namun, mendengar kedua nama manusia itu sudah membuat Azra muak. Jangan lupakan kalau Nanas geprek dan Sosis bakar itu sering genit ke suaminya.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang