50. Penjelasan

2.4K 117 1
                                        

Aku bukan manusia yang sempurna. Aku tempatnya salah. Tapi, tolong beri tahu aku jika aku salah. Jangan pergi, apalagi mencari sosok pengganti.

-Azra.

Azra menatap kosong air sungai yang mengalir deras. Dia sama sekali tak memperdulikan tatapan para santri yang memandangnya heran. Pasalnya, sekarang cuaca kurang baik. Walaupun belum hujan tapi suara sambaran petir menggelegar hebat, ditambah lagi langit yang mulai terlihat gelap. Namun, Azra justru duduk di tepian sungai.

Mazidah. Nama itu terus terngiang di telinga dan pikiran Azra. Hamil? Azra tahu bahwa Mazidah belum menikah. Lalu, bagaimana perempuan itu bisa hamil?. Dan, kenapa juga Zein tadi harus bicara masalah tanggung jawab. Apa Zein yang menghamili Mazidah?. Ingatan Azra kembali memutar saat dia menemukan testpack dikantong suaminya. Apa itu milik Mazidah?.

Azra menggeleng. Pikiran buruk sudah menguasai dirinya. Dia menangis tersedu-sedu. Hatinya sakit, sangat sakit. Zein yang selama ini dia cintai, telah mengkhianatinya.

"Ini salah lo, Ra! Salah lo!" Azra merutuki dirinya karena tidak pandai lagi menjaga penampilan. Dia pikir, alasan Zein berselingkuh darinya karena Zein sudah merasa bosan. Mazidah memang jauh lebih baik darinya.

"Udah nangisnya?".

Azra mendongakkan kepalanya. Menatap wajah Zein yang kini tengah menatapnya juga. Azra membuang mukanya.

"Ngapain kesini?!" Tanyanya ketus.

Zein duduk disebelah Azra. Dia melepas jaket yang ia kenakan dan memakaikannya ke tubuh Azra.

Azra tersenyum getir "Aku tanya ngapain kesini?" Tanyanya. Nada bicaranya sedikit meninggi.

"Lagi ngelihatin orang nangis" Jawab Zein enteng. Tangannya mengusap pipi Azra yang basah, namun, Azra berusaha berkali-kali menepis tangan Zein.

"Apa jaket ini pernah di pakein ke Mazidah juga?" Tanya Azra.

"Enggak. Cuma Mas dan kamu yang pakai".

"Terus Mazidah pernah pakai barang Mas apa aja?. Baju? Celana? Atau barang yang lain?" Tanya Azra. Matanya yang berkaca-kaca menatap getir ke arah Zein.

"Dengerin Mas dulu, ya" Ucap Zein berusaha setenang mungkin.

"Aku bukan manusia yang sempurna. Aku tempatnya salah. Tapi, tolong beri tahu aku jika aku salah. Jangan pergi, apalagi mencari sosok pengganti" Tangis Azra semakin menjadi. Zein tak tega. Tanpa basa-basi dia langsung membawa tubuh Azra ke pelukannya. Azra diam.  Zein mengelus lembut punggung Azra yang bergetar.

"Jangan nangis. Kamu kelemahan Mas, Sayang" Ucap Zein.

Azra tertawa getir "Mas ngelarang aku nangis? Tapi Mas yang bikin aku nangis. Aku minta cerai!"

"Astaghfirullah, ngomong apa sih, Dek?!".

Zein sedikit terbawa emosi mendengar Azra yang ingin bercerai darinya. Sungguh tak ada alasan untuk Zein menceraikan Azra. Apalagi Azra sedang hamil. Tidak diperbolehkan bagi suami menceraikan istrinya yang sedang hamil.

"Mas udah menghamili Mazidah. Nikahi wanita itu dan ceraikan aku!".

"Mas gak pernah menghamili Mazidah!" Tukas Syam.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang