58. Fakta

3.6K 148 15
                                    

"Aku kembali bukan berarti lukaku sudah pulih, bukan!. Aku masih jatuh, Mas. Penculikan, pembullyan, pemerkosaan, masih terngiang jelas dipikiran ku. Aku gak tahu kapan aku sembuh. Atau memang aku gak bakal bisa sembuh?".

Zein tak berkedip memandangi Azra yang tengah duduk di sofa dengan Kayla dipangkuannya. Kayla saat tahu bahwa Bundanya telah kembali, gadis kecil itu senang bukan main. Seharian ini dia bahkan tak mau jauh dari Azra. Coba lihat! Sekarang gadis itu tengah tertidur dipangkuan Azra. Begitupun dengan Azra. Rasa rindu kepada suami dan anaknya seakan lenyap seketika. Walaupun dilubuk hatinya masih memendam rasa bersalah yang amat besar kepada Zein.

Azra sesekali mengecup pucuk kepala Kayla. Setelah itu, Azra kembali menatap Zein yang juga tengah menatapnya.

"Mas gak marah sama aku?" Tanya Azra dengan sorot mata yang penuh dengan rasa bersalah.

Zein diam. Laki-laki tak fokus dengan apa yang Azra ucapkan. Justru dia lebih fokus dengan tubuh Azra yang banyak berubah setelah 5 tahun berpisah dengannya. Tubuh Azra sedikit terlihat lebih berisi, pipinya tembam dengan disertai rona merah. Zein tiba-tiba tersenyum. Azra semakin cantik saja di matanya.

"Mas?" Panggil Azra karena merasa tak mendapat respon dari Zein.

Zein berkedip. Sedetik kemudian, laki-laki itu bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Azra. Saat tubuhnya telah sampai didepan tubuh Azra, Zein sedikit menunduk guna mengambil alih putrinya. Kayla ia gendong menuju kasur agar putri kecilnya itu bisa tidur disana.

Zein kembali menghampiri Azra yang masih setia duduk di sofa dengan ekspresi bingung. Tangan Zein sedikit mengangkat kedua pundak Azra agar istrinya itu berdiri.

Kini mereka berdua sama-sama telah berdiri dengan posisi yang sangat dekat. Bahkan nyaris tak berjarak. Zein mampu merasakan hembusan hangat Azra, begitupun dengan Azra.

"Mas gak marah sama aku?" Tanya Azra dengan disertai gemuruh di hatinya.

"Marah?" Beo Zein.

Azra mengangguk...

"Apa hak Mas untuk marah sama kamu?"

"Karena aku pergi, maybe"

"Kamu gak mau balik lagi sama Mas, Ra?"

Azra mendongak menatap Zein...

"Mas masih mau nerima aku?"

"Kenapa tidak, Ra?" Tanya balik Zein dengan sorot matanya yang penuh dengan keyakinan bahwa dia sangat menginginkan Azra.

"Kayaknya... Aku buruk banget buat Mas" Azra kembali menundukkan kepalanya.

Rasa bersalah itu teramat besar. Azra benar-benar merasa tidak pantas. Walaupun rasa ingin kembali bersama itu ada namun tetap saja!. Azra merasa terlalu hina untuk Zein. Jika diingat bagaimana jahatnya dia meninggalkan begitu saja Zein. Padahal Azra tahu bahwa saat itu Zein juga sedang membutuhkannya. Tapi--- Ah, sudahlah! Azra memang egois.

"Kata siapa kamu buruk?" Tanya Zein.

"Semua orang tahu kalau aku egois, bodoh, dan jahat" Timpal Azra.

Zein menarik nafasnya dalam-dalam.

"Mas gak peduli. Yang Mas mau  kamu tetap disini bareng Mas sama Kayla. Jangan pergi lagi. Kamu suka ya bikin Mas gila?"

"Selama aku pergi, Mas gak ada niatan cari pengganti ku?"

Zein mengernyit "Pengganti?"

Azra mengangguk "Istri baru" Ucapnya.

"Emangnya boleh?" Tanya Zein sembari menyunggingkan senyum menggoda.

"Tuh kan!" Azra sedikit memukul dada bidang Zein.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang