"Mas, penampilan ku oke, kan?" Tanya Azra. Mungkin jika dihitung sudah lebih dari sepuluh kali Azra bertanya ke Zein tentang penampilannya.
Sebenarnya, bagi Azra sendiri penampilannya sudah baik. Tapi, entah rasa gugup darimana yang tiba-tiba menyerang pikirannya. Pasti ditempat kondangnya kali ini dia akan bertemu dengan para ustadzah atau perempuan lain yang penampilannya sangat menarik. Azra sama sekali tidak ingin suaminya nanti akan malu.
Entahlah, setelah kemarin Azra melihat ustadzah ditempat suaminya mengajar, mereka begitu cantik, Azra merasa minder. Ditambah lagi kejadian beberapa minggu yang lalu, dimana dirinya hampir diperkosa oleh Pak Riko membuatnya kembali merasa kotor dan kecil. Jika dibandingkan dengan para ustadzah itu sudah pasti dia kalah jauh.
Azra kembali menatap suaminya yang sedang fokus menyetir mobil. Apakah dipikiran suaminya pernah terbesit untuk menceraikan dirinya dan menikahi ustadzah atau wanita lain yang jauh lebih baik darinya?.
"Nanti pulangnya beli susu ibu hamil dulu ya, Sayang" Ucap Zein membuyarkan semua lamunan Azra.
"Iya" Jawab Azra. Namun, suaranya terdengar parau atau lebih tepatnya suaranya terdengar seperti orang yang sedang menahan isak tangis.
Zein mengernyitkan keningnya "Ada masalah?" Tanyanya.
Azra menggeleng sembari tersenyum haru ke Zein "Gak ada. Cuma nanti malam elus perutku ya, Mas".
"Perutnya sakit?" Tanya Zein sembari menoleh sekilas ke Azra dan kembali fokus menyetir.
"Enggak kok. Cuma pengen dielus aja" Jawab Azra.
Mereka berdua sudah sampai didepan gedung tempat dilaksanakannya pernikahan teman Zein, yaitu ustadz Ali. Zein memarkirkan mobilnya dengan mulus. Sedangkan, Azra melepaskan sabuk pengaman.
"Tunggu dulu" Zein memegangi tangan Azra yang hendak membuka pintu mobil.
Azra menoleh ke suaminya "Kenapa, Mas?" Tanyanya.
Zein tak langsung menjawab. Namun, tangannya bergerak mengelus perut Azra yang terlihat sedikit membesar. Perasaan hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Tangannya beralih mengusap punggung Zein.
Zein mendekatkan kepalanya ke depan perut Azra. Mulutnya bergerak seperti sedang membicarakan sesuatu dengan calon anaknya.
"Ngomong apaan?" Tanya Azra.
"Rahasia. Nanti kalau kamu tahu bisa-bisa kamu kaget" Jawab Zein enteng. Lalu, kembali membicarakan sesuatu didepan perut Azra.
"Lagi ngobrol apa lagi baca jampi-jampi sih?. Komat kamit gitu mulutnya" Ucap Azra.
"Rahasia, Sayang, Rahasia!" Ucap Zein.
"Tapi aku kan emaknya!" Tukas Azra.
"Tapi kan Mas yang tiap malem kerja keras!".
"Aku juga ikut kerja keras ya!" Jawab Azra tak mau kalah.
"Masa sih?" Goda Zein.
"Iya lah!. Mas lupa tiap malem aku dibolak-balik sama Mas?" Ucap Azra ceplas-ceplos. Zein yang mendengarnya pun terbahak-bahak. Perkataan istrinya sungguh sangat ambigu di telinganya.
"Tapi adek suka, kan?" Goda Zein sembari menaik turunkan kedua alisnya menggoda Azra.
"Masss!" Geram Azra.
"Buktinya Adek sampai merem mel_".
"Mas!".
Zein tertawa terbahak-bahak. Pipi Azra mengeluarkan semburat merah. Dia malu saat ingat waktu dia dan Zein bermesraan didalam kamar. Azra itu terlalu agresif!. Namun, Zein juga tak kalah ganasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ustadz||END
Romance"Om cinta gak sama Azra?". "Saya akan menikahi kamu" Apa jadinya jika gadis petikalan seperti Azra bertemu dengan laki-laki asing yang mengatakan ingin menikahi azra?.