Zein menatap datar Okta yang sedang memangku Kayla. Sesekali, dua perempuan yang berbeda generasi itu tampak tertawa. Entah tertawa karena apa.
Zein masih berdiri diambang pintu kantin. Tak ada niatan untuk berjalan mendekat menuju Kayla. Mata tajamnya masih setia memperhatikan dua perempuan itu. Sampai akhirnya, Zein memutus tatapannya saat tiba-tiba Okta menatap kearahnya. Okta tersenyum manis kepada Zein. Namun, Zein tak memiliki keinginan untuk membalas senyuman Okta.
Okta berdiri dan berjalan mendekat ke Zein. Kayla masih ada di gendongan Okta. Namun, entah sejak kapan bocah mungil itu tertidur. Padahal barusan Zein masih melihatnya tertawa bersama Okta.
"Kaylanya lagi tidur, Pak" Ucap Okta.
Zein hanya membalasnya dengan anggukan singkat. Tangannya bergerak merogoh saku celananya. Mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet itu.
Zein menyodorkan uang itu ke Okta "Ini gaji kamu. Terimakasih sudah menjaga anak saya" Ucapnya.
Okta tersenyum sembari menerima uang gajinya dari Zein "Terimakasih banyak Pak Zein," Ucapnya.
Zein mengangguk. Tangan Zein beralih mengambil tubuh Kayla dari gendongan Okta. Sebelum pergi meninggalkan Okta. Zein sempat menatap Okta sekilas. Jangan lupakan ekspresi wajahnya yang tetap datar.
"Besok kamu tidak perlu menjaga Kayla" Ucap Zein.
"Loh, kenapa, Pak?" Tanya Okta. Pasalnya wanita itu merasa bingung. Biasanya dia akan libur menjaga Kayla setiap hari Minggu saja. Selebihnya tidak.
"Saya mau keluar dengan Kayla" Jawab Zein.
"Keluar kemana, Pak?".
Zein mengangkat alis kanannya. Merasa aneh dengan Okta yang menurutnya terlalu kepo dengan urusannya.
Okta yang menyadari arti mimik wajah Zein. Wanita itu langsung tersenyum canggung "Maaf ya, Pak" Ucapnya.
Zein mengangguk. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Zein langsung melangkah pergi meninggalkan Okta.
Sedangkan, Okta masih berdiri di tempatnya. Diam-diam senyumnya tersungging bersamaan dengan matanya yang masih menatap punggung Zein.
Sikap Zein yang terbilang cuek, cool, dan berwibawa membuat Okta diam-diam menyukai laki-laki itu. Okta tak munafik. Salah satu alasannya mau menjadi pengasuh Kayla adalah agar dia bisa menjadi lebih dekat dengan Zein. Walaupun sepanjang dia menjadi pengasuh Kayla, Zein selalu bersikap dingin kepadanya. Namun, rasa sukanya kepada Zein tak pernah luntur. Justru setiap hari semakin menjadi-jadi.
Pernah suatu hari Okta masuk kedalam ruang kerja Zein. Tanpa menunggu persetujuan dari Zein. Okta nyelonong membuka pintu. Tanpa dia duga. Matanya melihat tubuh bagian atas Zein yang tak tertutupi pakaian. Okta senang bukan kepalang. Walaupun Okta tahu kalau Zein marah kepadanya karena telah masuk ke ruangannya tanpa izin terlebih dahulu. Namun, Okta tak memperdulikan hal itu. Wanita terus-terusan terbayang dengan tubuh Zein yang sangat menggodanya.
***
"Besok Ayah mau ngajak Kayla kemana?" Tanya Kayla. Gadis kecil itu tengah sibuk mewarnai buku gambarnya. Dibarengi dengan Zein disampingnya.
"Jalan-jalan beli ice cream. Mau?".
Kayla mengangguk antusias "Mau-mau," Ucapnya.
Zein tersenyum "Malam ini tidur lebih cepat. Biar besok gak kesiangan".
"Iya, Ayah. Kayla mau tidur sekarang aja" Kayla memasukkan kembali buku dan alat menulis lainnya kedalam tas. Sedetik kemudian, bocah itu berjalan mendekat menuju kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ustadz||END
Roman d'amour"Om cinta gak sama Azra?". "Saya akan menikahi kamu" Apa jadinya jika gadis petikalan seperti Azra bertemu dengan laki-laki asing yang mengatakan ingin menikahi azra?.