45. Sembuh

2K 117 2
                                    

Sebelum baca jangan lupa follow.

Saat itu, Zein berlari sekencang-kencangnya menuju sumber suara teriakan istrinya. Jantungnya bergemuruh hebat, pikiran yang tidak-tidak memenuhi otaknya.

Lenyap.

Satu kata itu terngiang jelas di telinga Zein. Apa yang sudah terjadi didalam sana?. Kenapa kata itu harus ia dengar?.

Mata Zein membulat sempurna, detak jantungnya seolah berhenti berdetak, kakinya lemas, jika dia tidak berusaha mati-matian untuk tetap berdiri mungkin saat ini dia sudah tersungkur ke tanah.

Darah berceceran dimana-mana, bau amis menyeruak di penciumannya, serta sebuah pisau yang berlumuran darah tergeletak di tanah.

Azra?.

Kini dia sudah terkulai jatuh ke tanah. Darah segar telah keluar dari tubuhnya.

"Adek" Ucap Zein terdengar parau. Dia berlari untuk menghampiri istrinya yang entah masih bernyawa atau tidak.

Namun, langkanya tiba-tiba terhenti..

"Istri anda sudah lenyap ditangan saya".

Zein menatap tajam ke arah Pak Riko yang sedang berdiri sembari menunjukkan senyum kemenangannya. Tangan Zein terkepal dengan rahangnya yang mengeras. Belum pernah dia semarah ini. Demi apapun, jika terjadi sesuatu pada istri dan anaknya, Zein tidak akan melepaskan Pak Riko.

Zein tak menjawab apapun perkataan Pak Riko. Dia lanjut menghampiri istrinya.

"Sayang" Ucapnya sembari menepuk pelan pipi Azra. Namun, nihil. Azra sama sekali tak merespon apapun perkataan Zein.

Tubuh Zein semakin menegang, air matanya jatuh. Tidak, Azranya harus tetap bersamanya. Selamanya!.

Zein menggendong tubuh istrinya. Namun, Pak Riko kembali mengehentikan langkahnya. Laki-laki bejat itu menyodorkan pisau didepan leher Zein. 

"Istri anda sudah lenyap ditangan saya. Sekarang giliran anda, Pak Zein".

Semakin lama pisau itu semakin dekat di leher Zein. Bahkan Zein dapat merasakan kulitnya bersentuhan langsung dengan pisau itu.

"Apakah ada pesan terakhir sebelum anda saya lenyapkan?".

Zein menatap tajam ke arah Pak Riko.

"Jangan bergerak!".

Pak Riko langsung mengangkat tangannya saat polisi tiba-tiba datang. Pisau yang dia bawah pun berhasil di ambil oleh polisi itu. Laki-laki bejat itu berhasil ditangkap polisi.

Sedangkan, Zein langsung membawa Azra ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit. Azra langsung diperiksa oleh dokter.

Zein menangis sejadi-jadinya. Dia bahkan tak peduli dengan kulit lehernya yang terasa perih karena pisau Pak Riko yang tadi sempat menempel di kulitnya. Orang-orang yang ada di rumah sakit itu mungkin memandang aneh ke arah Zein. Namun, Zein tak memperdulikan tatapan mereka. Hatinya sungguh sedih.

______

"Makan dulu, ya".

Entah sudah ke berapa kali Zein membujuk istrinya. Pandangan Azra tampak kosong, matanya sesekali meneteskan air mata.

"Tolong jangan nangis, Sayang" Ucap Zein.

"Laki-laki itu sudah nyentuh bahuku, pipiku, bi_".

Sebelum Azra melanjutkan ucapannya, Zein langsung memeluk tubuh istrinya. Sejak Azra sadar, dia terus-terusan menangis ketika teringat apa yang sudah Pak Riko lakukan padanya.

Zein tahu bahwa istrinya sedang trauma dengan kejadian beberapa jam yang lalu. Zein menyadari itu. Mati-matian dia menahan diri agar tetap terlihat baik-baik saja didepan istrinya. Walaupun sebenarnya, hatinya juga merasa hancur.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang