14.khilaf?

7.2K 278 0
                                        

Zein berlari mengejar Azra yang masih setia mengejar si ayam genit. Sedangkan, Nino menatap lesu kandang ayamnya yang sudah berantakan. Semua ayam yang berlarian, ada juga ayam yang keluar kandang, ditambah lagi makanan ayam yang sudah tumpah.

"Adek berhenti. Astagfirullah" Zein mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar dibuat darah tinggi oleh Azra dan ayam genit.

"Berhenti lo monyet" Azra berlari dengan wajah yang siap memakan hidup-hidup ayam yang berani genit ke suaminya itu.

"Berhenti gak!" Azra bahkan mengabaikan teriakan Zein.

"Adek!".

"Sih monyet tuh om gak mau berhenti".

Zein semakin bingung. Bagaimana bisa Azra menyebut seekor ayam dengan sebutan 'monyet.

"Zein" Ucap Nino dengan lesu. Dia daritadi hanya melihat tiga makhluk hidup yang sibuk kejar-kejaran nya.

"Adek tolong berhenti, sayang" Zein berusaha melembutkan suaranya, agar istrinya luluh dan mau berhenti mengejar ayam genit.

"Gak mau om. Nih, monyet kudu dikasih pelajaran".

Oh ayolah itu hanya seekor ayam.

Happ

Zein berhasil menangkap tubuh istrinya.

"Lepasin om lepasin" Azra masih mencak-mencak meskipun tubuhnya sudah dipegangi oleh Zein.

"Ayo keluar" Zein langsung menggendong tubuh istrinya. Meskipun begitu, jiwa-jiwa reog Azra masih aktif. Dia masih saja mencak-mencak digendongan Zein.

Sesampainya diluar kandang, Zein menurunkan tubuh istrinya. Dia menatap tajam ke Azra. Azra yang merasa ditatap seperti itu merasa ngeri karena Zein tidak pernah melihat dia semenakut kan seperti saat ini.

"Masih mau ngejar ayam itu lagi?" Zein menatap dingin ke arah Azra.

Azra menggeleng.

"Lihat tuh, kandang om Nino berantakan"

"Maaf" suara nyaris tidak terdengar. Dia sudah menunduk dengan memainkan jari-jari nya.

Zein menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar. Kalau sudah begini, Zein tidak akan tega memarahi Azra.

Zein memegang kedua lengan Azra. Dia mendongakkan kepala Azra agar melihat kearahnya.

"Jangan diulangi lagi, ya" Azra mengangguk lalu dia berhambur ke pelukan Zein.

Zein tersenyum melihat istrinya yang sedang memeluknya. Rasa marah Zein langsung hilang diganti dengan rasa hangat karena pelukan hangat istrinya.

Badan Azra bergetar, dia menangis. Zein yang tahu bahwa Azra sedang menangis, dia mengusap pelan punggung istrinya dengan ciuman di pucuk kepala istrinya.

"Cup cup. Gak boleh nangis, ya" Azra tidak menyahut, dia masih menangis dengan posisinya yang masih dipelukan Zein.

"Cup sayang. Gak papa kok" Azra beralih melihat Zein.

"Om gak marah?".

"Enggak, sayang" Zein tersenyum ke istrinya. Dia tidak tega melihat istrinya yang sedang menangis. Lalu, di usapnya air mata Azra.

Sedangkan Azra fokus melihat wajah suaminya dari jarak dekat.

"Ganteng" .

"Om kok bisa ganteng sih?" Zein terkekeh mendengar pertanyaan aneh istrinya itu. Bisa-bisanya habis nangis langsung tanya tentang kegantengan suaminya.

Cup

Dia mencium sekilas pipi Azra yang sontak membuat pipi Azra merona.

"Om?".

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang