54. Pemerkosaan

2.8K 99 18
                                    

9 Bulan kemudian...

Azra duduk dengan nafasnya yang mulai ngos-ngosan. Padahal jarak antara parkiran dengan tempat duduk tidak terlalu jauh. Mungkin karena perutnya yang bertambah membesar membuat Azra cepat lelah.

Hari ini, Azra janjian dengan Nisa untuk bertemu disebuah cafe yang cukup terkenal di area Pasuruan. Bersama dengan Zein, Azra menunggu Nisa yang tak kunjung datang.

"Nisa nya kok belum dateng?" Tanya Zein.

Azra mengangkat bahunya sekilas "Gak tahu" Jawabnya.

"Ada yang sakit perutnya?" Tanya Zein.

Azra menggeleng "Enggak ada, Kok. Oh ya, tadi pas mau kesini, aku ngelihat baju bayi bagus-bagus, pengen deh beli" Celetuknya.

"Nanti pulang dari sini kita beli, oke?".

Azra tersenyum bahagia "Oke!" Serunya.

5 menit kemudian, Nisa yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Namun, Nisa tak datang sendiri. Disampingnya ada seorang laki-laki bertubuh tegap. Azra mengernyit melihat laki-laki itu yang berpenampilan sedikit aneh. Pasalnya laki-laki itu memakai pakaian serba hitam. Mulai dari celana hitam, jaket hitam, kopi hitam, dan kaca mata hitam. Laki-laki itu duduk bersebelahan dengan Nisa tepatnya posisi laki-laki itu duduk berhadapan langsung dengan Zein.

Zein tersenyum, menyambut kedatangan Nisa dan laki-laki yang entah siapa namanya. Zein mengulurkan tangannya untuk menyalami laki-laki tadi.

"Zein" Ucap Zein.

"Rama" Jawab laki-laki itu sembari menyambut tangan Zein.

"Gimana kabarnya, Ra?" Tanya Nisa.

"Baik, kok. Lo gimana?".

Nisa tersenyum "Baik juga".

Empat manusia itu sibuk mengobrol. Beberapa kali mereka terlihat tertawa. Menit terus berlalu. Tak terasa satu jam sudah mereka larut dalam obrolan.

"Ra, aku pamit duluan, ya? Masih ada tugas di rumah" Pamit Nisa.

Azra mengangguk. Matanya setia menatap Nisa yang sudah beranjak pergi meninggalkan cafe itu. Laki-laki yang bernama Rama itu tak luput dari perhatian Azra. Entah, itu hanya perasaan Azra atau memang benar bahwa matanya sempat melihat sebuah pisau tajam disaku celana Rama.

Tadi waktu dia mengobrol dengan Rama dan Nisa, mereka berdua tampak akrab sekali. Cukup aneh menurut Azra. Karena yang Azra tahu, Nisa itu cukup menjaga batasan dengan laki-laki. Tapi dengan Rama? Justru Nisa terlihat akrab sekali. Saat Azra tanya tentang Rama, Nisa menjawab bahwa dia teman SMA nya.

"Dek?" Zein menatap heran Azra. Pasalnya sudah berkali-kali dia memanggil Azra, namun, Azra sama sekali tak menyahutinya.

"Sayang?" Panggilnya sekali lagi.

Azra sedikit terkejut mendengar panggilan Zein "Ah, iya, kenapa Mas?".

"Ngelamunin apa? Mas panggil daritadi loh".

Azra menyunggingkan senyum kudanya "Gak papa, Kok" Jawabannya.

Zein geleng-geleng "Pulang yuk. Keburu magrib".

Azra mengangguk.

Mereka berdua berjalan keluar dari cafe itu. Tangan Zein setia menggandeng tangan Azra. Sesekali dia membantu Azra menuruni anak tangga.

Azra masuk terlebih dahulu kedalam mobil. Disusul dengan Zein. Beberapa kali Zein menghidupkan mesin mobil, namun, nihil!. Mobil itu tak kunjung menyala juga.

"Kenapa, Mas?" Tanya Azra.

"Kayaknya mogok. Padahal kemarin sudah Mas Servis. Tunggu disini dulu, ya? Mas mau lihat mesin mobil dulu".

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang