43. Mencari

2K 111 10
                                        

Sebelum baca, jangan lupa follow dulu ya🤍💚

Zein meremas kertas yang dia baca tadi. Tatapannya buram karena air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Menurutnya, ini sulit dipercaya. Bagaimana istrinya itu bisa memutuskan pergi hanya karena pertengkaran kecil diantara mereka berdua beberapa jam yang lalu?. Rasanya sulit dipercaya bahwa Azra akan melakukan tindakan seperti ini.

Zein bangkit lagi. Dia mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya. Setelah mengambil kunci mobil yang berada di meja, Zein bergegas lari menuju garasi.

Mencari Azra, hanya itu yang ada di pikirannya. Tidak. Dia tidak akan membiarkan Azra pergi dari hidupnya. Semuanya masih bisa diperbaiki. Dan, Zein tidak akan melewatkan kesempatan apapun. Kemana pun Azra berada sekarang, Zein akan mencarinya!.

Bayang-bayang saat mereka bersama pun berputar kembali diingatan Zein. Isak tangisnya semakin menjadi-jadi. Sumpah demi apapun, dia tidak akan sanggup kehilangan istrinya yang sangat ia cintai.

Ini salahnya!.

Seharusnya tadi dia tidak perlu menyinggung masalah Pak Riko. Azra itu sedang hamil, perasaannya sedang sensitif-sensitif nya. Kalau waktu bisa diputar kembali, satu hal yang akan Zein akan lakukan adalah menyambut istrinya yang kelelahan setelah keluar bersama Nisa dengan keromantisannya. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Tidak akan bisa diulang kembali!.

Zein mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Belum pernah dia mengendarai mobilnya secepat ini. Pikiran dan hatinya sedang kalut.

Azra. Tujuannya hanya Azra.

Kemana lagi dia harus mencari Azra. Semua teman Azra tidak ada yang tahu mengenai keberadaan Azra. Apakah dia harus menanyakan keberadaan Azra kepada kedua orang tuanya?.

Sepertinya tidak ada pilihan lain lagi. Zein mengambil headset bluetooth nya. Panggil menyambungkan kepada nomor Abahnya.

"Assalamualaikum abah?.

"Wa'alaikumussalam, Zein ada apa?. Suara kamu kok kayak orang lagi nangis?".

"Apa Azra ada di rumah Abah sekarang?" Tanya Zein to the point.

"Gak ada Azra disini. Kenapa?. Kamu berantem sama Azra?".

Zein semakin kebingungan. Lalu, kemana lagi istrinya itu pergi.

"Zein?. Katakan, Nak. Jika ada sesuatu biar Abah bantu".

"Azra pergi dari rumah, Bah" Ucap Zein. Terdengar isakan tangis saat dia mengatakan itu.

"Astaghfirullah!. Kok bisa?. Abah bakalan minta tolong ustadz-ustadz disini buat bantu kamu nyari istrimu" Terdengar suara Abah Zein yang memutuskan panggilannya.

Zein menepikan mobilnya tepat disamping toko buku yang istrinya kunjungi beberapa jam yang lalu. Dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Azra yang ada di ponselnya kepada kasir toko buku itu.

"Wah, saya gak ngeliat, Mas".

Zein menghembuskan nafasnya kasar saat mendengar perkataan kasir toko. Dia beralih menuju penjual-penjual yang ada disamping toko buku itu. Namun, semuanya tidak ada yang melihat Azra.

Langkah Zein perlahan lunglai. Dia sekarang sudah seperti orang gila. Berlarian kesana-kemari dengan penampilan yang sudah acak-acakan. Apalagi hujan tiba-tiba turun. Seluruh pakaiannya basah kuyup. Tubuh Zein mulai menggigil namun Zein tak memperdulikan itu. Tujuannya hanya Azra!.

Zein mengotak-atik ponselnya kembali. Diteleponnya Azra, namun panggilannya tidak diangkat.

Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang