46. Tugas

1.9K 104 1
                                        

"Pokoknya aku gak mau ngerjain tugasnya. Titik!".

Sedari tadi, Azra sibuk mengoceh tanpa henti. Pasalnya dihari pertamanya kuliah setelah libur satu minggu. Azra langsung disuguhi tugas segunung oleh dosen-dosennya, salah satunya suaminya sendiri, Zein.

"Yang lain tugasnya juga segitu kok" Ucap Zein sembari memperhatikan istrinya yang berkacak pinggang didepannya.

"Tapi kan aku baru masuk, Mas!".

"Tugas kamu numpuk selama kamu gak masuk, Dek".

"Pokoknya aku gak mau ngerjain. Titik!".

"Pokoknya kamu harus ngerjain. Titik!" Balas Zein dengan menirukan nada bicara Azra.

"Gak ada jatah seminggu!".

Kan!.

Sudah Zein duga bahwa Azra akan mengancamnya seperti itu. Sebenarnya Zein sendiri tak tega melihat Azra yang harus mengerjakan tugas kuliahnya yang sangat banyak. Tapi mau bagaimana lagi?. Sudah tanggung jawab Azra.

"Uang jajannya dikurangin!" Balas Zein tak mau kalah.

"Ish!. Nyebelin!" Kaki Azra mencak-mencak ditempatnya berdiri.

"Baru tau, ya?" Balas Zein.

"Ma_".

"Sttt. Buruan dikerjain, nanti sore ikut Mas ke pondok" Ucap Zein menghentikan istrinya yang hendak mengomelinya lagi.

"Ngapain?" Tanya Azra.

"Ada acara pengajian".

"Langsung ke pondok aja deh. Gak usah ngerjain tugas" Ucap Azra masih berusaha merayu suaminya. Meskipun sepertinya semua rayuan yang telah Azra keluarkan dari tadi dianggap angin lalu oleh Zein.

"Sekarang, Sayang. Dicicil aja biar kamu gak terlalu capek" Jawab Zein. Sedangkan, Azra langsung memutar bola matanya malas.

"Aduh duh. Perut aku mules" Adu Azra. Tangannya memegangi perutnya yang sebenarnya tidak terasa sakit sedikit pun, jangan lupakan wajahnya yang dibuat semelas mungkin.

"Masa sih?" Ucap Zein.

Azra mengangguk "Iya beneran".

"Sini" Ucap Zein menyuruh Azra untuk duduk disebelahnya. Setelah Azra benar-benar duduk di sebelahnya. Zein membuka baju yang Azra gunakan.

"Eh, mau ngapain?" Tanya Azra yang terkejut melihat Zein yang tiba-tiba membuka bajunya.

"Mau ngapain lagi?" Jawab Zein yang justru terdengar ambigu di telinga Azra.

"Kemarin malam udah loh, Mas" Ucap Azra polos. Tangannya menahan tangan Zein yang masih ada di baju yang menutupi perutnya.

Sedangkan, Zein mati-matian menahan dirinya agar tidak tertawa mendengar perkataan istrinya. Dia berusaha menampilkan ekspresi sedatar mungkin dengan tangan yang masih mencoba membuka baju Azra.

"Emangnya, soal ginian harus nunggu malam dulu, ya?. Siang kan juga boleh, Dek. Biar makin enak".

Azra semakin bergidik ngeri mendengar perkataan suaminya yang ngalor ngidul di telinganya.

"Kok gak mau dibuka sih bajunya. Kan harus buka baju dulu" Ucap Zein semakin menggoda Azra. Tidak tahu saja bahwa Azra sudah kelimpungan mendengar semua perkataan Zein. Pipinya sudah merah seperti tomat.

"Dek?" Panggil Zein.

"I-iya " Jawab Azra.

"Kenapa?" Tanya Zein pura-pura tidak tahu.

"Em. Sekarang ya, Mas?" Tanya Azra sedikit gugup. Zein mengangguk.

"Kan kemarin malam lebih dari satu ron_".

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang