38.Ngidam

3.1K 147 0
                                    

Sejak Azra hamil, Zein menjadi dua kali lipat lebih posesif kepada Azra. Satu nyamuk saja berani menggigit kulit mulus Azra, maka Zein akan langsung ngamuk-ngamuk kepada seluruh nyamuk yang ada di rumahnya. Contohnya seperti sekarang, Zein sedari sibuk mondar-mandir membersihkan seluruh kamarnya karena tadi dia mendengar Azra bersin. Padahal itu cuma bersin biasa tapi sungguh sikap Zein sudah membuat Azra geleng-geleng.

"Mas, gak capek?" Tanya Azra sembari bangkit dari duduknya.

"Adek mau kemana?. Ngapain berdiri?. Duduk aja!. Kamar ini masih belum bersih dek, nanti kalau bersin lagi, gimana?".

Tuh kan!.

Azra kembali lagi duduk diatas kasur. Tangannya mengusap perutnya yang masih rata "ing, babe lo ada-ada aja" Ucap Azra.

"ing?, ing siapa, dek? Tanya Zein.

"Toing, Mas. Nama anak kita" Jawab Azra santai. Sedangkan, Zein yang mendengarnya pun membelalakkan mata.

"Kok Toing sih namanya?. Urusan nama anak kita biar mas aja yang urus".

"Emangnya Mas pengennya namanya siapa?" Tanya Azra.

"Nanti kalau anak kita sudah lahir, mas mau sowan ke dalem. Mau minta nama ke kyai di pondok. Semoga dapat barokah beliau, semoga juga jadi anak yang soleh solehah" Azra ngangguk-ngangguk mendengar perkataan suaminya. Rasa cinta untuk suaminya semakin bertambah. Bayangkan saja, Zein selalu memberikan yang terbaik untuk dirinya. Beruntung sekali dia mempunyai suami seperti Zein. Mungkin jika dulu dia tetap ingin menolak lamaran Zein. Dia mungkin tak akan menjadi sebahagia ini.

Memang salah satu manfaat menikah adalah menyenangkan hati. Apalagi mempunyai pasangan yang bukan hanya melengkapi diri kita, namun juga mampu menerima baik dan buruknya kita. Apalagi jika menikah tanpa melalui pacaran, rasa manis dalam pernikahan semakin terasa. Kenapa bisa?. Jelas bisa, contohnya saat orang berpacaran pasti pernah pegangan tangan atau sekedar memberi hadiah. Namun, ketika sudah masuk dalam jenjang pernikahan, berbagai macam bentuk kemesraan yang dilakukan pasti rasanya sudah biasa-biasa saja karena sewaktu masih pacaran sering dilakukan. Selain itu, jelas-jelas pacaran memang diharamkan dalam Islam.

Namun, beda lagi dengan orang yang menikah tanpa lewat pacaran. Semua kemesraan seperti pegangan tangan, pelukan dan yang lainnya akan terasa begitu manis. Karena, mereka baru melakukan kemesraan itu pertama kali.

"Mas" Panggil Azra.

"Dalem, sayang" Zein menoleh ke Azra.

"Mau peluk" Azra merentangkan kedua tangannya dengan manja. Zein yang melihat itu pun tersenyum dan berjalan menuju istrinya.

"Nyaman" Ucap Azra saat sudah berada dipelukan suaminya.

"Cium" Minta Azra ke Zein. Tentunya dengan senang hati Zein menuruti keinginan sang istri. Diciumnya mulai dari kening, pipi, dan terakhir bibir Azra.

"Sekarang sering minta dimanja terus ya sama Mas?" Ucap Zein sembari mencubit hidung Azra gemas.

"Iya, soalnya deket sama Mas itu nyaman" Ucap Azra sembari mencium aroma tubuh suaminya.

"Dulu aja kalau mau tidur gak mau ngehadap ke, Mas" Ucap Zein terkekeh.

"Itu kan dulu, ih" Ucap Azra malu-malu. Ia menabok paha suaminya. Namun, Zein tak merasa kesakitan.

"Penjilat lidah sendiri lo, Ra!" Batin Azra.

"Mas" Panggil Azra.

"Hm" Jawab Zein sembari tangannya terulur mengelus perut Azra.

"Aku pengen sesuatu" Ucap Azra sambil memanyunkan bibirnya.

Cup..

Zein mencium bibir Azra sekilas.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang