Sedari tadi Azra memperhatikan wajah suaminya yang terlihat murung. Semua ini akibat ulah Cici. Tadi, Zein melarang Cici untuk menelfon Kafka. Namun, Cici tetaplah Cici. Sudah dilarang seribu satu kali, tetap saja bocah menyebalkan itu masih menelfon Kafka. Buruknya lagi, dia menyuruh Kafka datang kerumahnya. Walaupun Cici tak menyuruh Kafka untuk datang ke rumah Azra, namun rumah Cici dan Azra kan berdekatan. Besar kemungkinan Kafka akan tahu rumah Azra.
Azra beralih melihat jendela. Dia melihat Kafka yang sedang memarkirkan motornya di depan rumah Cici. Zein pun sama, dia ikut menoleh ke arah rumah Cici.
"Adek gak usah keluar rumah!" Ucap Zein penuh penekanan. Azra membalas dengan anggukan kepala. Lagipula tanpa Zein suruh pun ia sama sekali tidak berminat untuk keluar rumah, dia merasa malas sekali harus bertemu dengan Kafka.
Azra duduk disamping suaminya. Kepalanya ia senderkan di lengan Zein dan tangannya mengelus tangan Zein lembut.
"Sudah ku bilang kan, Mas. Kalau ici memang harus segera kita lelang".
Bukannya menenangkan suaminya yang tengah dilanda rasa cemburu, Azra justru lebih minat membahas Cici. Zein menoleh ke Azra "Mau dilelang dimana?" Tanya Zein.
"Gak tau. Di olshop online kali" Ucap Azra enteng. Zein mengacak rambut istrinya. Azra langsung cemberut "iih rambut aku jadi berantakan, mas" Ucap Azra dengan memanyunkan bibirnya.
Zein yang melihat tingkah Azra pun dibuat gemas. Rasa cemburu di hatinya tiba-tiba hilang entah kemana. Tanpa basa-basi Zein langsung mencium bibir Azra. Sedangkan, Azra sontak membulatkan matanya. Pipi Azra merona. Zein beralih mencium kening Azra. Setelah itu ditatapnya dalam-dalam mata Azra yang begitu indah.
"Dek" Suara Zein terdengar pelan. Mendengar suara Zein justru semakin membuat Azra tersipu malu.
"Dalem, Mas" Kali ini bukan hanya pipi Azra yang merona, pipi Zein pun ikut merona. Mereka saling memandang satu sama lain tanpa satu kata pun yang terucap. Pandangan mereka sangat dalam, seolah ingin mencurahkan seluruh rasa cintanya.
"Mas cinta sama kamu, sayang" Ucap Zein dengan mata yang masih menatap Azra.
"Aku juga cinta Mas. I love you, Mas".
Mendengar perkataan Azra membuat mata Zein membulat sempurna. Sudah lama ia menantikan kalimat itu terucap dari mulut Azra. Dan sekarang istrinya itu telah mengungkapkan padanya bahwa Azra mencintainya.
Dengan jantung yang berdetak lebih kencang, Zein menggendong tubuh Azra dan membopongnya menuju kamar. Azra tersenyum, tangannya mengalung di leher Zein.
"Dek" Suara Zein terdengar serak. Dipandanginya istrinya yang tengah duduk di kasur.
Azra mengangguk. Dia paham apa yang diinginkan suaminya. Perlahan Azra mulai menutup matanya saat wajah Zein semakin dekat ke wajahnya. Hembusan nafas Zein sudah bisa ia rasakan. Aroma minya wangi Zein pun sudah menyeruak di penciuman Azra. Jantung Azra kembali berdetak cepat.
"Plis, lo jangan sampe copot jantung!. Gue mau mesra-mesraan dulu sama laki gue. Lo jangan ganggu!" Batin Azra.
Kening Zein sudah menempel di kening Azra. Azra semakin tersenyum, pikirannya sudah membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini antara dia dan Zein. Matanya tetap terpejam, sampai akhirnya...
"Ante!!!!!".
Azra langsung mendorong tubuh Zein. Zein pun sama kagetnya dengan kedatangan Cici yang tiba-tiba. Untung saja pintu kamar ini sudah Zein kunci, jika tidak, sudah pasti Cici akan melihat sesuatu yang tidak pantas bocah itu lihat.
"Ish ganggu aja!" Kesal Azra.
"Apa?" Tanya Azra sewot setelah membuka pintu kamar.
"Ante ayo ikut ici" Cici langsung menarik tangan Azra. Namun, baru beberapa langkah saja Zein langsung menarik tangan Azra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ustadz||END
Romance"Om cinta gak sama Azra?". "Saya akan menikahi kamu" Apa jadinya jika gadis petikalan seperti Azra bertemu dengan laki-laki asing yang mengatakan ingin menikahi azra?.
