8.Rumah baru

9K 351 1
                                        

"Rumah om bagus banget" kali ini aku dibuat terpukau dengan rumah om Zein.benar-benar rumah idaman banget.

"Rumah kita" om Zein mengatakan itu dengan nada menegaskan bahwa ini rumah ku dengan om Zein.

"Ini kamar kita" berkali-kali aku dibuat terpukau lagi. Selera om Zein benar-benar bagus.

"Wah ini bagus banget. Udah kek kamar artis aja" ucapku sambil berjalan melihat-lihat lebih dalam lagi kamar ini.

"Kamu suka?" Jangan tanya om. Ya pasti suka-lah.

"Banget" ucapku. Tiba-tiba mataku tertuju pada figura besar yang terpapang jelas foto pernikahan ku dengan om Zein, lalu beberapa figura yang lebih kecil dengan foto-foto ku disana. Rasanya pipi ku memanas melihat itu.

"Om kok banyak foto Azra disana" tunjukku ke arah beberapa figura tadi.

Kalau diingat-ingat aku tidak pernah memberi foto ku om Zein dan di dunia sosial media pun aku tidak pernah memposting fotoku. Lalu, dapat darimana om Zein foto-foto ku?

"Iya. Kamar ini saya sendiri yang desain. Mulai dari warna chatnya sampai seprainya pun saya yang pilih." Ucapnya sembari berjalan ke arahku.

"Ini semua warna kesukaan kamu kan?" Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

"Saya pengen kamar ini sesuai dengan kesukaan istri saya" ucap om Zein dengan tangannya yang mengelus kepalaku yang masih tertutup hijab.

Boleh kali ini pindah planet sebentar?
Ah, rasanya sulit dijelaskan sekali. Om Zein benar-benar manis sekali.

"Hm, makasih ya" aku gugup. Bingung harus menanggapi perkataan om Zein seperti apa yang jelas aku benar-benar dibuat baper dengan perilakunya.

"Cuma makasih?" kini om Zein mengatakan itu dengan senyum yang berbeda dari biasanya. Senyumnya aneh.

"Terus apa?" aku mengangkat sebelah alisku.

"Ciumnya mana?" Aku melotot mendengar perkataannya. Duh, om-om ini memang gak bisa jauh-jauh dari dunia permodusan.

"Cium apaan sih?!"jawabku dengan nada sewot tapi kalau boleh jujur, sekarang keadaan jantungku tidak baik-baik saja.

"Cium, sayang" ucap om Zein dengan senyum menggoda. Lama-lama aku telen nih orang.

"Udah deh aku mau tidur. Capek" ucapku sembari berjalan ke kasur, tapi jangan lupakan dengan pipiku yang masih memanas gara-gara suami modus ku itu.

Om Zein terkekeh geli melihatku. Aku tidak menggubrisnya, badanku juga sedang dalam mode lemah, letih, lesu.

aku memejamkan mataku sampai akhirnya usapan lembut di kepalaku membuat aku membuka mataku kembali. Om Zein sudah berada di sampingku dengan tidur miring ke arahku. Jangan lupakan tangannya yang masih setia di kepalaku.

Nyaman. Rasanya benar-benar nyaman. Mataku tambah berat rasanya. Rasa kantuk semakin menyeruak.

"Tidur yang nyenyak, sayang" ditengah kesadaran yang tinggal seuprit samar-samar aku mendengar kalimat itu tapi aku tidak menanggapi apapun.aku tidur.

_______________

Aku membuka mata. Sepertinya aku tidur cukup lama. Aku melihat sekitar kamar, sepi. Dimana om Zein?.

"Om?" Ucapku dengan sedikit teriak.

Tapi nihil. Tidak ada jawaban. Kemana dia?.

"Mungkin dibawah" ucapku. Ya, mungkin om Zein sedang dibawah. Lebih baik aku mandi sekarang.

Setelah selesai mandi sekaligus make up tipis-tipis aku ingin turun kebawah sembari mencari om Zein. Belum juga aku membuka pintu, om Zein sudah datang dengan nasi goreng dan segelas susu ditangannya.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang