52. Mobil

1.7K 105 3
                                    

Azra terbangun dari mimpi buruknya. Keringat mengalir deras di wajahnya. Tangannya memegangi dadanya yang naik turun akibat dari detak jantungnya yang berdegup kencang. Azra menoleh ke samping kanannya, Zein masih tertidur pulas. Dia bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Azra mengusap wajahnya dengan air yang keluar dari wastafel. Dia memandangi wajahnya dalam-dalam. Mimpi itu datang lagi. Sudah berkali-kali dia bermimpi buruk dan hampir semua mimpi buruknya tentang Pak Riko. Entah, kenapa sosok Riko selalu menghantui dia. Apakah pria itu ingin balas dendam dengannya?.

"Shtt.." Azra memegangi perutnya yang terasa kram. Rasanya cukup sakit, namun, Azra sudah terbiasa merasakan sakit itu semenjak kehamilannya menginjak delapan bulan.

Azra berjalan keluar. Dengan perut yang masih sedikit terasa sakit, Azra berjalan menuju kasur. Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap jendela kamarnya. Tirai jendela itu tidak tertutup dengan rapat. Azra berjalan untuk menutupnya. Tangannya sudah memegangi tirai, namun, seperti ada tarikan yang mengajak Azra untuk melihat sesuatu dari balik jendela. Azra membuka tirai jendela itu sedikit lebih lebar. Sepi. Tidak ada apa-apa. Pintu-pintu rumah tentangannya sudah tertutup rapat. Hanya ada lampu penerangan. Azra menghembuskan nafasnya. Tangannya kembali menutup tirai itu. Namun, buru-buru Azra membuka tirai itu kembali. Mobil mewah berwarna hitam terparkir didepan rumah tetangganya.

 Mobil mewah berwarna hitam terparkir didepan rumah tetangganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lima hari mobil itu ada disitu. Anehnya mobil itu hanya ada saat malam hari. Azra tidak tahu sang pemilik mobil itu. Dia rasa tak mungkin juga tetangganya akan membeli mobil semahal itu.

Entah, darimana firasat itu datang. Azra merasa firasatnya buruk. Hatinya mendadak menjadi gelisah. Matanya masih memandangi mobil itu. Kaca mobil yang berwarna hitam membuat Azra tak bisa melihat orang didalamnya.

"Dek?".

Azra sedikit kaget mendengar panggilan Zein "Mas" Ucapnya.

"Ngapain?" Zein bangun dari tidurnya dan beralih duduk.

Azra menggeleng "Enggak" Tangannya kembali menutup tirai jendelanya dengan benar "Tadi habis dari kamar mandi" Lanjutnya.

"Tidur lagi, ya?" Ajak Zein. Azra mengangguk dan berjalan ke menuju kasur. Tubuhnya ia baringkan disamping Zein.

"Mual?" Tanya Zein.

"Enggak kok" Jawab Azra.

Zein mendekatkan wajahnya ke wajah Azra. Posisinya setengah berbaring. Tangannya mengelus lembut perut Azra.

"Mimpi buruk lagi?" Tanya Zein.

Azra mengangguk "Takut" Ucapnya.

"Kenapa gak bangunin Mas tadi, Sayang" Tanya Zein.

"Mas tidurnya nyenyak banget. Aku mana tega".

"Tapi kamu penting bagi Mas" Ucap Zein penuh dengan penekanan.

Zein tahu akhir-akhir ini Azra selalu mengalami mimpi buruk. Bahkan istrinya itu sering ketakutan. Zein sangat khawatir dengan kondisi Azra dan anaknya.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang