16.Nemenin istri orang lahiran?

7.5K 286 0
                                        

"kamu kenapa ra? lemes banget kelihatannya" Ucap Nisa yang sedari tadi melihat temannya yang tidak bertenaga itu.

"Kurang tidur" Azra menguap. Rasa ngantuknya sudah tidak tertolong, matanya sudah terasa berat sekali.

"Emangnya habis ngapain? kok kurang tidur?".

"Habis digempur laki gue!" Batin Azra.

Tapi belum juga Azra menjawab pertanyaan Nisa. Suara salam dari Zein sudah terdengar. Zein berjalan ke arah meja guru. Lalu, meletakkan beberapa bukunya dimeja itu.

Setelah itu Zein melanjutkan acara mengajarnya. Sesekali dia melirik ke arah istrinya yang tengah dilanda ngantuk berat. Sedari tadi Azra tidak henti-hentinya menguap, bahkan sesekali kepalanya sudah hampir jatuh tapi dengan sisa-sisa tenaga Azra bangkit lagi.

"Azra" Zein memanggil Azra.

Azra mendongak dan melihat ke arah Zein.

"Iya ma_eh pak".

"Cuci wajah dulu sana. Sekalian wudhu" Azra mengangguk. Dia berjalan ke kamar mandi. Semoga saja rasa ngantuknya segera hilang.

Setelah beberapa menit, akhirnya Azra selesai berwudhu, dia berjalan kembali ke arah kelasnya. Kali ini, wajahnya terlihat lebih cerah. Rasa kantuknya juga lebih berkurang.

Zein melirik ke arah pintu. Dia melihat istrinya sedang berjalan ke bangkunya. Sebenarnya Zein juga tidak tega melihat istrinya itu tapi bagaimanapun juga pelajaran harus terus berjalan.

"Masih ngantuk?" Tanya Zein

Azra menggeleng "lebih berkurang pak" Ucap Azra dengan tersenyum ke Zein.

Zein mengangguk lalu melanjutkan materi yang belum diterangkannya.

Jam Zein mengajar di kelas Azra pun habis. Artinya kelas Azra hari ini juga sudah selesai. Azra dan Nisa sedang berada di kantin dengan dua mangkok bakso ditambah es teh yang tadi mereka pesan.

Memang Azra memutuskan untuk menunggu suaminya yang sedang ada rapat, jadi dia tidak langsung pulang. Toh, Zein pun melarang Azra untuk pulang tanpa dirinya.

Sedangkan Nisa, dia tidak mau langsung pulang dengan alasan ingin memakan bakso favoritnya ini.

Mereka berdua makan diluar kantin. Tepatnya dibawah pohon rindang yang masih berada disekitar kantin. Kebetulan dibawah pohon itu terdapat kursi dan meja.

Hari ini cuaca tidak terlalu panas, ditambah lagi angin sepoi-sepoi yang semakin membuat Azra dan Nisa anteng berada disini sembari menyantap makanannya.

Hijab Azra terbuka sampai memperlihatkan bagian lehernya, mungkin karena hembusan angin. Azra yang sadar akan hal itu pun kembali membenarkan hijabnya.

Sedangkan Nisa melihat sesuatu dileher Azra saat hijab Azra terbuka. Dia sempat mengernyit tapi beberapa detik kemudian dia paham. Nisa sadar bahwa Azra sudah menikah, jadi wajar kalau ada tanda-tanda merah dileher temannya itu.

Nisa terkekeh. Azra dibuat bingung karena tiba-tiba temannya itu terkekeh tanpa sebab.

"Nah kenapa nih anak. Kerasukan kali ya? mana lagi dibawah pohon lagi".

"Kenapa, Nis?".

"Lain kali kalau pakai hijab yang langsungan aja, Ra. Biar kalau kena angin leher kamu yang merah-merah itu gak kelihatan" Azra terkejut. Dia mendelik ke arah Nisa dengan pentol yang masih berada di mulutnya.

Azra tidak langsung menjawab. Dia melanjutkan menguyah pentolnya terlebih dahulu. Azra menelan pentolnya lalu meminum es tehnya. Dia menatap kembali ke arah Nisa. Sedangkan, Nisa melihat Azra hanya terkekeh.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang