31.Takut Kehilangan

3.5K 165 4
                                        

Azra masih diam, dia sama sekali belum menjawab pertanyaan Zein.dia juga bingung harus dimulai dari mana, dia takut Zein salah paham.

Zein menghembuskan nafas kasar, dia ingat kalau di mobil masih ada Cici.kurang baik rasanya jika berbicara mengenai hal ini didepan anak kecil.

Zein beralih menatap ke depan, lalu mengemudikan kembali mobilnya.

Sepanjang perjalanan pun masih sunyi.baik Azra, Zein, ataupun Cici sama sekali tidak ada yang membuka suaranya.

Sampai akhirnya mereka sudah sampai dirumah.Cici langsung berjalan kedalam rumah.sedangkan Zein dan Azra masih berada didalam mobil.suasanya masih tetap sunyi.Azra yang biasanya berisik, kini mendadak menjadi pendiam.

"Dek?" Ucap Zein sambil menggenggam tangan Azra.

Azra menoleh ke Zein.dia tidak menjawab tapi tatapannya ke Zein sangat dalam.

"Setelah ini ngaji ya, mas juga" ucap Zein dengan tangannya yang mengelus kepala Azra yang masih tertutup hijab.

"Sepertinya ada yang mengganggu pikiran adek.tadi udah sholat kan?. sekarang ngaji ya?".

Azra mengangguk.lalu, mereka berdua sama-sama masuk kedalam rumah.Azra melaksanakan apa yang tadi suaminya suruh.

Sebenarnya dihati Zein juga ada yang mengganjal.apalagi saat Cici mengatakan bahwa tadi Azra bertemu dengan laki-laki yang membuat istrinya itu terlihat murung.

Apakah Zein cemburu? Tentu, Zein cemburu.dia sangat lemah jika menyangkut istrinya, Azra.

Zein ingin segera bertanya ke Azra mengenai laki-laki yang Cici maksud tadi.tapi suasana hati Azra waktu dimobil tadi sepertinya sedang tidak baik.Zein pikir jika dia akan bertanya saat itu juga, mungkin suasana akan semakin runyam.bukannya memperkecil masalah, namun mala memperbesar masalah.

Zein sengaja menyuruh Azra ngaji terlebih dahulu agar pikiran dan hati istrinya itu tenang.dia juga ingin ngaji terlebih dulu.sungguh hatinya saat ini sudah dipenuhi rasa cemburu.

Zein tersenyum hangat ke istrinya yang sudah selesai mengaji.ia berjalan ke istrinya, lalu mencium kening istrinya.

"Udah ngajinya?" Tanya Zein basa basi.hitung-hitung untuk mencairkan sedikit suasana.

Azra mengangguk.

Zein menggandeng Azra menuju tempat tidur.Azra duduk ditempat tidur, lalu disusul Zein yang juga duduk ditempat tidur.

Zein tersenyum ke istrinya, lalu menggenggam tangan istrinya "ada yang ganggu pikiran adek ya?" Tanya Zein lembut.

Azra diam.Zein beralih menciumi tangan Azra yang sedang ia genggam.

"Sayang, kalau ada apa-apa cerita ke mas.jangan dipendam sendiri" ucap Zein.

Zein menatap Azra sangat dalam "tapi kalau adek belum bisa cerita sekarang gak pa_".

"Kafka" ucap Azra memotong ucapan Zein.

Zein sempat terdiam sesaat.dia tahu siapa laki-laki yang bernama Kafka itu.mantan pacar istrinya.rasa cemburu semakin menyeruak dihati Zein.Zein tahu sedalam apa Azra dulu mencintai Kafka.

"Kafka?" Tanya Zein sekali lagi.

Azra mengangguk.

"Mantan adek, kan?" Tanya Zein.Azra sempat tertegun.dia tidak tahu darimana suaminya mengetahui kalau Kafka adalah mantannya.

Azra mengangguk "tadi aku ketemu sama dia pas lagi nunggu mas" ucap Azra.

Zein langsung memeluk istrinya.percayalah bahwa dia saat ini sangat takut kehilangan istrinya.dia tidak mau dengan kehadiran mantan pacar istrinya itu membuat dia harus jauh dari istri tercintanya.

Om Ustadz||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang