BAB 6 : Kantin

3.4K 553 196
                                    

─── ・ 。゚☆:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

ATRAXIA memang sekolah bergengsi dengan rentetan prestasi yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Kendati demikian, alih-alih dipenuhi oleh kutu buku bergaya klise dan jarang memenuhi panggilan istirahat, sebab harus berjuang berdarah-darah mempertahankan nilai. Ghaitsa justru menemukan hal-hal nyentrik. Atraxia, seperti namanya, banyak atraksi. Anggota klub basket tahu-tahu memenuhi lapangan dan sudah bermandikan keringat lantaran jadwal mata pelajaran tetap belum beredar. Dan nyaris terlibat perkelahian dengan klub karate, mengenai alih kuasa lapangan berdasarkan durasi waktu kesepakatan bersama kalau-kalau teriakan antusias barisan perempuan akan kedatangan Jeviar dan Yaziel bersisian di lorong mengalihkan atensi.

Ah, berisik sekali!

Ghaitsa menutup telinganya rapat-rapat guna memastikan dia tak perlu pergi ke klinik THT akibat peradangan parah mendengar bagaimana paras dua kembar tersebut dipuja-puja begitu tinggi. "Nyesel gue ngasih tau mereka mau sekolah di mana. Aturannya gue misah sendiriㅡah, berisik banget, setan!"

Hei! Ini sekolah bukan acara jumpa fans! Mendengus dingin, Ghaitsa berbalik dengan raut wajah sebal bukan main dan segera menyingkir dari gerombolan manusia-manusia kurang kerjaan itu. Sang puan menepuk-nepuk debu halus di rok lalu membetulkan almamater yang membalut tubuh sebelum memasuki kelas, dia ingin memperlihatkan kesan baik agar memiliki teman baruㅡdan demi apapun jangan yang mempunyai energi berlebih macam Joanna. Ghaitsa serius!

Seulas lengkungan ramah diulas kala melangkah masuk guna menemukan seisi kelas menatapnya akibat teriakan melengking Joanna. Joanna melambaikan tangan semangat dari arah area belakang sudut kelas, dekat jendela pula. "Ghatisaaa! Sini-sini!"

Aduh, mereka sudah bertukar nomor ponsel dan berkirim pesan juga akan tetapi Joanna masih belum hapal namanya?

Ghaitsa mendesah berat dan berderap mendekati meja mereka sesuai kode tangan lawan. Dia mengoreksi, "Ghaitsa, Jo. Nama gue Ghaitsa bukan Ghatisa."

"Aduh, lupa! Maaf-maaf, nama lo unik soalnya jadi lidah gue butuh waktu." Joanna menepuk dahi kemudian disusul cengiran lucu sebelum menarik teman sebangkunya selama setahun agar duduk dan menghadap ke belakang. "Sa, Saa! Mereka temen sekelas kita, ayo kenalan."

Selain hiperaktif, Joanna juga mempunyai kemampuan social butterfly yang mumpuni. Jadi, dia diuntungkan sedikit-banyaknya. Oleh karena itu Ghaitsa takkan mempermasalahkan pelafalan nama untuk sementara waktu. Ghaitsa melempar senyum dan mengulurkan tangan. "Halo, gue Ghaitsa."

Seorang perempuan dengan senyuman manis diikuti bulan sabit pada sepasang matanya balas menjabat tangan Ghaitsa. Suara gadis itu terdengar ramah dan lembut sekali menyapa gendang telinga, "Halo juga, gue Kanaya. Salken Ghaitsa."

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang