─── ・ 。゚☆ : .☽☽☽. : ☆゚• ───
GHAITSA bingung harus mendeskripsikan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung ini seperti apa. Berisik? Tidak juga. Hening? Apalagi, selagi ada Archie, percakapan terus akan berlanjut tanpa putus. Harmonis? Jangan bercanda, kata ini jelas-jelas saja berlebihan. Kacau? Mana mungkin, mereka begitu menghargai permintaannya sampai-sampai mau mengalah dan menurunkan ego sedemikian rupa hanya untuknya. Barangkali canggung merupakan satu kata nan tepat guna menggambarkan suasana sepanjang perjalanan menuju taman bermain di tepi kota. Tempatnya asri, padang rumput luas dan danau berukuran cukup besar sebagai tambahan penarik pengunjung.
Yaa, dan wow! Piknik rancangannya yang gagal tempo hari benar-benar terwujud hari ini. Tikar kain berwarna merah tua serta putih dengan corak kotak-kotak langsung Jeviar dan Yaziel gelar begitu mereka tiba di sana. Tiap-tiap cemilan manis, asin, pedas sekaligus gurih mulai disusun rapih oleh Archie sementara Haidden dan Johan mendapat tugas mengambil makan siang dari bagasi mobil. Ghaitsa? Duduk manis menunggu dari kursi semi permanen tak jauh dari posisi piknik mereka. Ia tidak di izinkan untuk ikut membantu dan di minta agar menunggu sejenak sebelum semuanya siap sedia. Sang puan manut-manut saja. Toh, dia tidak keberatan menghemat lebih banyak energi dan tenaga untuk agenda panjang seharian ini. Satu sisi lain, Ghaitsa senang bahwa tidak banyak pengunjung yang berada di sana hingga hamparan rumput hijau benar-benar terlihat luas guna mampu menyejukkan mata. Juga tidak berisik. Ini poin utama. Dia bisa menikmati alam dengan jauh lebih tenang daripada hari-hari libur biasanya.Hembusan napas mengudara pelan saat sepasang kaki sang gadis mengayun kecil. Ghaitsa tidak ingin menepis atau pun menyangkalnya, walau rasa asing menyelimuti dada, piknik keluarga kali ini membuatnya senang bukan main. Seolah ruang hampa kosong dalam dada mulai terisi penuh. Padahal bila menilik waktu lampau, Ghaitsa yang dulu mungkin sudah mengayunkan pisau ke lehernya kalau-kalau Johan nekat mau menemuinya.
Waktu ternyata sudah banyak berlalu.
Keadaan juga sudah banyak berubah.
Ghaitsa sekarang bukanlah Ghaitsa yang seringkali kolaps, gemar mengamuk dan tantrum serta anti-sosial. Ghaitsa sekarang hidup dengan sehat. Mempunyai beberapa teman baru di sekolah. Kanaya, Joanna, Yezira dan Haiga. Mereka sungguh-sungguh tidak keberatan akan bagaimana adanya Ghaitsa. Apapun itu, mereka tetap berada di pihaknya. Ghaitsa versi hari ini benar-benar telah membuka lembaran baru kehidupan. Buku usangnya sudah ia letakkan di lemari dan takkan pernah Ghaitsa buka lagi. Dan buku yang sekarang akan Ghaitsa tulis dengan indah, ia lukis dengan cantik, ia beri dekorasi semanis mungkin dan ia jaga sebaik mungkin.
"Aisa, ayo ke sini!"
Senyuman manis sang puan sontak mengembang lebar, ia buru-buru mengangguk pada Haidden yang sedang melambaikan tangan sebagai kode baginya agar segera datang. Ghaitsa lantas segera mendekat dan mendaratkan diri duduk di tengah-tengah Haidden dan Johan. Iris kecokelatan itu berbinar-binar melihat menu makan siang dan cemilan khusus hari ini. "Waaah! Ada toast juga! Kapan bikinnya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Ghaitsa | Zoo Unit
Teen FictionLembaran demi lembaran kisah akan terisi penuh lewat setiap jejak kaki pada kenangan yang diciptakan. Kendati demikian Ghaitsa tidak begitu menikmati hidup 17 tahun seorang gadis versinya. Nomor dua pernah berujar, "Hidup itu seperti kolor. Awalnya...