BAB 24 : Beratnya Obrolan

1.7K 361 49
                                    

─── ・ 。゚☆:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

GETARAN asing yang merangkak perlahan guna membelenggu hati sukses membuat Ghaitsa terkekeh geli berulang-ulang usai melepas segunung air mata. Afeksi warna-warni menggelitik perut bersama ratusan pergerakan kupu-kupu juga ikut datang kala divisi ingatan mengulang cerita lucu beberapa waktu silam. Ghaitsa memang kurang mengerti akan perasaan kaku tersebut, oleh karena itu dia akan bertanya pada Haidden nanti.

Tindakan sembrono Kanaya barangkali mengocok perut pendengarnya, namun tentu saja juga memancing kemarahan Joanna yang langsung ribut-ribut meminta mereka untuk segera meninggalkan kantin sebelumㅡ“Sebelum gue remukin rahang sialan tidak cerdas cewek udik itu, mending kita buruan cabut. Selain berpotensi bikin gue ngamuk, Naya juga berbakat bikin gue malu, bajingan!”

Joanna mengomel sepanjang perjalanan, tidak lupa juga merutuki sifat impulsif kocak Kanaya dengan berbagai makian. Kendati demikian, setiap raut wajah yang gadis beriris bulat itu tampilkan begitu lucu sehingga Kanaya semakin seru menjahili sang kawan. “Jangan khawatir, Jojo. Nanti gue beliin cogan juga buat lo, mana tau bu kantin masih sedia stoknya.”

“ALLAHUAKBAR! PLEASE, SIAPAPUN! KASIH TAU GUE LETAK KAMERANYA DI MANA! PRANK INI SANGAT KETERLALUAN!”

Ah, semakin diingat, semakin tergelak Ghaitsa ketika membilas tangan sehabis menuntaskan urusan mendesak dari alam. Baru saja mengambil dua tetes sabun, suatu suara familiar menginterupsi kebahagiaan sang puan yang tengah membuncah. Menyapa begitu ceria lewat tampang serupa, seakan tidak pernah terjadi apapun di antara mereka. “Halo, Aisa. Kita ketemu lagi,” sapa Aubrey dengan senyuman cerah. “Ada cerita apa, omong-omong?”

Tahu benar bahwa hanya anginlah yang akan menanggapi setiap rangkaian katanya, Aubrey tetap bersikukuh mempertahankan sikap pura-pura bodohnya. Seakan-akan mereka masih sama seperti dahulu, sangat dekat tanpa jarak. Aubrey tidak mau ambil pusing dan melanjutkan konversasi searah ini. “Btw, gue denger tadi lo nangis. Kenapa? Ada yang jahat sama lo?”

Ck, sebab terlampau muak sampai-sampai tidak ada kata lagi yang mampu disampaikan guna mengusir eksistensi menggangu dari Aubrey. Ghaitsa melirik tajam sebelum membilas bersih tangannya buru-buru agar bisa segera beranjak pergi, menjauh sejauh yang tungkai mampu, sebelum umpatan demi umpatan menusuk lawan lebih kasar dan keras dari apa yang sudah dia layangkan sejauh ini. Tatkala berniat menyambar tisu, dia merotasikan mata kala Aubrey menghalangi pergerakan.

“Minggir,” ujarnya dingin.

Aubrey tersenyum simpul. Tak apa, selagi Ghaitsa bersuara padanya. “Jadi akhirnya lo mau publikasi hubungan kalian?” Sebegitu penasaran hingga ekspresi bingung terlihat begitu kentara saat tangan terlipat anggun dan kembali menambahkan, “Tapi lo mendadak nggak yakin dan kabur pakai helm? Teori gue bener, 'kan? Haha, it's okay. Mereka memang nggak perlu lo anggap ada. 'Kan masih ada gue, ya nggak?”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang