BAB 15 : Kelabu Alexzandra

2.3K 463 58
                                    

🎵Playing : Pyotr Ilyich Tchaikovsky - The Seasons, Op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎵Playing : Pyotr Ilyich Tchaikovsky - The Seasons, Op. 37🎵

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

AH, hari itu adalah waktu-waktu yang sangat melelahkan ketika matahari rupanya sanggup-sanggup saja menghisap habis energi Ghaitsa hingga tandas tidak bersisa. Dia berlarian kesana-kemari mendatangi satu persatu toko boneka. Dengan masih mengenakan seragam SMP, sang puan ingin mandiri membelikan Aimara sebuah boneka beruang tanpa bantuan Archieㅡyang pandai sekali bernego harga. Hasil dari jerih payah menabung selama enam bulan selagi menahan diri dari lezatnya iklan burger berdaging tebal berbalut keju. Ghaitsa sukses membawa pulang beruang besar, ukuran persis sama dengan tubuhnya sendiri.

Sempat kebingungan, bagaimana cara membawa beruang manis di pelukan tanpa lecet? Ghaitsa berakhir mencegat sebuah taksi sembari berpikir, “Ongkosnya nanti minta mama aja, deh.”

Rajutan angan terindah gadis tersebut ciptakan sepanjang perjalanan pulang. Senyuman ringan. Kekehan geli. Membayangkan dirinya diberi hadiah sebuah kecupan dan pelukan hangat Ibu kemudian diakhiri cerita dongeng sebelum kantuk menjemput.

Ghaitsa mengharapkan adegan manis demikian untuk menutup hari petang.

Bukan mendapati dirinya membeku seolah habis disiram setangki es bersama kepala mendongak kaku nan lurus menemui ibunya tergantung dengan seutas tali membelit leher. Ghaitsa terduduk, lidahnya kelu luar biasa sehingga yang dapat gadis itu lakukan cuma terdiam membisu tanpa mengeluarkan satu dari sekian banyak bentuk emosional. Ghaitsa hanya bungkam. Bahkan ketika sopir taksi datang guna menagih bayaran kemudian berlari tunggang langgang berteriak memanggil siapa saja; histeris minta ampun. Dia masih di sana sewaktu tetangga datang berbondong-bondong sembari melayangkan bisikan-bisikan serupa sebilah tajam mata pisau. Anak itu masih di sana setelah mendengar Jeviar memuntahkan isi perutnya, mual tidak tertahankan sementara Yaziel menangis hebat dalam pelukan Haidden.

Ghaitsa masih berada di sana, tidak bergerak seincipun dari posisi awal sembari memeluk lemah boneka beruang sewarna laut mati, tanpa satu sekon terbuang percuma demi mengalihkan pandangan dalam dekapan Archie yang sudah mengguyur wajah dengan air mata pilu.

Ghaitsa ada di sana sewaktu Aimara diselamatkan petugas rumah sakit dan di bawa pergi oleh ambulans.

Ghaitsa berada di sana tanpa mengeluarkan satu emosi berarti hingga yang dia menjumpai hujan petir menyambar dunianya.

Ghaitsa menghilang dari sana beberapa waktu setelahnya dan ditemukan tidak sadarkan diri keesokan hari terendam air sewarna merah pekat dalam bathtub lewat sayatan dalam pada nadi.

Waktu-waktu berat nan kejam menyudutkan kewarasan tersebut takkan pernah pudar maupun bertumpuk-tumpuk debu pada laci kenangan. Akan terus membekas sampai rasanya terasa aneh bila terlewatkan setitik adegan saja. Archie bersedia melepas apapun asal bukan Ghaitsa. Asal jangan adik perempuannya. Archie bisa merelakan apa saja tetapi tidak dengan Ghaitsa. Tidak. Mereka tidak mampu dan takkan pernah mau merelakan bungsu terkasih, Ghaitsa Philomena Alexzandra.

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang