Lembaran demi lembaran kisah akan terisi penuh lewat setiap jejak kaki pada kenangan yang diciptakan. Kendati demikian Ghaitsa tidak begitu menikmati hidup 17 tahun seorang gadis versinya.
Nomor dua pernah berujar, "Hidup itu seperti kolor. Awalnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───
KENDATI melewati dua hari di SMA Atraxia dengan buruk; terlempar bola, menjadi pusat perhatian gara-gara si kurang ajar Elvan dan dihadang oleh segerombolan perempuan aneh. Hari ini barangkali merupakan hikmah yang Ghaitsa dapatkan usai bersabar menahan diri untuk tidak membumi hanguskan semesta. Setelah jadwal pelajaran resmi beredar lewat website resmi sekolah, guru-guru mulai berdatangan memperkenalkan diri sesuai jam dan memaparkan kontrak belajar selama setahun.
Perdana dalam sejarah Ghaitsa tidak akan membenci serangkaian rumus fatamorgana dari matematika, sebab Pak Elios yang menjabat sebagai guru matematika termuda Atraxia akan menjadi guru favorite. Nodebate!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Barisan anak perempuan memandang keindahan di depan mata dalam berbentuk manusia dengan sorot takjub luar biasa dan decak kagum, tiada henti-hentinya lisan memuji sang guru muda kepunyaan Atraxia ini walau sedang menjelaskan kontrak belajar matematika untuk ke depannyaㅡtampaknya mereka terhipnotis, hihi. Yaa, tidak ada peraturan yang begitu penting untuk dipaparkan kecuali Pak Elios tidak menerima penerimaan tugas terlambat dengan alasan apapunㅡkecuali ada hal-hal yang bisa dipertimbangkan di masa depan nanti.
Termasuk ke dalam lingkaran terpesona, Kanaya menangkup wajah serupa bunga. “Pasti dia jodoh gue yang dikirim Tuhan dalam takdir pertemuan sebagai guru matematika dan murid. Aww, jantung gue degdegan parah. Aduh-du-duh! Telepon ambulans cepet, senyumnya mematikan! Allahuakbar!”
“Joanna berjanji tidak akan mengeluh belajar matematika karena menghargai kerja keras Pak Elios mengajar di SMA Atraxia!” tutur Joanna serius, tidak ketinggalan tangannya terkepal di dada kiri sembari mengangguk serius. “Saya akan mengerjakan semua soal serta tugas tanpa menggerutuㅡasalkan dikasih kedipan permenit, deal tidak, Pak?” sambungnya, jelas hanya di dengar pada area meja mereka saja. Tenang, Joanna tidak segila kelihatannya, kok!
Meski agak mengkhawatirkan, memang.
Ghaitsa tertawa geli, geleng-geleng kepala menanggapi dan setuju. “Gue kira dia wali murid yang lagi nyari adeknya gitu. Eh, tau-tau ngenalin diri sebagai guru. Warbayazah, di usia muda telah menjadi sosok pendidik yang sangat digandrungiㅡ”