BAB 27 : Cie, Ghaitsa!

2K 385 33
                                    

─── ・ 。゚☆:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

KERINGAT dingin mengalir melewati pelipis bersama serangkaian kecemasan mutlak yang bergelung menjadi satu kesatuan dengan gemetar. 17 tahun menghirup oksigen sebebas-bebasnya, baru kali ini Haiga merasakan jantungnya berdetak kencang sebab sesak atas alasan kurang ajar dari hukuman yang dua iblis berwajah malaikat berikan setengah jam laluㅡpanggilan "kesayangan" untuk Joanna dan Kanaya. Barangkali demi keakraban, Haiga terpaksa harus menelan pil kesialan tiada tara membuat gondok.

Dia ingin sekali kabur akan tetapi mengetahui benar bahwa singa-singa betina tengah berdiri berjejer di belakang punggung bersama lengkungan paling sinis. Haiga tentu mengurungkan niatnya tersebut kendati mengingat bisa-bisa saja Jeviar memutilasinya hidup-hidup dalamㅡ“Beberapa menit lagi nyawa gue cuma tinggal kenangan. Ayo berdo'a untuk ketenangan gue nanti. Gue nggak ridho tapi harus rela. Bismillah, anak mama-papa pasti bisa.”

Dilandasi rasa tidak sabar sekaligus kelas, Kanaya menyipak bokong sang pemuda. “Buruan. Lumutan gue nunggu, nih.”

“Sabar, anjeng!” balas Haiga bersungut, dia berbalik guna mendelik. “Lo nggak tau, sih. Jevi serem banget, Nay. Tangan otot semua, bisa-bisa melayang nyawa gue saking murahnya di mata.”

Berkat kekalahan saat bermain monopoli tadi Haiga diberi hukuman paling nyeleneh guna "mengganggu" Jeviar sebagai bentuk balas dendam dari kedua gadis tersebut. Haiga meringis saat diseret menuju lapangan selagi Yezira dan Ghaitsa menonton. Ogah ikut campur lantaran tahu dua perempuan itu pasti enggan diminta mundur, lihat saja kobaran api semangat dalam rongga mata mereka. Benar-benar luar biasa sekali keinginannya untuk membuat laki-laki beraura dingin tersebut malu hari ini.

Yezira paham akan ketakutan Haiga, dia serta-merta berkacak pinggang sembari mengurut pelipis. “Ga, lo mending tolak aja, deh. Jadi laki jangan takut dong. Lo bisa-bisa dipukulin, astaga.”

“Mending gue dipukulin Jevi, deh.” Haiga menjawab usai menoleh. “Harga diri gue lebih terselamatkan daripada babak belur di tangan temen-temen lo. Mereka jauh lebih ganasㅡbercanda, bestie. Jangan melotot gitu, dong. Entar nggak bestie satu tempat lahir lagi kita,” sambungnya dan melempar cengiran damai.

Ghaitsa juga tahu sekali Jeviar itu tipe-tipe orang yang paling pantang diganggu bila tidak mengganggu. Terlebih-lebih di tempat umum begini, sudahlah pasti pemuda itu akan mengamuk tanpa kata. Tahu-tahu lawannya sudah kesakitan serupa Yaziel yang nekat mengusik sehingga dahinya bengkak parah akibat dilempar kamus. Kekuatan dan tenaga Jeviar memang tidak boleh dipandang sebelah mata, bisa-bisaㅡset! Jiwamu sudah terlepas dari raga.

Dia kemudian menyodorkan sebungkus permen rasa kopi pada Haiga dan tersenyum kaku. “Semoga nggak kenapa-napa, ya, Ga.”

Terdiam sejenak bersitatap dengan gadis pemilik bibir mungil semerah ceri tersebut lantas membuat Haiga buru-buru mengangguk dan menerimanya selagi mengirim satu lengkungan. “Thank's, termasuk pahala, nih. Entar gue banggain ke malaikat di langit.”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang