BAB 63 : Belajar Berujung Bertengkar

1K 160 12
                                    

─── ・ 。゚☆ :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆ : .☽☽☽. : ☆゚• ───

MEMPUNYAI sistem kurikulum sedikit berbeda dari sekolah pada umumnya. Atraxia meniadakan ujian tengah semester untuk kemudian mengambil rata-rata nilai untuk rapor evaluasi dari ulangan harian. Sebab karena itu sensasi ulangan harian nan diselenggarakan secara serentak setiap bulannya luar biasa mencekam. Ketat pengawasan mata guna meminimalisir kecurangan kapabel membuat jantung berdetak tak normal kian waktu berjalan. Kendati demikian mengingat watak penghuni sekolah usai melewati ragam tes masuk Atraxia, dapat tertebak mudah akan spesifikasi lampiran jawaban; runtut sekali, tentunya.

Hingga walaupun absen datang sehari rasanya seperti ketinggalan puluhan episode sebuah mahakarya film. Maka pada saat-saat genting darurat menyambut ulangan harian akhir bulan terakhir sebelum ujian semester datang, kehadiran Yezira sangat-sangat dibutuhkan. Well, berkenaan dengan Kanaya. Manusia perusuh itu sejujurnya bisa saja membantu mereka dalam pelajaran, apalagi mengenai senyawa-senyawa kimia. Akan tetapi kembali ditegaskan jikalau karakter pembanyol anak ini benar-benar tak bisa diharapkan. Alih-alih menghapal nama larutan, justru mereka akan berujung terbahak-bahak atas lelucon. Atau kemungkinan terburuk, perang dunia ketiga resmi terjadi lantaran sukses memancing ledakan sumbu pendek amarah Joanna.

Ugh! Mereka masih ingin lulus dengan nilai memuaskan, bukan gelar memalukan.

Mempercayai sepenuhnya kegiatan belajar-mengajar pada Yezira. Jam berdetak pukul lima pagi kurang sedikit, puan berkelereng karismatik itu sempat menghilang entah kemana guna tahu-tahu kembali menenteng tas tangan berukuran besar. Gelagat aneh tak sungkan-sungkan tercium sebelum lawan menaruh belasan buku di meja. Beberapa tampak usang dan sisanya tersegel rapi oleh plastik.

“Ayo belajar!” ajaknya bersemangat '45 bersama senyuman secerah mentari. “Belajar subuh bagus untuk kondisi otak yang masih fresh. Nyerap pelajaran gampang karena ibaratnya masih setelan pabrik. Ayo-ayo bangun! Jangan males-malesan gitu. Belajar yang giat supaya dapat nilai cantik!”

Joanna menguap besar selagi meregangkan otot-otot kaku yang sepanjang malam bersemayam nyaman dalam dekapan posesif Kanaya. Semerta-merta menyorot kosong tiada minat selanjutnya. “Hoaamㅡapa harus sepagi buta ini? Orang-orang bahkan belum melek.”

“Karena orang-orang belum melek, makanya kita yang melek. Bangun-bangun!” Yezira menepuk-nepuk halus pundak sang kawan sembari mendorong lawan turun dari ranjang. “Cuci muka yang bener.” dan ia pun segera beralih menuju Kanaya yang menungging bersama tubuh terbalut sempurna oleh selimut. “Nayaaa! Bangun-bangun-banguuun! Katanya harus dapet seratus karena lagi taruhan sama bang Gala. Masa gini aja nyerah, sih.”

Kanaya mengibaskan bokoknya sebagai tanda penolakan absolut. “Semangat ada untuk berguguran dan sekarang gue lagi gugur di babak pertama medan perang. Silakan panggil gue sewaktu matahari udah mau terbenam lagi. Sekian, mau bocan!”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang