9

113 7 0
                                    

Carla terkekeh lalu berucap dengan semangat. "Mohon maaf jika sebelumnya saya gugup!" Ucapan Carla membuat para mata yang sedang menatap Lion kembali menatap dirinya.

"Perkenalkan, nama saya Carla dari kelas sepuluh ips satu. Visi saya dalam mengikuti pendaftaran osis ini adalah menjadikan lingkungan sekolah tetap bersih setiap saat dan enak dipandang. Dan untuk mencapai visi saya itu, saya membuat misi yaitu dengan mengadakan kerja bakti sosial di sekolah seminggu dua kali." Ujarnya dengan lancar dan tegas.

"Oke, good. Lalu gimana? Sekarang kan banyak murid yang lebih milih bolos sekolah daripada ikut kerja bakti sosial seperti misi kamu itu." Balas Harry. Carla diam beberapa detik lalu menjawab dengan tenang.

"Karena itu kak, absensi tetap diberlakukan dan jika ada siswa atau siswi dari suatu kelas yang tidak ikut kerja bakti sosial maka kelas tersebut akan dikenakan denda sebesar seratus ribu per murid. Tentunya itu berlaku untuk mereka yang tidak hadir tanpa keterangan."

Harry tidak mau kalah secepat ini. "Tapi gimana kalo seandainya ternyata siswa atau siswi yang gak hadir tanpa keterangan itu lagi sakit dan gak bisa ngasih kabar."

"Kalo gitu, besoknya siswa atau siswi tersebut harus menunjukan- jika bisa membawa bukti bahwa ia benar-benar sakit, jika buktinya tidak meyakinkan baru denda akan diberikan pada kelas tersebut."

Harry mangguk-mangguk. "Jadi maksud kamu, para murid akan diberi jeda satu hari untuk kepastian absensi?"

"Iya kak," Carla mengangguk. "Tapi lebih tepatnya untuk murid yang tidak hadir dalam kerja bakti sosial tersebut." Lanjutnya.

"Tujuan kamu bikin visi misi seperti itu buat apa?" Tanya Gina, wakil ketua osis.

"Selain membantu para pekerja yang bertugas membersihkan lingkungan- tujuan saya membuat visi misi seperti itu adalah agar setiap murid terbiasa untuk memiliki sikap peduli akan keberhasilan lingkungan." Jawab Carla dengan lancar.

"Oke, sangat bagus. Boleh saya minta tepuk tangannya buat Carla?" Lalu semua langsung riuh bertepuk tangan.

"Wih, temen gue emang yang terbaik! Bagus banget, Car! Gak sia-sia perjuangan lu selama sebulan lebih," ungkap Aurora lalu bertos dengan Carla, begitu juga dengan anak kelas X IPS 1 yang lain.

"Pinter banget pacal acu," puji Lion sambil mencubit pipi Carla setelah bertos ria. "Hehe, makasih Ionnn."

"Selanjutnya," titah Harry.

"Perkenalkan nama saya Nara dari kelas sepuluh ips lima, visi saya membuat anak sekolah ini menjadi senang bersekolah dan misi saya adalah guru hanya boleh hadir atau masuk ke kelas satu kali dari semua mata pelajaran."

Aurora tertawa paling kencang. "Bhahahaa boleh tuh boleh, setuju gue! Gue dukung lu jadi ketua osis!"

"Ara..." Tegur Carla. Harry sedang nenatap tajam Aurora.

"Oke gue berenti, santai." Balasnya dengan kekehan tawa.

"Bener itu visi misi kamu?" Tanya Harry serius.

Nara tertawa pelan, "bercanda kak, ya kali."

"Padahal gue dukung lu kalo serius," cetus Aurora. Nara bergaya pis sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Aurora.

"Sakit mata kayaknya dia," ejek Fakhri.

"Iyain yang lagi cemburu," sambung Lion.

"Terus visi misi kamu yang sebenarnya apa?" Harry bersabar.

"Gak ada kak, orang saya cuman numpang nonton doang. Gak ikut daftar jadi anggota osis." Harry sedikit melebarkan matanya, sedikit tidak percaya mendengar ucapan Nara.

"Kalo gak percaya- itung aja kak, semuanya ada dua puluh delapan termasuk saya. Saya ke sini cuman mau cek doang, kirain saya seorang Lista tidak akan mendaftar jadi osis, tapi setelah teman saya mengatakan bahwa Lista mendaftar jadi anggota osis- saya tidak percaya, sehingga saya ke sini untuk mengeceknya dan ternyata benar, dia daftar jadi anggota osis."

"Lu kenal sama dia?" Tanya Aurora.

Lista menoleh ke belakang. "Kaga anjrit, tau juga enggak." Jawabnya.

"Tadinya saya mau denger visi misi dia, tapi karena bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi dan perut saya sudah mulai paduan suara, saya izin pamit istirahat duluan." Lanjutnya enteng tanpa beban dan rasa malu.

Nara menatap Lista yang sedikit terlonjak kaget saat mereka bertatapan. "Bye sayang, semangat." Setelah itu ia keluar aula.

Harry menatap Nira selaku penanggung jawab. "Ta-tadi sudah saya hitung kak, semuanya jadi dua puluh tujuh. Maaf kak, saya gak tau kapan dia masuk."

"Bener-bener kacau," ucap Harry pelan sambil menggeleng.

"Kembaran sialan emang!" Rutuk Nira dalam hati.

Ya, Nara adalah kembaran beda gendernya Nira. Nara pernah tidak naik kelas satu tahun saat sekolah dasar sehingga saat ini Nira berada satu tingkat di atas Nara dalam pendidikan.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang