16

101 6 0
                                    

"GAK PAKE NAME TAG, GAK BOLEH MASUK KE DALAM SEKOLAH!" Aurora berteriak dengan tegas. Calon siswa dan siswi SMA SKYGA pun langsung berhenti sejenak untuk memakai name tagnya.

Ada beberapa siswa dan siswi yang dengan percaya diri melewati Aurora setelah diabsen, mereka sudah memakai name tag sebesar itu dari rumah. Aurora tertawa dalam hati, membayangkan mereka yang berjalan dengan kardus besar berisi nama yang dikalungkan di lehernya dari rumah sampai sekolah.

Ia melihat jamnya, tiga menit lagi acara mos di hari kedua akan dimulai.  Ada tiga siswa yang belum hadir, Aurora tidak melihat namanya, ia haya melihat berapa kotak kosong yang belum ia ceklis.

Aurora menghitung mundur, ia akan menutup gerbang. "Sepuluh.. sembilan.. delapan.. tujuh.. enam.. lima—"

Brmmm brmm brmm

Tiga motor kawasaki ninja 650 berwarna hitam itu berhenti di dekat Aurora —mereka mengenakan helm full face berwarna hitam juga. Mereka membuka helm tersebut.

"Halo kak Reese, belum telat kan?" Tanya siswa tersebut dengan name tag bertuliskan 'Apin'.

Aurora bengong.

"Kak Ara? Jangan bengong," tegur Cadey sambil terkekeh, salah satu dari dua teman Calvin.

"Bentar." Ucap Aurora. Ia memejamkan matanya sebentar. "Kalian naik motor itu ke sekolah? Serius?"

Calvin tersenyum manis. "Seperti yang kakak liat."

"Lagian gak ada larangannya juga kak," sambung Cakra, teman Calvin yang terakhir.

Plak

Plak

Plak

Aurora menggeplak kepala tiga laki-laki tersebut dengan cukup keras. "Kalian itu masih kecil. Kalo nanti kecelakaan di jalan gimana? Ha?! Terus kalian udah punya sim emang? Berani banget naek motor! Gue aja gak berani." Bentak Aurora. Tentu saja kalimat terakhir hanya bisa didengar olehnya, menurutnya.

Cadey dan Cakra menunduk sambil mengusap bagian kepala yang digeplak oleh Aurora, sedangkan Calvin tertawa pelan sambil menatap Aurora lembut —ia mendengar kalimat terakhir yang Aurora lontarkan.

"Apa lu liat-liat? Mau gue colok mata lu?" Aurora bertanya senga sambil menatap tajam Calvin.

"Enggak mau, mom— kak." Jawabnya dengan kekehan.

"Name tag? Kalian berdua kenapa name tag nya gak di pake? Pake sekarang kalo gak mau keliling lapangan dua puluh kali." Titah sekaligus peringat Aurora, menatap tajam Cadey dan Cakra.

Calvin menoleh sedikit pada mereka, mereka paham —bosnya itu ingin mereka berlama-lama mencari dan mengenakan name tag.

Aurora menceklis tiga kotak yang kosong tanpa melihat namanya. Ia beralih menatap name tag yang dipake Calvin.

"Apin?"

"Bukan nama asli sih kak, tapi panggil aja Apin." Balasnya dengan senyum manis.

Aurora berdecak kesal. "Yaudah cepet masuk— parkir motornya, abis itu langsung ke aula." Titahnya.

Cadey bertanya penasaran. "Kak Ara mau ngapain emang?"

Cakra memainkan hapenya diatas motor setelah mengenakan name tag sedangkan Calvin masih saja menatap lembut wajah Aurora.

"Nutup gerbang lah! Udah cepet masuk ih," titahnya. Mereka bertiga pun langsung menyalakan motornya dan berjalan melewati gerbang sekolah.

"Mau Apin bantuin, kak?" Tawar Calvin, berhenti sejenak.

"Gak. Udah sana, telat nanti baru tau rasa." Jawab Aurora sambil menutup gerbang, satpam sedang diliburkan.

"Gua gak nyangka si Calvin beneran bisa senyum," bisik Cadey pada Cakra saat diparkiran.

Calvin kembali memasang wajah datar, ia hanya akan tersenyum saat bersama Aurora.

"Namanya juga bucin," balas Cakra acuh tak acuh.

Aurora berjalan di lorong kelas menuju aula. Ia pikir tiga siswa tadi sudah sampai di aula namun nyatanya tidak.

Puk

Calvin menaruh tangannya di atas kepala Aurora, ia terlonjak kaget sebentar. "Ngagetin anjrit, tangan lu singkirin. Sopan santun, gue lebih tua dari lu." Titahnya berucap tajam.

Calvin mengacak rambut Aurora sebelum ia menurunkan tangnnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Calvin mengacak rambut Aurora sebelum ia menurunkan tangnnya. "Ck, woi! Rambut gue jadi berantakan kan," kesalnya sambil merapihkan rambut. Calvin tertawa pelan.

"Berasa lagi jalan sama raksasa gue," gumam Aurora pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berasa lagi jalan sama raksasa gue," gumam Aurora pelan.

"Kak Ara nya aja yang kependekan," sahut Cadey.

"Kurang ngajar, gue paling tinggi diantara temen gue tau gak? Kecuali Fakhri, Lion, sama Rion sih." Ujarnya sedikit kesal. Calvin menatap Cadey sekilas dengan tatapan tajamnya.

"Iya kak iya, kak Ara paling tinggi."

Saat sampai di aula, Aurora langsung dipanggil oleh Fakhri. "Ara! Sini," titahnya sambil tersenyum. Aurora menghampiri Fakhri, tapi sebelum itu ia menoleh kepada tiga siswa tersebut.

"Cari tempat duduk, kalo besok telat— lari keliling lapangan dua puluh kali. Tidak menerima tawaran atau bantahan." Katanya dengan wajah mengancam lalu mendekati Fakhri yang berada di depan sebelah kiri.

"Gemes," ceplos Calvin.

"Duduk Vin, jangan kayak orang gak waras senyum-senyum sendiri." Ucap Cakra, ia pun kembali memasang wajah datar dan duduk di sebelah Cadey.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang