61

69 5 0
                                    

"Fakhri gue tau lu pasti bakal menang olimpiade dan congrats, tapi mon maap lu harus langsung bantuin kita buat acara festival sekolah." Ujar Aurora, mereka berdua sedang memindahkan beberapa barang dari gudang ke aula.

Akan ada beberapa acara di aula nanti. Dan yang mempersiapkannya hanya anggota osis, mereka datang ke sekolah dihari libur.

"Iya makasih Ara. Lu gak usah minta maaf juga kali, ini juga salah satu kewajibah gua sebagai anggota osis." Balas Fakhri tersenyum.

"Iya juga sih, tapi kan lu baru balik olim langsung ke sekolah. Gak cape?"

"Kalo sama Ara apapun gak bakal cape." Katanya diakhiri tawa.

Aurora terkekeh. "Gombal terussss."

"Woi Fakhri selamat ya! Temen kecil gua yang satu ini emang paling jago kalo soal pelajaran!" Sambut Lion begitu Fakhri dan Aurora masuk ke dalam aula.

"Ye ye makasih," balas Fakhri.

"Ara! Bantuin gua masang ini dong di lapangan!" Pinta Nira sambil menunjukan sebuah spanduk.

"Oke kak!" Ia menghampiri Nira dan berjalan di sampingnya.

"Hua gak kerasa bentar lagi gua bakal lulus," ungkap Nira.

Aurora tertawa pelan. "Ya begitulah kak, sesuatu yang asik emang cepet banget berlalunya. Kenangannya juga pasti bakal susah buat dilupain."

Nira tersenyum. "Pinter banget lu ngomongnya," balasnya.

"Namanya juga Aurora Reese, gadis paling jago bicara dan public speaking di sma skyga." Ucapnya bangga.

"Dih dih mulai dah sombongnya." Lalu keduanya tertawa pelan.

"Wih lumayan juga, udah hampir selesai." Aurora melihat sudah banyak stand atau tenda milik tiap kelas yang sudah berdiri kokoh di lapangan.

"Gua gangguin tiap detik buat kelas yang belum pasang tenda," ungkap Nira. Aurora menatap Nira.

"Serius kak?" Nira mengangguk. "Keren, beneran pengen jadi waketos ya lu kak."

"Iya dong," jawab Nira dengan senyum merekah.

"Terus itu spanduknya mau di taro di mana ka?"

"Oh iya. Ini mau di taro di atas gerbang sekolah sih, di pintu masuk gitu. Kira-kira kita bisa gak ya masangnya?" Tanya balik Nira.

"Kalo gue sih bisa, kan gue tinggi."

"Terus maksud lu gua gak bisa gitu karena gua pendek?"

Aurora tertawa. "Bukan gitu kak, bentar." Ia melihat sekitarnya. Lalu mengambil spanduk yang berada di tangan Nira. "Lu bantuin yang lain aja kak, ini biar gue sama kak Zayn yang masang."

Nira melihat sekitarnya juga. Ada Zayn yang sedang duduk sambil minum, sepertinya ia habis membantu memasangkan beberapa tenda.

"Yaudah kalo gitu gua balik ke aula, bye." Pamitnya.

"Sip, bye."

"KAK ZAYN!" Zayn menoleh ke arah Aurora. Jarak antara mereka lumayan jauh. Aurora melambaikan tangannya. Zayn lalu menghampiri Aurora.

"Kenapa, Ra?"

"Bantuin gue masang spanduk ini dong, di atas gerbang sekolah. Bisa gak?"

"Bisa," Zayn mengambil spanduk yang ada dalam dekapan Aurora dan berjalan menuju gerbang sekolah.

"Wah gila, suaranya beneran berdamage sampe ulu hati." Gumam Aurora kesenangan.

"Kak Zayn, tungguin gue." Zayn memelankan langkahnya. Aurora berjalan di samping Zayn.

"Btw umur lu berapa kak?" Tanya Aurora.

"Sembilan belas, telat sd setahun." Aurora mengangguk pertanda mengerti.

"Wih umurnya idaman gue nih." Batin Aurora.

"Udah punya pacar belom?"

"Belum."

"Ohhh. Mau jadi pacar gue gak kak?"

Bruk

Spanduk yang Zayn pegang jatuh begitu saja, ia juga reflek menghentikan langkahnya. Detik berikutnya ia langsung mengambil spanduk yang terjatuh dan menatap Aurora.

"Gak, gua maunya langsung nikah." Setelah itu Zayn meninggalkan Aurora dengan berjalan cepat.

Aurora tertawa kencang dan berlari menyusul Zayn. "Bercanda kak, kalo gitu gak jadi pacar gue deh," balas Aurora. Zayn hanya berdeham.

Zayn melihat spanduk lalu melihat Aurora.

"Iya, masangnya berdua sama gue." Jawab Aurora yang mengerti kode dari Zayn.

"Jangan, nanti lu jatoh. Gua minta bantuan pak Ijo aja."

"Pak, boleh minta tolong bantuin saya pasang ini di atas gerbang?" Pinta Zayn ramah.

"Oh iya den," pak Ijo –satpam kampus pun menghampiri Zayn.

"Eh ada neng Ara juga." Sapa pak Ijo.

"Iya pak," Aurora tersenyum ramah. "Oh iya pak, acara festival sekolah tahun ini dibuka buat umum jadi nanti pak Ijo tolong sampein ke temen-temen bapak buat datang ke sini ya pak terutama buat mereka yang anaknya mau masuk sma." Pinta Aurora dengan ceria.

"Oh iya neng Ara nanti bakal saya bilangin ke kenalan saya, dijamin beres." Pak Ijo mengacungkan jempolanya.

Aurora membetuk jarinya pertanda 'oke'. "Woke pak, makasih banyak ya pak. Kalo masalah bonus gaji selama festival serahin aja ke Ara nanti Ara bilangin ke anak yang punya sekolah ini. Asal keamanan sekolah terjamin."

"Aman neng," balas pak Ijo tak kalah ramah.

"Oh iya! Anak bapak gimana pak? Sehat? Cewek atau cowok?" Aurora bertanya ramah.

"Alhamdulillah sehat neng Ara, anak saya cowok." Jawab pak Ijo tak kalah ramah.

"Wih bagus pak, punya pangeran baru ya." Aurora tersenyum ceria yang dibalas anggukan ramah oleh pak Ijo. "Yaudah, Ara balik ke dalem sekolah ya pak, terima kasih pak Ijo." Lanjutnya sekaligus pamit.

"Sama-sama neng."

"Ka Zayn gue duluan ke dalem ya."

"Iya." Aurora berjalan di lorong sekolah dan.. banyak sekali anggota osis yang membutuhkan bantuannya.

"Ara! Ini taro di mana?"

"Kak Ara, tolong bantuin aku mindahin ini."

"Ra! Ini mau dipasang di mana?"

"Kak ini mau ditulis apa?"

"Ara ini posisi yang bagusnya gimana dah?"

"RA BANTUIN GUA!"

"Ra!"

"Ra!"

dan

"Ra!"

Sampai akhirnya adzan asar baru mereka benar-benar istirahat.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang