28

81 6 0
                                    

"ARAAAAAA!!!"

"LU PARAH BANGET YA GILA! Mentang-mentang kita beda kelas lu jadi sombong."

"Anjrit, kuping gue. Kalo gedang telinga gue rusak lu mau bayar biaya pengobatannya ha!?" Kata Aurora.

"Ogah! Btw gendang, bukan gedang! Emang lu pikir makanan? Tapi lu sombong banget sih parah banget gile, gak pernah chat gua."

"Gue bukan sombong, lu kayak gak tau orang sibuk gimana aja." Balas Aurora.

"Cih, nyenye." Klaris lalu duduk di tempat Carla, di sebelah Aurora.

"Btw lu tumben banget mesen bakso? Gak bawa bekel emang?" Tanya Klaris.

"Be-KEL?!"

BRAK!

Aurora berdiri dan menggebrak meja makannya. "ANJRIT GUE LUPA ASTAGFIRULLAH!!"

"Kaget gua, kampret lu Ra!" Balas Klaris.

Ah, Aurora memang tenang dalam kondisi atau situasi apapun. Namun pengecualian untuk kondisi atau situasi yang menyangkut makanan.

"Kenapa Ra?" Fakhri bertanya, sedikit khawatir.

"Lu gak denger Klaris ngomong apa? Bekel gue, Ri."

"Oh iya," cengenges Fakhri.

"Udah tua, bego lagi." Ceplos Calvin yang langsung mendapat tatapan tajam Fakhri.

"Ah elah pake acara lupa segala. Duh bu Ijah bekelin gue apa ya? Basi gak ya..." Monolognya. Setelah itu Aurora berdiri dan berjalan menuju kelasnya.

"Kak Ara! Mau kemana? Jusnya gimana?!" Tanya Cadey saat Aurora berjalan melewatinya dengan cepat.

"Oh iya, taro aja di meja gue tadi! Nanti gue balik lagi!" Jawabnya.

"Oke kak!" kata Cadey.

Aurora langsung membalikan badannya dan berteriak tepat setelah satu langkah ia keluar kantin.

"BAKSO GUE JANGAN DI MAKAN WOI KLARISSS!!"

Klaris yang hendak menyuapkan sesendok bakso milik Aurora pun langsung tersentak kaget dan menjatuhkan satu bakso.

"ANJRIT BAKSO GUEEEE!"

"Pftttt," Cakra hampir saja tertawa ketika melihat raut waja Klaris yang lucu sekaligus menggemaskan saat melihat baksonya— bakso milik Aurora terjatuh. Calvin menoleh sekilas untuk melihat ekspresi Cakra.

"Senyum lu?" Tanya Calvin datar.

"Ha? Gua senyum? Gak." Jawabnya dan langsung memasang wajah datar dan untungnya Cadey tidak melihat ekspresi wajah Cakra tadi, jika iya maka siap-siap saja Cakra akan diejek selama tiga hari tiga malam oleh Cadey.

Klaris menatap Aurora dari tempat duduknya. "LU SIH RA PAKE TERIAK SEGALA, KAN SAYANG BAKSONYA JADI JATOH KE LANTAI BUKAN KE MULUT GUAA!"  Balasnya dengan teriakan yang tak kalah kencang.

"Maklum aja ya dek, mereka emang orang hutan dulunya. Jadi ya teriak-teriak begitu." Kelakar Nopal pada tiga siswi kelas sepuluh yang ada di hadapannya.

"Jadi kebiasaan buruknya belom ilang," sambung Rion yang duduk di samping Nopal sambil memainkan game mobile di handphonenya.

Mereka pisah istirahat dengan Lion dan Fakhri karena ingin ganti suasana katanya, bosan dengan suasana si terang benderang yang bucin melewati batas dan suasana si suram yang cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Iya ka," balas ketiga adik kelas tersebut.

"JANGAN DI MAKAN LAGI BAKSO GUEEEEE!!! BESOK HARUS GANTI BAKSO GUE MESKIPUN CUMAN SEBIJI, TITIK!" Lalu Aurora kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelas.

"Buseth, tuh bocah perhitungan amat ya ama temennya juga." Ucap Klaris. Ia lalu tersenyum.

"Oh iya, Ara kan nyuruh gua buat jangan makan baksonya. Berarti minumannya gak termasuk kan?" Tanya Klaris pada ketiga siswa yang berada di sekitarnya.

"Gua gak ikutan." Jawab Fakhri dan langsung memainkan handphonenya.

"Cih, lemah. Sama crush aja takut." Cibir Klaris.

"Ye." Lalu Klaris langsung meminum es teh manis milik Aurora hingga tersisa batu esnya saja.

Beberapa langkah lagi Aurora sampai di depan kelas. Namun langkahnya terhenti kalah seorang siswi memanggilnya.

"Ara Araaaaa! Sebentar Raaa!"

Aurora menoleh ke belakang saat namanya di panggil. "Kak Nira? Kenapa kak?"

"Itu..."

"Itu apa kak? Tolong cepet sedikit ya kak, nanti harta karun gue keburu basi."

"Harta karun?" Bingung Nira.

"Mau ngomong apa kak? Kenapa manggil gue?"

"Oh iya, itu jadi gini.. gua kan udah kelas dua belas tapi masih ngebet pengen jadi ketua atau wakil ketua osis."

"Terus?"

"Kak Harry nyaranin gua mending jadi wakil ketua aja kan, soalnya gua udah kelas dua belas. Yaudah gua nyalonin diri jadi wakil ketua aja."

Aurora sedikit mengerutkan keningnya. "Hubungannya sama gue apa, kak Nira?"

"Nah hubungannya itu, lu yang jadi ketuanya dan gua yang jadi wakilnya." Jawab Nira tanpa beban.

"Yaudah bagus. Terus?"

"Lu jad—"

"Wait, WHATTT?! GUE JADI KETUANYAAAA?!!"

Dan dengan santainya Nira mengangguk sambil tersenyum manis.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang