19

97 6 0
                                    

"Tangan lu dulu anjir, pindahin ke pinggang." Jawab Aurora. Calvin terkekeh lalu memindahkan tangannya dari pinggul ke pinggang Aurora.

"Mom or Reese?" Ulang Calvin.

"Okay fine, Reese." Sepertinya Aurora kebanyakan melihat drama.

"Reese suka drama?" Tanya Calvin lagi.

"Hm. But just korea and jepang drama."

Calvin mangguk-mangguk dan menarik pinggang Aurora lebih kencang.

DAR

"Anjrit!" Kaget Aurora. "Gile, udah betus aja." Lanjutnya.

Calvin tersenyum. "Selesai."

Aurora meninggalkan Calvin dan duduk di sebelah Fakhri. "Ara kenal sama Apin?"

"Gak. Dianya aja yang sok kenal so deket." Jawab Aurora lalu meminum minuman botol yang diberikan Fakhri.

"Ara Araaaa!" Teriak Lista begitu balonnya betus. Ia berpasangan dengan siswa bernama Zidan.

"Makasih kak Lista," Lista mengacungkan jempolnya dan menghampiri Aurora dan Fakhri.

"Lu pacaran sama si Apan Apan itu Ra? Sejak kapan? Gimana jadiannya?"

"Apaan, gue baru kenal dia di mos ini." Jawab Aurora. "Tengkyu minumannya, Ri." Fakhri berdehem.

"AAAA IONN TAKUT BETUSS!" Teriak Carla yang langsung menjadi pusat perhatian.

"Lah, mereka ngapain ikutan jugaaa?" Aurora bertanya sambil melihat Carla dan Lion yang berusaha memecahkan balonnya.

"Gapapa say, peluk aku aja." Balas Lion.

"Mereka katanya gabut, jadi mau ikutan main game." Lista yang menjawab.

"Ada-ada aja. Dunia berasa milik berdua, seenaknya aja." Lalu Aurora menghampiri Lion dan Carla.

DAR

Aurora menusuk balon di tengah mereka menggunakan pulpen yang cukup tajam.

"Ara, lu cemburu?" Tanya Lion dengan senyum jahilnya.

"Bukan anjrit. Carla takut sama balon, lu gak tau?"

"Gua bingung, sebenarnya yang pacaran sama Carla gua atau lu sih Ra. Kok lu serba tau tentang Carla?" Bingung Lion.

"Jelas tau lah. Carla tuh sahabat terbaik gue, dia selalu nraktir gue kalo ngajakin jalan-jalan. Atm berjalan gue gak boleh terluka kan? Wlee." Jelas Aurora dengan bangga. Siapa coba yang mau atm berjalannya sakit dan rusak. Ia kembali duduk di sebelah Fakhri.

Aurora bertanya. "Kita istirahat berapa menit lagi, Ri?"

"Hmmm," Fakhri melihat jam di pergelangan tangannya. "Lima menit lagi sih, paling pas semua balonnya udah pecah kita istirahat." Lanjutnya.

"Oke," balas Aurora. Dan teriakan saling sahut menyahut antar para manusia.

"Gencet lebih kenceng anjrot!" Teriak Rion.

"Ini udah kak, kakak nya aja yang gak ada tenaganya."

"Eh sembarangan ente."

"Kak takut meledak kak."

"Meledak, emang lu kira bom, meledak."

"Hahaha kak geli jangan megang pinggang."

"Terus gua megang apa dek? Kan gak mungkin gua narik kepala lu buat mecahin balon yang ada di perut."

"Hah ka-kak hah hah," seorang siswi bernafas secara tidak teratur, tubuhnya sedikut gemetar.

"ARAAA! Ini dia kenapa woi?" Panik Nopal. "Kenapa dek? Engap? Sesak nafas?"

Aurora, Fakhri, dan Lista yang sedang istirahat pun langsung menghampiri seorang siswi yang menjadi pasangan Nopal.

"Kenapa?" Tanya Fakhri langsung.

"Se-sesak—"

"Ikut gue, di sini rame. Lu pasti gak bisa nafas." Aurora langsung menarik siswi tersebut ke pinggir aula dekat jendela agar bisa bernafas lebih lega.

"Kalian lanjutin aja keseruannya, dia kayaknya masuk angin." Kata Lista saat hampir seluruh manusia yang berada di aula memperhatikan mereka. Mereka pun kembali melanjutkan game nya.

"Globophobia?" Tanya Aurora pada siswi tersebut. Siswi tersebut mengangguk lemah.

"Globophobia?" Ulang Lista.

"Phobia sama balon," jelas Fakhri secara singkat.

"Tolong ambilin akua botol Ri," titah Aurora. Fakhri pun pergi mengambil akua botol.

"Kenapa gak bilang kalo lu punya phobia sama balon?" Tanya Aurora lagi.

"A-aku takut bikin gamenya batal kalo bilang aku punya phobia balon." Cicit siswi dengan name tag 'Liza' yang berada di belakang badannya.

Aurora berdecak pelan, ia memutar name tag Liza agar kembali berada di depannya. "It's oke. Kita bisa cari game lain kalo ada yang phobia sama balon. Kalo lu pingsan nanti gue yang kena omel sama si Harry Harry itu."

"Sabar Ara, dia cuman gak mau ngacauin suasana doang." Ujar Lista.

"Ma-maaf kak."

"Nih minum dulu dek," Fakhri langsung menyerahkan botol akua.

"Makasih kak."

Nira, calon ketua osis selanjutnya jika terpilih —menghampiri mereka. "Dia kenapa, Ra?"

"Punya phobia sama balon kak, jadi tadi kayak engap dan sesak nafas gitu." Jawab Aurora.

"Astaga, kenapa gak bilang dari awal? Yaudah sekarang ke uks aja atau boleh pulang kalo mau."

"U-uks aja kak." Balas Liza.

"Oke. Lista bisa nemenin dia di uks kan?" Tanya Nira.

"Bisa kak," lalu mereka berdua keluar aula dan berjalan menuju uks.

•Older Me•

salam jodoh rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang