"Yang namanya Aurora Reese coba maju ke depan, kerjakan soal mtk yang bapak tulis." Ucap pak Juna, guru mata pelajaran matematika.
"Mampus," gumam Aurora. "Dia lagi izin sakit pak!" Sahut Aurora.
Semua pasang mata yang berada di kelas 11 IPA 3 ini tentu saja langsung menatap Aurora.
"Izin sakit? Jadi izin atau sakit? Coba bapak liat dulu." Pak Juna lalu mengambil absen kelas yang berada di kolong meja guru.
"Hmm, tapi diabsen kelas keterangannya hadir." Bingung pak Juna.
"Emang hadir pak, orang yang bilang dia ijin sakit itu orangnya pak, Aurora Reese." Cepu Lion.
"Anjrit, mulut lu rese banget." Rutuk Aurora. Ia lalu mengambil penghapus dan melemparnya ke depan, mengenai kepala Lion, ia duduk dibelakangnya.
Ptak
Lion menoleh. "Ajrot, sakit bet. Pake apaan lu?"
"Kekuatan batin." Balas Aurora dengan nada senga.
"Ya sudah, bapak tidak akan marah. Ayok maju ke depan dan kerjakan soalnya. Tidak apa-apa bila salah namanya juga sedang belajar, kan?" Ujar pak Juna dengan senyuman.
Aurora pun berdiri dari bangkunya sambil berucap. "Saya baru tau lho pak, kalo ada guru mtk sebaik bapak. Biasanya tuh ya guru mtk maunya dingertiin doang tapi gak mau ngertiin muridnya. Kayak guru mtk kelas sepuluh." Curhatnya.
"Nah, bener banget omongan lu Ra."
"Mewakili kita semua."
"Memang cocok jadi ketua kelas berturut-turut."
"Cantik dan pemberani, siapa lagi kalo bukan... wonder women." Aurora langsung menoleh menatap Rion. "Ya kali elu, Ra." Lanjut Rion.
"Emang dasarnya udah kampret jadi mau gimana pun tetep kampret." Balas Aurora. Beberapa siswa dan siswi kelas 11 IPA 3 tertawa dan ada yang hanya tersenyum lucu seperti pak Juna.
Beberapa hari terakhir ini entah karena apa, Aurora dan Rion sering sekali saling mengejek satu sama lain atau saling membuat malu satu sama lain seperti tadi. Mereka sudah dua bulan menjadi siswa/i kelas 11.
"Sebentar ya pak, saya itung dulu." Aurora lalu berbalik. "Pinjem buku sama pulpen lu dong, mau ngitung gue." Katanya pada siswi yang duduk paling depan.
"Oh iya, ini Ara." Siswi tersebut menyerahkan buku tulis matematika dan pulpennya.
"Ini contoh soal yang tadi kan?" Tanya Aurora, siswi tersebut menganggukkan kepalanya.
Aurora memperhatikan soal tersebut selama kurang lebih dari dua menit lalu ia mulai menghitung soal yang berada di papan tulis.
"Makasih, gue pinjem dulu ya buktulnya." Kata Aurora lalu berbalik untuk menulis jawaban di papan tulis.
"Saya tuh sebenarnya pinter eh bukan, cerdas pak. Tapi malasnya aja yang melebihi rata-rata jadi ya begitu." Ucapnya sambil menulis jawaban di papan tulis.
"Woah baru tau gua kalo lu jago mtk." Puji Lion.
"Emang jago gue, kalo lagi niat. Tapi sayangnya gue dominan gak niat." Balas Aurora sambil berjalan menuju bangkunya.
"Tengkyu sekali lagi buat bukunya."
"Iya, sama-sama Ara." Balas siswi bernama Jaen tersebut.
"Ara ya? Kamu saya daftarkan untuk mengikuti olimpiade matematika ya?" Tawar pak Juna.
"Wih, tidak perlu pak. Terima kasih atas niat paling mengerikannya." Jawab Aurora sambil tersenyum dari bangkunya.
"Gapapa Ara, ikut aja. Lumayan lho bisa bolos." Cerca Carla.
Aurora tersenyum. "Mon maap, cara seperti itu sudah tidak mempan sayang."
Lion tertawa. "Nyadar juga dia."
"Sudah-sudah, kalian mau bapak kasih pr atau tidak?" Tanya pak Juna.
Tentu saja seluruh siswa dan siswi kelas 11 IPA 3 mengatakan tidak.
"Tidak pak! Terima kasih!""Ya sudah, karena tidak ada pr untuk minggu depan. Jadi minggu depan kita ulangan saja. Sekian dan terima kasih. Bapak izin keluar karena sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi." Pak Juna berucap cepat, menyengir sampai gigi putihnya terlihat lalu langsung berlari keluar setelah selesai berucap, bersamaan dengan para murid yang mulai demo minta dikasih pr.
"Pak Junaaa!"
"Bapak ihhhh, kasih kita pr aja pak!"
"Pak kasih kita pr pakkkkk, nanti saya traktir teh jus dah."
"Bapak kasih kita pr! Kalo gak kita santet virtual lho pak."
"Pak!! Kasih kita pr nanti saya kasih lima ratus tapi yang koin."
"Pak Juna keren ya, bisa buat murid jadi minta pr." Ucap salah satu guru yang melewati kelas 11 IPA 3.
"Iya bener, nanti saya minta trik dan tipsnya ah." Balas guru di sebelahnya.
"Apaan, jangan pada lebay. Pak Juna emang bilang kita ulangan mingdep. Tapi pak Juna juga gak bilang kalo kita gak boleh nyontek buku kan?"
Para siswa dan siswi tersebut pun langsung menoleh menatap Aurora seolah mengatakan "Bener juga ucapan lu, Ra. Makasih."
"Santai dong liatnya anjrit, berasa jadi aktris iklan plus plus gue kalo diliatin begitu sama kalian."
Fakhri menoleh ke belakangan. "Emang Ara tau plus plus itu apa?"
"Tau lah. Iklan itu lho yang cemilan kecil-kecil, kan pada demen yang kayak gitu." Jawab Aurora.
"Pilus?" Tebak Fakhri.
"Nah iya itu!" Balas Aurora sambil tersenyum senang.
"Tidur bego Ra, tidur aja sono lu. Biar iq lu naik seengaknya satu angka gitu." Kesal Rion.
"Congor lu bisa diem gak sih ha? Apa perlu gue sumpelin seribu diamond tuh mulut biar mingkem." Cerca Aurora sambil menatap Rion.
"Boleh boleh, ide bagus. Mau guaaa, lumayan kan dapet diamond gratis." Balas Rion sambil menaik turunkan alisnya.
Kringgg
"Bodo amat, dasar onion!" Aurora lalu berdiri dan berjalan keluar kelas menuju kantin.
•Older Me•
salam jodoh, rangurlazy
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞
Teen Fiction"Shut up! I'm olders you!" "But i'm your boyfriend!" ΔCover dan foto yang ada di dalam cerita berasal dari pin meski tidak semua!Δ Higest rank : #1 in junior [17-05-2022]