Minho melirik ke arah Felix.
Felix yang berdiri dengan air hujan yang masih menetes di badannya. Kemeja putih yang dia kenakan terlihat menempel di kulit pucatnya dan samar-samar memperlihatkan lekuk tubuh Felix, pinggangnya yang sangat ramping dengan bibir yang sedikit bergetar karena kedinginan.
Saat minho menatapnya kembali , dia memukul kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia menilai tubuh Felix seperti itu, dirinya adalah pria yang sangat lurus.
"Berhenti menatapku seperti itu, kamu pasti kedinginan , ikut denganku , aku akan memberikanmu pakaian ganti, apartemenku ada di dekat sini"
.
Minho tidak berbohong dia memang menyewa tempat tinggal yang berdekatan dengan chaewon , itu untuk mempermudahkan dirinya mendekati chaewon tapi siapa yang sangka dia akan membawa adik laki-laki chaewon ke apartemen miliknya.
"Pakailah ini" minho memberikan kaos dan celana miliknya untuk Felix.
Ketika Felix mengambil pakaian itu, ia mengernyit. "Ini untukku?"
"Apakah ada yang salah?" Minho bertanya tanpa perasaan bersalahnya.
Tentu saja salah, dia sengaja memberi Felix ukuran pakaian yang paling besar.
"Aku tidak mau memakai ini" dia pun melempar pakaian itu kelantai.
"Ck, berhenti menjadi pemilih, apa kau mau aku yang mengganti pakaian mu?"
Minho tidak lagi berpura-pura tersenyum disini tidak ada chaewon jadi tidak perlu untuk dirinya bersikap baik ke Felix. Menatap Felix dengan kebencian dan meremehkan.
"Apa kamu benar-benar tidak menginginkannya? Kalau begitu tidak usah pakai baju, disini tidak ada yang melarangmu berjalan dengan telanjang."
".........."
Felix mengambil kembali pakaian yang sempat ia lempar tadi, dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Apa kamu mempunyai Slayer atau semacamnya?" Terdengar suara Felix dari dalam, minho hanya menoleh ke arah kamar mandi tanpa ada niat untuk menjawab.
"Selain bodoh apa sekarang kamu juga tuli?" Bentak Felix dengan marah, karena tidak mendapati jawaban.
Minho melebarkan matanya mendengar perkataan Felix yang sangat ketus.
"Apa perlu berkata sekasar itu? Cepat buka pintunya"
Minho membawakan slayer kedepan pintu kamar mandi.Felix membuka sedikit pintu kamar mandi dan mengulurkan tangannya keluar.
Saat itu minho tidak memperhatikan tangan mungil itu, dia hanya memberikan slayer itu lalu kembali ke tempat duduknya.
Mungkin saja jika minho sedikit saja lebih teliti dia akan melihatnya dan sesuatu yang tidak di inginkan dimasa depan bisa dihindari.
Sudah beberapa menit tapi Felix belum terlihat akan keluar dari kamar mandi. Minho yang tidak sabar menunggu lebih lama mengetuk pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa.
"Cepatlah! Kenapa lama sekali sih?"
Felix keluar dengan menendang pintu hingga terbanting dengan keras dan tak sengaja mengenai minho.
"Bocah sialan, apa kamu tidak punya perasaan, Hah?" Minho meringis menahan sakit di keningnya.
"Itu tidak terlalu keras , jangan terlalu banyak tingkah" jawab Felix dengan sinis.
"Sialan, bukanya meminta maaf malah memakikku?"
Minho Melihat penampilan Felix dari atas sampai bawah, itu terlihat sedikit lucu. kaos itu terlalu besar dibadan kecilnya , kerah lehernya yang merosot dan celana yang terlihat sedikit melorot. Juga dia mengikat slayer itu dileher dan pergelangan tangannya.
