Bab 34; terjebak bersama.

695 87 0
                                    

Mereka melakukan syuting di tempat terpencil dan menyewa tempat ini untuk properti dalam drama.

Meskipun gudang ini tidak kedap suara, tapi posisi tempat ini berada sangat jauh dari halaman utama.

Wajah minho tiba-tiba berubah ketika dia mendengar suara gemercik air yang masuk kedalam ruangan.

Darah di tubuh mereka sepertinya membeku dalam sekejap. Minho memandang ke arah felix yang masih berusaha membuka pintu itu. Awalnya dia hanya terlalu terbawa emosi dan tanpa sadar menyeret bocah itu kesini.

Jelas dialah yang membuat mereka terjebak disini.

"Minho apa ini perbuatan orang yang tadi?"

Minho tidak berani melihat ke arah felix dan memandang ke arah lain , dia merasa sedikit malu untuk mengakuinya.

Felix merasa aneh, dia bertanya dengan cepat, "apa yang kamu sembunyikan."

"Ehem... tadi ketika kita saling berciuman.... Hmmm.... Aku mendengar langkah seseorang dari luar." Dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Minho!!! Bisa-bisanya ya kamu!!!"

"Jangan salahkan aku, saat itu aku sedang terbakar nafsu, jadi aku tidak memperdulikan nya. Aku pikir itu hanya orang yang lewat begitu saja."

Melihat air yang sudah mulai naik dia tidak ingin berdebat. "Cepat telpon seseorang, aku tidak membawa ponsel."

Minho mengambil ponsel miliknya dan itu juga sudah kehabisan daya.

Dia memandang ke sekeliling, ketika tadi dia menyeret Felix kesini, dia berpapasan dengan seseorang yang sangat mencurigakan.

Jika asumsinya benar. Orang itu sudah memperhatikan dirinya sebelum dia bertemu dengan felix. Dan dengan sengaja mengunci mereka disini.

Tapi kenapa? Siapa yang mereka incar?

Aku atau Felix?

Air sudah hampir selutut, dan saat ini sedang musim dingin. Dia bisa melihat Felix yang sedikit gemetar karena kedinginan.

Minho membuka jaket dan memberikannya. "Pakai ini."

Felix tidak menolak , memang saat ini dia sangat kedinginan apalagi dirinya hanya memakai kaos yang sangat tipis.

Setelah memakai jaket, Felix mengambil besi dan membanting nya ke pintu, berusaha untuk merusak pintu tersebut agar bisa terbuka.

"Berhenti, pintu semacam ini hanya bisa dibuka saat listrik menyala."

Felix menghidupkan stopwatch dan menunjukkan ke arah minho. "Minho kita hanya memiliki waktu dua jam sampai oksigennya habis."

Pernyataan itu terdengar seperti kepastian waktu untuk kematian mereka berdua jika selama dua jam masih tidak bisa keluar.

Minho tidak mengatakan apa-apa dia mengambil rokok dan mulai menyesapnya.

"Bajingan, kamu tidak melihat situasi kita saat ini? Dan masih bisa merokok??" Felix merebut rokok tersebut dan melemparnya.

"Apa yang kamu ingin aku lakukan? Bukankah kamu sudah melihat tidak ada cara lain.?"

"Minho, kalau kamu tidak menyeretku kesini, aku tidak mungkin akan terkunci disini denganmu."

Minho berkata, "jika aku tidak menyeretmu kesini, mungkin kamu akan mati sendirian."

Semakin minho menjawab, Felix semakin kesal, "lebih baik hanya aku yang mati sendirian."

Minho berubah menjadi marah, dia berjalan melalui air dan mendekat ke arah Felix. "Felix kenapa kamu sangat mudah mengatakan kematian. Apa kamu tahu arti dari kematian?"

The ENd // MinlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang